Dalam industri desain fashion, batik dikenal sebagai salah satu kesenian sekaligus bukti peninggalan sejarah budaya khas bangsa Indonesia yang telah hidup dan berkembang selama berabad-abad lamanya. Berbeda dengan zaman dahulu, perkembangan batik saat ini umumnya jauh lebih bervariasi baik dari segi motif, warna, dan bahan dasar yang digunakan.
Sumber : https://www.tokopedia.com/
Terbukti sejauh ini para pengrajin batik juga mulai mengembangkan teknik membatik pada kain non katun seperti kain serat sintetis polyester yang mempunyai sifat tahan kusut, tahan asam, tahan terhadap reaksi kimia, tahan terhadap jamur dan mempunyai daya serap terhadap air yang lemah.
Sumber : http://olx.co.id/
Tidak seperti batik pada kain katun, batik pada kain polyester umumnya dibuat dengan menggunakan malam dingin yang dikenal dengan nama bubur alginat, artinya cara penggunaan malamnya harus dalam keadaan dingin.
Sumber : https://www.alibaba.com/
Alginat sendiri merupakan bahan yang diperlukan untuk mengantarkan zat warna kain supaya bisa dicapkan sesuai corak yang dikehendaki. Bahan ini terbuat dari rumput laut yang dicampur dengan bahan lain, sehingga sangat lengket dan cukup baik jika digunakan untuk perintang warna pada semua jenis kain terutama untuk jenis kain polyester.
Sumber : http://www.rossiecrafts.com/
Pembuatan bubur alginat ini biasa dilakukan dengan cara menaburkan bubuk alginat kedalam air sambil diaduk secara merata sampai diperoleh tingkat kekentalan tertentu. Bubur alginat mempunyai sifat yang sangat lengket, tidak mudah retak, lentur dan daya rekat yang sangat kuat sehingga dapat melekat pada kain dengan baik.
Sumber : http://www.rossiecrafts.com/
Selain menggunakan alignat, hal lain yang membedakan batik kain katun dengan batik poliester yaitu berupa zat warna yang digunakan. Zat warna yang bagus untuk membuat batik poliester yaitu berupa zat warna dispersi yang diciptakan khusus untuk bahan tekstil yang terbuat dari serat buatan, terutama serat polyester dan serat asetat rayon.
Sumber : http://textilereference.blogspot.co.id/
Zat warna dispersi yang digunakan dalam proses pewarnaan serat polyester (tetoron) merupakan zat warna yang sedikit larut dalam air. Zat warna ini pada umumnya mempunyai banyak pilihan warna, mulai dari warna merah, kuning, biru, hijau, coklat, violet, dan pink. Untuk memperoleh warna yang diinginkan zat warna tersebut bisa dicampur.
Sumber : https://apbbatik2011.wordpress.com/
Sekalipun bubur alginat dikenal sangat tahan terhadap panas namun sebenarnya bubur ini hanya tahan terhadap uap panas dan tidak tahan terhadap air. Karena itulah penggunaan bubur alginat mutlak digunakan saat proses fiksasi.
Sumber : https://indonesian.alibaba.com/
Fiksasi adalah proses pemanasan dengan uap air (steaming), panas tinggi (high temperature), oven maupun setrika untuk mengunci zat warna dispersi. Selama proses fiksasi berlangsung pemanasan harus dilakukan pada suhu 100°C dan menggunakan zat pengemban (carrier) yang akan membantu penyerapan zat warna oleh serat.
Sumber : http://batik-komar.com/
Dalam proses pewarnaan batik polyester tidak dianjurkan dengan teknik celupan, mengingat sifat dasar dari bubur alginat yang tidak tahan terhadap air dan hanya tahan terhadap uap panas. Teknik coletan atau pewarnaan dengan menggunakan kuas merupakan alternatif cara paling tepat.
Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.