Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bali, yaitu berupa kain tenun rang-rang yang diproduksi oleh masyarakat Nusa Penida Bali dengan menerapkan teknik ikat tunggal dalam pembuatannya. Proses pembuatan kain rang-rang Bali dimulai dari pemilihan sketsa dengan mempertimbangkan pemilihan motif serta komposisi warna. Untuk menyesuaikan karakter sutra dan ketersediaan warna alam maka digunakan bahan pewarna berupa akar mengkudu, kulit delima, buah sidawayah, dan indigo. Sementara ragam hias atau motif yang banyak digunakan pada kain rang-rang diantaranya belah ketupat (kotak) serta zigzag (liku) dengan tetap mempertahankan ciri khas kain rang-rang terdahulu.
Sumber : http://waklaba.blogspot.com/
Sumber : http://balikebaya.com/
Lihat Koleksi Kain Rang-Rang, Klik Di sini.
Proses pewarnaan benang sutra dimulai dengan mordanting menggunakan air tawas, yang bertujuan untuk menyiapkan benang sutra agar dapat menyerap pewarna alam dengan sempurna. Untuk mendapatkan warna merah dilakukan perendaman benang sutra pada larutan pewarna yang diperoleh dari tumbukan akar mengkudu selama tiga hari tiga malam. Setelah itu benang direbus dalam larutan pewarna yang diperoleh dari kayu secang. Sementara untuk mendapatkan warna biru digunakan campuran pasta indigo dan gula merah dengan perbandingan 1:1. Berbeda dengan proses pewarnaan lainnya, pewarnaan benang sutra dengan pewarna indigo tidak membutuhkan proses perebusan.
Sumber : http://amiafiyati.blogspot.com/
Sumber : http://amiafiyati.blogspot.com/
Lain halnya untuk memperoleh warna kekuningan, benang sutra perlu direndam selama sehari semalam dalam larutan warna kuning yang diperoleh dari hasil perebusan kulit delima. Sementara untuk mendapatkan warna coklat, benang sutra direndam dalam larutan bunga sidawayah yang dicampur dengan air kapur untuk mendapatkan efek coklat agak dan kemerahan.
Sumber : http://shindanshisulbar-mjt.blogspot.com/
Setelah proses pewarnaan selesai, tahap selanjutnya dilakukan proses mengulak yaitu menggulung benang untuk memudahkan proses penenunan, nganyinin atau memutar benang untuk memisahkan benang lungsi bagian atas serta bagian bawah, proses nyuluh yaitu memasukkan benang kedalam mata sisir satu persatu dengan tujuan agar benang tersusun rapi dan tidak kusut sehingga memudahkan pembentukan pola. Selanjutnya dilakukan proses nyasah atau penggulungan benang sehinga diperoleh jarak yang pas antara ikat pungung penenun (backstrap) dengan kayu penyangga tenun cagcag (bungan cagcag).
Sumber : http://baruga2004.blogspot.com/
Sumber : http://www.kosmo.com.my/
Proses penenunan dilakukan dengan teknik rangrang, mengunakan alat tenun tradisional berupa gedogan (backstrap weaving), atau biasa disebut dengan nama cagcag oleh masyarakat penenun Seraya Timur. Yaitu dengan cara memutar benang pada lungsi yang sama sebanyak 3-5 balikan sehingga menimbulkan celah. Untuk membuat kain dengan lebar 50 cm dibutuhkan sejumlah 59 baris lungsi. Jumlah lungsi tersebut digunakan untuk menghitung pembuatan pola.
Sumber : http://orangbehrang.blogspot.com/
Sumber : http://www.bisnisbali.com/
Dalam penggunaan teknik rang-rang, untuk memperoleh ujung motif yang lancip maka jumlah lungsi yang dibutuhkan pada saat membuat desain harus berjumlah ganjil. Batas balikan benang pakan pada benang lungsi yang sama maksimal sebanyak enam kali, hal ini dimaksudkan agar kain tidak rapuh. Semoga bermanfaat.
Tags: jual baju, jual baju batik, jual baju online, jual pakaian wanita, jual pakaian online, toko baju batik, toko baju batik online, toko baju batik wanita dan pria, toko baju online, toko baju wanita, toko busana online, beli baju batik, beli baju batik wanita dan pria, beli baju online, gambar baju batik, desain baju batik, fashion batik, fashion wanita, fashion baju terbaru, fashion design, fashion designer, designer indonesia
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.