Jadi salah satu alternatif cara yang lebih ramah lingkungan untuk membantu mengurangi kegiatan produksi barang baru dalam industri fast fashion, thrifting sendiri ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang lho.
Beberapa point penting yang akan dibahas dalam artikel ini diantaranya:
Sekilas Tentang Thrifting
Ditinjau dari asal bahasanya istilah “thrifting” sebenarnya berasal dari kata dalam bahasa Inggris yakni “thrift” yang berarti penghematan. Karena alasan itu pula aktivitas “thrifting” juga tidak jauh-jauh dari kegiatan mencari barang-barang bekas atau second-hand yang masih layak pakai dengan harga terjangkau.
- Thrifting merujuk pada kegiatan untuk menemukan barang-barang bekas dan pakaian bekas dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan harga asli barang ketika masih baru.
- Barang thrift biasa diburu oleh banyak orang lantaran jumlahnya yang terbatas.
- Barang thrift biasanya memiliki tampilan yang masih bagus namun namun tidak 100% mulus.
- Thrifting dapat dilakukan di toko-toko barang bekas, pasar loak atau melalui situs jual beli online.
- Thrifting juga seringkali dilihat sebagai cara untuk mengurangi limbah dengan memanfaatkan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan.
Sumber : https://id.pinterest.com/
Asal Mula Budaya Thrifting
Catatan sejarah menyebutkan, budaya thrifting alias berbelanja barang atau pakaian bekas sendiri konon telah berkembang sejak lama tepatnya sejak tahun 1300-an di Inggris. Tujuan awalnya yakni memaksimalkan penggunaan sumber daya dengan hati-hati untuk mencapai kemakmuran.
Dari yang semula tujuannya untuk mencapai kemakmuran, makna thrifting dari waktu ke waktu berubah menjadi kegiatan membeli barang bekas sebagai upaya untuk menghemat pengeluaran ketika membeli suatu barang.
- Thrifting dapat diterapkan untuk mengurangi jumlah pakaian bekas / limbah tekstil yang berakhir di tempat pembuangan sampah.
- Thrifting bisa membantu memenuhi kebutuhan pakaian bagi individu yang memiliki anggaran terbatas untuk mendapatkan pakaian yang berkualitas.
- Thrifting dapat membantu mempertahankan pakaian vintage atau retro yang memiliki nilai sejarah atau estetika tertentu.
Sumber : https://id.pinterest.com/
Fenomena thrifting juga semakin booming ketika revolusi industri terjadi di sekitar tahun 1760-1840. Salah satu penyebabnya yaitu karena perubahan pikir masyarakat bahwa pakaian merupakan barang yang digunakan sekali pakai.
- Revolusi industri mendorong produksi barang-barang baru dan di saat yang bersamaan limbah pakaian yang dihasilkan pun juga semakin bertambah.
- Revolusi industri menjadi pemicu munculnya pemikiran bagi banyak orang untuk membuang pakaian bila sudah tidak ingin memakainya.
- Revolusi industri memungkinkan thrift shop memiliki akses yang lebih besar terhadap stok dan variasi barang yang lebih banyak.
Selanjutnya ketika memasuki pada pertengahan 1800-an hingga awal 1900-an, perkembangan thrifting menjadi lebih terorganisir sejak munculnya organisasi nonprofit seperti Salvation Army dan Goodwill yang terkenal dengan pelayanan sosialnya.
- Kelompok pelayanan Salvation Army dan Goodwill mulai melakukan aktivitas penggalangan dana dengan cara menampung barang-barang bekas dari para donatur untuk dijual.
- Barang-barang yang dimaksud bisa berupa pakaian, furnitur, sepatu, mainan maupun barang lainnya.
- Hasil penjualan barang-barang bekas yang didapatkan dari para donatur di sekitar komunitas kemudian disumbangkan kepada para tuna netra.
Sumber : https://www.facebook.com/ThriftStoreDryden/
Begitupun ketika terjadi krisis besar-besaran di Amerika tepatnya pada 1920, thrifting juga menjadi seubah trend yang digemari oleh masyarakat karena saat itu banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan lebih suka membeli pakaian melalui thrift shop untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Berlanjut ke tahun 1970-an yang bisa dibilang sebagai masa keemasan untuk thrifting, pada era ini penggunaan pakaian bekas justru dianggap sebagai simbol kebebasan dan ekspresi diri. Bahkan saat trend mode baru mendominasi era 1980-an, thrifting terus berkembang menjadi sebuah trend yang populer dalam subkultur tertentu.
Sumber : https://www.yellowbrick.co/
Trend Thrifting di Indonesia
Kalau di Indonesia sendiri, budaya thrifting diperkirakan telah muncul sejak 1980-an dan berkembang pesat di wilayah pesisir laut Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga seperti pulau Batam, pulau Sumatera, pulau Kalimantan hingga pulau Sulawesi.
Berawal dari situ, seiring berjalannya waktu bisnis pakaian impor bekas pun juga mulai tumbuh dan berkembang di pulau Jawa pada tahun 1990-2000. Mulai dari kota Bandung kemudian disusul dengan munculnya thrift shop di kota-kota besar lainnya seperti kota Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya.
Sumber : https://id.pinterest.com/
Beberapa alasan mengapa bisnis thrifting semakin menjamur dan semakin digemari oleh masyarakat Indonesia yaitu:
- Thrifting memberikan alternatif untuk mendapatkan pakaian berkualitas tanpa harus mengeluarkan banyak uang.
- Thrifting dianggap sebagai cara untuk mendukung praktik sustainable fashion dengan memperpanjang siklus hidup pakaian dan mengurangi limbah tekstil.
- Thrifting menawarkan pilihan pakaian yang unik dan kadang-kadang langka, seperti pakaian-pakaian vintage yang unik dan menarik.
- Thrifting memungkinkan sipapun untuk menemukan pakaian yang mencerminkan kepribadian mereka.
- Melalui thrifting seseorang dapat mengeksplorasi gaya pribadi mereka tanpa harus mengikuti trend mode yang mainstream.
Kesimpulan
Nah itu dia asal mula budaya thrifting bagaimana asal mula budaya thrifting yang kini menjadi semakin populer di pasaran Indonesia. Semoga informasi yang kami bagikan bisa memberi gambaran tentang sejarah thrifting yang menawarkan begitu banyak manfaat baik dari segi lingkungan, ekonomi, maupun sosial.
Simak juga :
- 10 Tips Mencuci Baju Dari Thrift Shop Agar Bersih dan Bebas Bau
- 8 Tips Membeli Baju Bekas Import di Thrift Shop (Thrifting Baju)
- Sering Dianggap Sama, Berikut Perbedaan Thrift dan Preloved
Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.