Article

Homepage Article Cara Menjahit 10 Departement Yang Umum…

10 Departement Yang Umum di Industri Garmen

Sebuah Industri Garmen bisa dikatakan berhasil dan sukses dikarenakan beberapa faktor, salah satunya dalam Industri Garmen ini memiliki beberapa departement yang mensupport untuk setiap prosesnya dan memiliki manajemen yang terstruktur  rapi. Bisa kita contohkan seperti pakaian jadi yang kamu kenakan, bahan baku material utamanya adalah fabric, Nah untuk mendapatkan bahan baku utama tersebut terlebih dahulu perlu mengubah serat menjadi benang dan kemudian menjadi fabric.

Di artikel ini kita akan menguraikan beberapa hal sehingga kamu bisa lebih memahami secara detail, diantaranya:

Definisi Mengenai Departement Dalam Industri Garmen

Departemen Dalam Industri Garment ini ada beberapa macam. Tidak mungkin dalam memproduksi suatu produk di Industri Garmen hanya dilakukan oleh satu bagian saja. Teknologi garmen menggabungkan sejumlah teknologi individu, dan masing masing memberikan kontribusi khusus untuk produksi garmen. Proses pembuatan garmen ini mencakup sejumlah proses mulai dari penerimaan pesanan hingga pengiriman garmen jadi dengan melibatkan beberapa departement di Industri Garmen.

Semua proses pembuatan garmen dilakukan di berbagai bagian dalam Industri Garmen. Seperti yang diketahui  bahwa dalam pabrik apapun, memiliki bagian atau departemennya masing masing, dan tentunya menjalankan tugasnya berdasarkan bagiannya. Begitu juga dalam Industri Garmen, terdapat berbagai departemen yang memiliki tugas penting masing masing untuk menciptakan sebuah garmen jadi. Setiap departemen bertanggung jawab untuk produksi yang lebih baik. Masing masing pabrik bisa memiliki departement-departement yang berbeda menyesuaikan kebutuhannya. Pada kesempatan kali, kita memberikan contoh dalam departemen harus ada organisasi beserta struktur organisasinya dengan pembagian tugas masing masing sesuai dengan peringkat dan kewajibannya, Sementara pengertian departemen dalam industri garmen adalah suatu oraganisasi atau kelompok yang dibagi atau dikelompokkan berdasarkan struktur organisasi yang sesuai dengan tugas masing masing sesuai dengan klasifikasinya untuk menjalankan proses produksi garmen.

Bagian-Bagian Departement Dalam Industri Garmen

Untuk diketahui bagian-bagian departement yang ada di Industri Garmen ini setidaknya memenuhi klasifikasi yang dibutuhkan supaya bisa beroperasi dan menyelesaikan produknya secara baik dan benar sesuai dengan SOP. Kita akan membahas semua bagian departement dalam Industri Garmen beserta fungsinya, sebagai berikut:

1. Merchandiser

Departemen merchandiser merupakan departemen yang membuat perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan pengiriman pesanan (produk) kepada pembeli. Merchandiser memegang semua informasi mengenai produk yang dijalankan. Mereka melakukan pengembangan produk, penetapan biaya dan pemesanan, dan memiliki kontak langsung dengan pembeli.

Tugas dari merchandiser yaitu menyampaikan informasi kepada semua departement lain dan bertanggung jawab mulai dari proses awal sampai dengan pengiriman barang. Mereka harus terlibat dalam setiap proses yang ada dalam factory, meskipun yang melakukan pekerjaan masing masing departement bukan merchandiser, akan tetapi mereka harus tahu dan terlibat karena merchandiser merupakan jembatan informasi dari Buyer kepada factory dan begitu sebaliknya. Yang menjadikan tanggung jawab merchandiser semakin besar adalah karena mereka mengontrol dan mengecek pekerjaan semua departement untuk dilaporkan kepada Buyer.

Departement Garmen

Sumber: https://www.garmensmerchandising.com/

2. Departement Sample

Departemen sample juga berhubungan langsung dengan merchandiser, merchandiser menerima sample dari Buyer kemudian direview bersama dengan departemen sample sambil mengecek semua detail tentang sample tersebut. Jika ada hal yang mengganjal dan masih belum mengerti maka merchandiser akan menanyakannya kepada Buyer. Selain itu departemen sample juga perlu berkoordinasi dengan departemen produksi.

Hal itu dilakukan untuk melihat penampilan produk jadi dan apakah cocok atau tidak ketika diproduksi dalam jumlah massal dan untuk mengkonfirmasi apakah ada ketidak konsistenan dalam pola sesuai dengan spesifikasi yang diberikan Buyer. Ini juga membantu untuk menentukan konsumsi fabric, benang, dan aksesoris lain yang digunakan. Merchandiser akan memberikan lembar work sheet kepada departemen sample untuk mereview dan mengecek detailnya mulai dari sewing detail, Tech Pack, dan aksesoris apa saja yang perlu dipasangkan dalam garmen. Setelah sample selesai dibuat maka akan dikoordinasikan dengan departemen sewing.

Departement Garmen

Sumber: https://aspectcustomwear.com/

3. Departement Fabric

Departement fabric ini juga harus mendapatkan perhatian khusus karena departement ini yang berhubungan dengan fabric dan fabric adalah bahan baku utama dalam garmen, Merchandiser pun harus memesan sendiri fabric tersebut. Mereka harus menentukan supplier, menghitung consumption fabric, dan memilih jenis fabric yang dibutukan. Mereka harus benar benar memastikan kedatangan fabirc on time di factory, sehingga proses produksi tidak akan terlambat. Departemen fabric ini akan mendapatkan informasi dari merchandiser mengenai jenis fabric apa saja yang dipakai, berapa total quantity-nya, apa saja color-nya, berapa consumption-nya,, dan hal lainnya.

Di dalam departemen fabric juga terdapat bagian inspeksi. Tujuan utama tim inspeksi fabric adalah mengidentifikasi dan menganalisis ada tidaknya kecacatan pada fabric dengan menggunakan berbagai metode inspection standar. Mereka harus memastikan fabric bisa digunakan apa tidak sesuai dengan regulasi, jika ditemukan defect/cacat harus segera melaporkan kepada departemen merchandiser untuk mendapatkan persetujuan dari Buyer apakah fabric bisa dipakai atau tidak.

Departement Garmen Departement Garmen

Sumber: https://textileground.blogspot.com/

4. Departement Aksesories dan Trims

Departement ini satu paket dengan departement fabric, departemen aksesories dan trims pasti selalu berjalan beriringan. Penerimaan bahan baku fabric atau aksesoris dari supplier biasanya dilengkapi dengan dokumen. Sama halnya dengan departement fabric, departemen juga akan menerima informasi mengenai aksesories dan trims apa saja yang harus ada lewat lembar accesories detail list.

Dalam accesories detail list tercantum mengenai segala jenis aksesories dan trims apa saja yang harus digunakan. Tugas merchandiser dan departemen aksesories trims ini memastikan kedatangannya tepat waktu dan sesuai dengan quantity yang dibutuhkan. Departemen aksesories trims juga harus mengecek kedatangan barang apakah sudah sesuai dengan detail apa belum, terkadang supplier salah mengirimkan barang. Masing masing kedatangan aksesories trims harus dicek ulang dengan approval dari Buyer. Jika ada perbedaan antara kedatangan dengan approval maka segera informasikan ke merchandiser untuk mengkomunikasikannya kepada Buyer.

Departement Garmen

Sumber: https://textileground.blogspot.com/

5. Departement CAD ( Computer Aided Design)

Departemen CAD (Computer Aided Design) sangat berkaitan erat dengan sample dan garmen, karena mereka yang mengeluarkan pattern dan mini marker. Biasanya di industri garmen dengan skala yang besar memiliki departemen desain sendiri untuk berbagai gaya pakaian. Departemen CAD bertanggung jawab atas fungsi fungsi seperti menentukan rata rata pemotongan untuk penetapan biaya (efisiensi marker), membuat penanda pemotongan paling efisien (mini marker), pengembangan dan perubahan pola, pengembangan pola pengaturan ukuran dengan menilai hasil aktual, serta mengelompokkan pola.

Karena pattern selalu berkaitan dengan proses pembuatan garmen dan untuk mini marker berfungsi untuk acuan pemotongan fabric dalam departemen cutting. Departemen cutting akan memotong mengikuti mini marker dan pattern yang dikeluarkan oleh bagian CAD.

6. Departement Cutting

Departemen cutting menerima instruksi dari manajer produksi  yang telah menyetujui pesanan pemotongan untuk memotong sejumlah gaya pakaian. Sebelum pemotongan dimulai, mereka harus mengecek approval fabric terlebih dahulu. Jangan sampai sudah terlajur selesai cutting tetapi fabric tidak bisa digunakan karena tidak sesuai dengan permintaan dari Buyer. Selain itu sebelum pemotongan dimulai, departemen harus meminta dan mengecek terlebih dahulu mini marker dan pattern yang akan digunakan. Mereka harus tahu bagaimana permintaan dari Buyer mengenai ukuran pola, ratio, metode spreading, berapa jumlah quantity untuk setiap ukurannya  setiap warnanya, dan style ini mempunyai program khusus apa tidak. Jika memiliki program khusus seperti embro / print, mereka harus menanyakan bagian panel mana yang harus dikirimkan ke supplier, supaya tidak salah nantinya.

Selain itu, proses numbering sangat penting dilakukan sebagai penanda dan harus dilakukan dengan benar, jangan sampai numberingnya berbeda bahkan terbalik. Hal itu bisa berakibat tidak terpakainya potongan karena berbeda warna atau bahkan hanya ditemukan salah satu sisinya (Front / Back only). Jika ada hal yang tidak jelas, misalnya seperti metode spreadingnya, cara pemotongannya, panel yang harus dikirim yang mana dan ke supplier apa, segera komunikasikan dengan merchandiser di factory.

7. Departement Sewing

Setelah menerima pesanan dari Buyer, pertemuan sebelum produksi dengan antar departemen harus dilakukan. Setelah itu, bersama dengan merchandiser / production planning, departemen produksi akan menetapkan dan membagi line sewing untuk style yang akan dikerjakan dengan mempertimbangkan line yang memiliki kapasitas untuk menyelesaikannya tepat waktu.

Planning production bersama dengan departemen produksi dan factory manager kemudian mengatur schedule, melakukan estimasi, dan perencanaan mengenai jumlah pesanan, jumlah operator, plan cutting, pemecahan pesanan, rincian operasi, dan lain sebagainya berdasarkan unit tertentu. Di dalam departement sewing terdapat bagian IE (Industrial Engineering) yang bertugas menanalisis kinerja operator, analisis proses di line, menentukan target berdasarkan SMV (Standard Minute Value), menganalisa performa line, meningkatkan efisiensi dan produktifitas operator, memberikan problem solving dalam proses yang bermasalah, dan hal lain yang ada di line sewing.

8. Departement Mekanik

Mesin dan mekanik tidak bisa terpisahkan, sebagus apapun mesin tersebut jika dipakai terus menerus akan membutuhkan perawatan, dan mekanik diperlukan untuk itu dalam Industri Garmen. Quality garmen yang tidak diinginkan sebagian besar hasil dari mesin yang tidak dirawat dengan baik. Sering kali menemukan kendala dalam proses sewing juga diakibatkan dari mesin. Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk menghasilkan garmen dengan quality yang bagus harus didukung dengan mesin yang bagus. Bagaimana bisa Industri Garmen menghasilkan produk dengan quality yang bagus jika jahitannya sering loncat tidak beraturan, tegangan jahitan tidak sesuai, sering keluar minyak, dan masalah pada mesin umumnya. Maka dari itu perawatan mesin sangat penting untuk menunjang proses sewing. Jika mesin rusak akan menghambat proses sewing dan tentunya membuang waktu yang berdampak pada target hasil produksi. Proses sewing sanagat ketat dan dikejar deadline.

9. Departement QA (Quality Assurance)

Untuk menjaga dan mengendalikan quality dibutuhkan seseorang yang kompeten dibidangnya. Menjaga quality tersebut harus dimulai dari awal proses sampai hingga akhir proses, selain Quality Control (QC) ada departemen yang berbeda untuk menjaga quality tersebut, yaitu departemen Quality Assurance (QA).

Departemen penjaminan kualitas atau Quality Assurance akan membagi pekerjaan menjadi beberapa tahap  yang berbeda yang dikategorikan seperti unit praproduksi, audit pemotongan, unit menjahit, dan unit akhir (finishing-packing). Tujuan dari adanya departemen ini adalah untuk mengontrol quality produk mulai dari awal sampai dengan akhir proses sesuai dengan standar ketentuan quality dari Buyer. Selain itu departemen QA juga melalukan final inspection atau inspeksi terakhir sebelum garmen dikirimkan kepada buyer. Jika garmen tersebut quality nya jelek harus diperbaiki terlebih dahulu dan jika membutuhkan waktu yang lebih lama maka akan mengakibatkan delay pengiriman. Kalau QA dengan sengaja meloloskan garmen dengan quality yang jelek, jika suatu saat ada complain dari customer maka bisa dikenai denda atau penalty atas quality garmen tersebut. Departemen QA juga harus melaporkan hasil final inspection kepada Buyer untuk referensi.

10. Departement Finishing dan Packing

Bagian finishing ini  adalah bagian terakhir dalam produksi garmen sebelum pengemasan dan pengiriman. Bagian sangat berperan penting dalam penampilan garmen akhir. Departemen finishing dan packing biasanya akan menjadi satu kesatuan di bawah satu manager. Karena proses ini tidak bisa dipisahkan. Bagian finishing biasanya melibatkan beberapa proses, diantaranya:

  • Mempersiapkan Garmen

Maksud dari mempersiapkan garmen di sini adalah menghilangkan benang ekstra dari garmen di area yang dijahit dan memastikan semua aksesories trim terpasang sesuai dengan permintaan Buyer.

  • Folding

Folding atau melipat adalah proses melipat garmen sesuai dengan permintaan Buyer sebelum dikemas dalam polybag dan dimasukkan dalam carton box. Sebelum melakukan hal ini, harus dicek terlebih dahulu mengenai style, size label, cara folding, price ticket dan hal penting lainnya. Untuk mengetahui hal itu semua, harus dikomunikasikan dengan merchandiser. Size polybag juga harus disesuaikan dengan ukuran folding garmen, jangan sampai terlalu besar atau bahkan kekecilan. Hal itu bisa menyebabkan visual garmen menjadi buruk ketika sampai ke toko. Tentunya pelipatan juga harus rapi, usahakan menggunakan pattern untuk memudahkan prosesnya.

  • Packing

Setelah garmen selesai dikemas dalam polybag, selanjutnya adalah pengepakan dalam carton box. Sebelum memulai harus cek dulu apakah carton tersebut yang akan digunakan apa tidak, jangan sampai salah dalam pengemasan dalam carton. Karena dalam carton ada tanda marking sesuai dengan tujuan pengiriman. Setelah dipastikan semuanya benar, selanjutnya adalah melampirkan barcode sticker yang sesuai dengan spesifikasinya (style number, PO Number, size, quantity, color). Jangan sampai salah melampirkan barcode sticker ke dalam carton, karena salah tempel barcode akan dikenai pinalti karena menyebabkan kesalahan informasi. Pada umumnya, final inspection dilakukan setelah garmen dikemas dalam carton, dan ketika sudah mencapai standar minimum pengecekan barulah bisa dilakukan final inspection atau inspeksi terkahir.

Demikianlah yang sudah kita bahas mengenai Departement Dalam Industri Garmen, masing masing departemen yang standarnya harus ada dalam Industri garmen untuk menunjang aktifitas produksi. Bisa saja terdapat lebih banyak lagi departemen lainnya menyesuaikan dengan kapasitas dan kebutuhan Industri Garmen. Smua departemen harus bersinergi dan bekerja sama untuk meningkatkan kinerja Garmen tersebut. Semoga informasi yang kita berikan ini setidaknya bisa memberikan manfaat dan menambah wawasan anda tentang Departement Yang Terlibat Dalam Industri Garmen.

Semoga bermanfaat.

Comments 0

Leave a Comment
Belum ada komentar untuk saat ini.

Send Comment

Anda harus terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.