Mengatur jumlah produksi dalam bisnis fashion sering kali menjadi teka-teki. Terlalu banyak produksi bisa menumpuk stok dan menggerus margin, terlalu sedikit justru membuat peluang penjualan hilang. Bahkan brand besar dunia pun terus mencari formula tepat agar produksi mereka selaras dengan permintaan pasar.
Artikel ini membahas strategi mengatur jumlah produksi, contoh perhitungan sederhana, serta studi kasus dari brand-brand besar.
Mengapa Jumlah Produksi Itu Penting?
Produksi adalah jantung bisnis fashion. Jika salah menghitung:
- Overproduction (kelebihan produksi): Stok menumpuk, biaya gudang naik, brand image rusak karena terlalu sering diskon.
- Underproduction (kekurangan produksi): Produk cepat habis, pelanggan kecewa, kehilangan potensi revenue.
Brand besar seperti H&M pernah dikritik karena kelebihan stok bernilai miliaran dolar, sementara brand streetwear seperti Supreme justru menjaga hype dengan produksi terbatas.

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Produksi
1. Data Historis Penjualan
Melihat koleksi sebelumnya: produk apa yang laris, warna apa yang paling diminati, ukuran mana yang paling cepat habis.
2. Tren Musiman
Misalnya, summer dress hanya akan laku 4–5 bulan, sedangkan jaket musim dingin punya periode lebih panjang di negara subtropis.
3. Target Pasar
Brand premium memproduksi lebih sedikit untuk menjaga eksklusivitas, sementara fast fashion seperti Zara berani memproduksi lebih banyak dengan rotasi cepat.
4. Channel Distribusi
Jika produk hanya dijual di toko fisik, produksi bisa lebih kecil. Tapi jika tersedia di e-commerce dan marketplace, jumlah bisa diperbesar.
5. Kapasitas Produksi & Lead Time
Jika pabrik punya lead time panjang, brand biasanya menambah buffer.

Strategi Menentukan Jumlah Produksi
1. Forecasting dengan Data & AI
Gunakan data penjualan dan tren untuk membuat proyeksi. H&M kini menggunakan AI forecasting untuk memperkirakan demand tiap kategori produk.
2. Pre-Order & Made-to-Order
Brand lokal sering menggunakan sistem pre-order agar produksi sesuai dengan pesanan yang masuk. Cara ini minim risiko stok.
3. Produksi Batch Kecil (Small Batch)
Zara memproduksi dalam jumlah kecil tetapi sering. Jika laku, mereka menambah produksi; jika tidak, model segera diganti.
4. Safety Stock
Tambahkan 5–10% dari forecast untuk mengantisipasi lonjakan permintaan.
5. Uji Pasar dengan Limited Drop
Nike merilis sepatu edisi terbatas untuk mengukur respons pasar sebelum memproduksi lebih banyak.

Contoh Perhitungan Sederhana
Misalkan sebuah brand ingin memproduksi blus wanita untuk koleksi musim panas.
- Data penjualan tahun lalu: 2.000 pcs terjual.
- Tren meningkat 20% tahun ini (berdasarkan data riset).
- Target penjualan: 2.400 pcs.
- Tambahkan 10% safety stock → 2.640 pcs.
Namun brand memutuskan menggunakan strategi batch:
- Produksi awal: 1.500 pcs.
- Lihat respon pasar dalam 2–3 minggu. Jika penjualan bagus, tambah produksi 1.000 pcs.
- Sisa 140 pcs menjadi buffer.
Dengan cara ini, risiko menumpuk bisa ditekan.

Studi Kasus Brand Besar
Zara: Small Batch Fast Fashion
Zara terkenal dengan strategi produksi batch kecil. Mereka hanya memproduksi sedikit untuk menguji pasar. Jika laku keras, mereka memproduksi ulang; jika tidak, model diganti. Hasilnya, stok tidak menumpuk dan toko selalu terasa “baru”.
H&M: AI Forecasting
H&M pernah mengalami kelebihan stok hingga $4,3 miliar. Setelah dikritik, mereka mulai menggunakan kecerdasan buatan untuk membaca tren dari data online, pencarian konsumen, hingga media sosial, sehingga jumlah produksi lebih akurat.
Uniqlo: Fokus pada Core Products
Uniqlo menjaga produksi tetap stabil dengan fokus pada produk inti seperti HEATTECH dan AIRism. Mereka tidak mengejar model cepat berganti, melainkan jumlah besar untuk produk yang terbukti selalu laku.

Tips untuk Brand Lokal
- Gunakan data penjualan sebelumnya sebagai acuan.
- Terapkan pre-order untuk produk baru yang eksperimental.
- Mulai dengan small batch agar risiko stok kecil.
- Buat timeline produksi fleksibel agar bisa menambah produksi jika permintaan naik.
- Jangan lupa buffer 5–10% untuk mengantisipasi demand mendadak.
Kesimpulan
Mengatur jumlah produksi bukan sekadar menghitung angka, tapi seni membaca pasar. Brand besar pun pernah salah langkah, namun mereka belajar dari data, tren, dan strategi produksi fleksibel.
Bagi brand kecil dan menengah, kuncinya adalah jangan memproduksi sekaligus dalam jumlah besar. Gunakan pre-order, batch kecil, dan analisis data untuk menjaga arus kas dan mengurangi risiko stok tidak terjual.
Ingin membuat baju dengan desain sendiri? Download Pola Baju kami sekarang juga! Pola ini bisa kamu gunakan untuk keperluan pribadi maupun untuk produksi. Cocok untuk kamu yang ingin berkreasi atau memulai bisnis fashion!
Semoga bermanfaat.



Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.