Article

Homepage Article Tenun/Lurik Pertahankan Cara Tradisional,…

Pertahankan Cara Tradisional, Berikut Proses Pembuatan Kain Cual Khas Bangka Belitung

Menenun merupakan sebuah tradisi yang tersebar di hampir seluruh pelosok Tanah Air, termasuk provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebab selain terkenal dengan timah dan ladanya, pulau Bangka Belitung ternyata juga memiliki kain tenun tradisional bernama kain cual yang dibuat dengan teknik ikat dan sungkit. 

Sejarah Singkat Kain Cual

Berdasarkan cerita yang berkembang, konon pada abad ke-18 di kota pelabuhan nan ramai yakni daerah Muntok menenun cual menjadi aktivitas yang sering dilakukan oleh para perempuan bangsawan. Karena pertama kali berkembang di Muntok kain cual awalnya juga dikenal dengan nama Limar Muntok. 

Kain Cual

Sumber : https://pesona.travel/

Sebagai salah satu kain tradisional Indonesia yang mendunia, sejatinya kain cual terbilang mewah dan mahal lantaran dibuat dari benang pilihan yakni benang dari kapas atau sutra. Untuk mempercantik tenunannya biasa ditambahkan pula benang emas atau perak yang berkilauan ketika terkena cahaya. 

Kain Cual

Sumber : https://kumparan.com/

Dari segi desain dan ragam hiasnya, setiap motif yang tertuang pada kain tenun cual secara umum juga memiliki keunikan tersendiri lantaran tidak hanya menggambarkan estetika dan keindahan, namun juga mengandung nilai historis yang bersumber pada karakter dan sifat objek yang menjadi inspirasinya.

Kain Cual

Sumber : https://babelreview.co.id/

Untuk menghasilkan selembar kain cual yang berkualitas pun proses pembuatannya bisa dibilang cukup panjang dan bisa menghabiskan waktu berminggu-minggu bahkan hingga hitungan bulan lamanya.

  1. Bagi pengrajin yang baru belajar dibutuhkan waktu sekira 1 tahun atau satu setengah tahun untuk dapat menghasilkan satu lembar kain tenun cual
  2. Namun untuk pengrajin kain cual yang sudah mahir paling lama dibutuhkan waktu 3 bulan dan paling cepat 20 hari untuk menyelesaikan tenunan kain cual.

Kain Cual

Sumber : https://babelreview.co.id/

Bahan Dasar Kain Cual

Tertarik untuk mempelajari proses pembuatan kain cual?. Sebelum membahas lebih jauh tentang cara pembuatannya, cari tahu dulu yuk apa saja bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kain cual itu sendiri. 

1. Benang Tenun

Kain cual biasanya dibuat memakai benang kapas ataupun benang sutra sebagai bahan bakunya. Benang tersebut kemudian dicelup dengan pewarna kimia atau alami untuk menghasilkan warna-warna yang dikehendaki.

Benang yang digunakan untuk menenun kain cual terbagi menjadi dua, yaitu:

  • Benang lungsi, yaitu benang yang disusun vertikal sepanjang kain cual yang ditenun.
  • Benang pakan, yaitu benang yang ditenun horisontal pada susunan benang lungsi, salah satunya untuk membentuk motif.
  • Selain dua benang tersebut diperlukan pula benang emas untuk hiasan kain cual. Benang emas ini merupakan jenis benang pakan yang digunakan untuk menyulamkan motif-motif tertentu.

2. Bahan Pewarna

Bahan pewarna yang digunakan untuk mencelup benang tenun dahulu banyak diambil dari bahan-bahan alami seperti tanaman kunyit hingga akar mengkudu.

  • Untuk warna kuning digunakan sari kunyit.
  • Untuk warna bitu atau ungu digunakan senduduk
  • Untuk warna merah biasa digunakan rebusan kayu sepang dan akar mengkudu.

Bila ingin mendapatkan warna sekunder maka tinggal dilakukan pencampuran wama-wama primer di atas. Supaya warna benang bertahan lama (tidak mudah luntur) pada waktu pencelupan larutan pewarna perlu diberi campuran tawas.

Tapi karena penggunaan bahan pewarna alami kini sulit dipertahankan lantaran kurang tersedianya bahan baku yang dapat memenuhi kebutuhan, maka sebagai gantinya para pengrajin kain tradisional banyak yang beralih menggunakan pewarna sintetis.

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang diperlukan untuk membuat sehelai kain cual yakni berupa rumbai-rumbai untuk ujung kain selendang. Dalam pembuatan rumbai-rumbai ini ada pengrajin yang khusus membuat rumbai-rumbai.

Alat Tenun Kain Cual

Terkait dengan alat yang digunakan untuk membuatnya, jadi untuk memproduksi kain cual yang menarik dan mewah pada dasarnya diperlukan alat tenun yang bernama gedogan. Alat ini secara umum terdiri dari balok-balok kayu dan bantuan tubuh penenun terutama kaki dan tangan, serta tubuh sebagai penahan.

Nama-nama dari peralatan tenun yang digunakan untuk membuat kain tenun cual antara lain:

  1. Dayang, balok kayu yang berfungsi sebagai penggulung benang lungsi. Lebar balok kayu ini sekitar 20 cm.
  2. Cacak, balok kayu yang ujung atasnya diberi celah untuk tempat meletakkan dayan. Ukuran balok penahan ini hampir sama dengan balok yang dipakai untuk dayan, namun lebih tebal.
  3. Tapakan, balok penumpu untuk meletakkan cacak.
  4. Balok penyangga, balok kayu yang diletakkan di ujung kaki untuk menyangga sebagai pijakan kaki penenun agar benang dapat direntangkan dengan ketegangan cukup dan memudahkan penenunan. Kayu yang dipakai harus lebih tebal serta kuat dan disandarkan pada kerangka tenun supaya tidak goyah.
  5. Pengapit, balok kayu ini berbentuk bujur sangkar memanjang dengan ujung yang diberi celah untuk mengikatkan tali penahan untuk merentangkan benang yang akan ditenun.
  6. Pur, balok kayu penahan sebagai penjepit pinggang penenun dan diikatkan pada pengapit. Balok penahan yang diletakkan di pinggul penenun ini berbentuk seperti busur panah, mengikuti bentuk tubuh agar penenun merasa nyaman.
  7. Belire, kayu pipih untuk menguakkan susunan benang lungsi. Cara pemakaiannya adalah dengan dimasukkan ke dalam susunan benang lungsi mengikuti susunan benang pada penyincing, setelah itu ditegakkan sehingga membuat celah yang mudah untuk dimasuki teropong.
  8. Buluh, kayu/bambu yang berfungsi untuk wembagi benang agar memudahkan memasukkan benang pakan.
  9. Pemipil, berfungsi untuk mengangkat gun kembang atau benang-benang yang akan disulam motif, biasanya terbuat dari lidi enau.
  10. Suri, bentuknya seperti sisir yang berfungsi untuk mengatur lungsi. Pada tiap celahnya merupakan pintu masuk helai benang lungsi, sehingga memiliki jarang yang tetap antara benang yang satu dengan yang lain.
  11. Penyingcing, kayu gun dasar yang berfungsi untuk membagi benang lungsi dan memudahkan memasukkan benang pakan.
  12. Peleting, penggulung benang pakan yang dipakai bersama-sama dengan teropong  terbuat dari buluh kecil.
  13. Teropong, tempat peleting untuk memudahkan proses penenunan ke dalam benang lungsi.
  14. Proses menenun cual menggunakan teknik menyungkit dengan pertolongan lidi buluh atau bilah nibung yang disusupkan melalui lungsi yang telah diatur sedemikian rupa pada alat tenun.

Proses Pembuatan Kain Cual

Bila dilihat dari prosesnya, prinsip pembuatan kain cual sendiri bisa dibilang cukup rumit yakni dibuat secara manual dengan teknik tenun yang membutuhkan ketelatenan dan keahlian tersendiri. Sebelum diproses lebih lanjut menjadi bahan kain pun lebih dulu harus dilakukan celupan awal pada benang yang akan diwarnai.

Pencelupan Benang

Siapkan benang yang akan anda gunakan untuk membuat kain cual. Jika sudah selanjutnya bagi benang tersebut menjadi dua untuk benang lungsi dan benang pakan.

  1. Benang lungsi merupakan benang yang disusun vertikal sepanjang kain yang ditenun.
  2. Benang pakan merupakan benang yang ditenun horizontal pada susunan benang lusi, benang inilah yang nantinya akan menjadi bentuk motif-motif tertentu.

Setelah proses pembagian benang selesai dilakukan benang lungsi selanjutnya dicelup untuk mendapatkan warna yang diinginkan, sedangkan benang pakan dibagi lagi menjadi dua bagian. Satu bagian dicelup sebagian lagi dicelup dan dipalet, yaitu diwarnai dengan warna berbeda lalu digulung dalam palet.

Proses pewarnaan untuk benang ini meliputi dua tahap, yaitu proses deguming dan proses pencelupan benang sutra.

1. Proses degumming, yaitu proses pembuangan gerah (serisine) pada benang sutra (jibroine). Proses ini dilakukan dengan memasak benang sutra dalam larutan tinovetin (l-2 kg/lt) dan abu soda (1 gr/lt) dengan perbandingan bahan dan air 1 : 3.

  • Panaskan tinovetin dan abu soda dalam ait mendidih lalu rendam benang sutra sekitar 30-69 menit dalam larutan tersebut.
  • Selesai melakukan proses perendaman benang kemudian dibilas dengan air dingin.

2. Proses pencelupan benang sutra, yaitu pencelupan dalam pewarna eryoil.

  • Zat pewarna yang telah ditimbang sesuai resep dilarutkan dalam air mendidih.
  • Setelah itu larutan dimasukkan dalam pencelupan berisi air dengan perbandingan antara bahan dan air 1 : 20. Didalam larutan tersebut diberi asam cuka * 1-3 cc/lt) dan univadine pa atau obat perata (1 r/lt).
  • Pemberian asam cuka dilakukan dua kali, setengah bagian pada awal pencelupan dan setengah bagian sisanya pada akhir pencelupan.
  • Proses pencelupan berlangsung selama 30-40 menit pada suhu air mendidih.
  • Setelah selesai benang sutra dicuci bersih lalu dikeringkan.

Melerai Benang Lungsi Dan Benang Pakan

Proses mengurai benang sutra perlu dilakukan untuk menguraikan gumpalan benang. Benang yang sudah “dilerai” kemudian dililitkan pada sebilah buluh kecil atau peleting buluh. Benang yang dileraikan ini akan menjadi benang lungsi dan benang pakan.

Menganing

Menganing merupakan proses untuk membuat benang lungsi, yaitu benang yang diatur memanjang dan direnggang pada alat penenun. Panjang benang mengikuti panjang kain yang akan ditenun. Sedangkan lebar rentangannya mengikuti lebar kain.

Mula-mula benang sutra yang telah dilerai dan telah dipintal pada peleting disusun di atas anian (alat tenun). Cara pemasangan benang lungsi adalah sebagai berikut:

  • Mula-mula benang lungsi dibentangkan sampai ujung.
  • Benang lungsi dibagi menjadi beberapa bagian. Yang paling ujung diikatkan ke awitan, balok kayu panjang yang melekat pada dayan.
  • Pada awitan terdapat beberapa lubang, setiap lubang dimasukkan dua benang lungsi.
  • Setelah semua benang lungsi masuk ke dalam lubang awitan, awitan tersebut di pasangkan pada dayan.
  • Benang lungsi direntangkan dari dayan ke pengapit, dan di usahakan agar benang lungsi dalam posisi lurus.
  • Benang lungsi siap digulung.

Menggulung Benang

Benang-benang yang telah disusun di anian ujungnya kemudian digulung dengan papan lungsi (dayan) untuk memudahkan penenunan. Lehar gulungan mengikuti lebar suri dan panjang lungsi.

Menyapuk

Setelah benang dimasukkan ke dalam suri, dua urat benang lungsi dikaitkan melalui setiap celah suri. Benang yang digulung dimasukkan menelusuri suri sebelum diletakkan ke pengapit yang diletakkan di bagian depan tempat duduk penenun. Proses ini dengan menggunakan pengapit.

Mengarak

Benang lungsi berangka genap dan ganjil akan diangkat turun-naik secara berselang-seling dengan penyingcing sewaktu menenun.

Menyongket

Proses menyongket ini merupakan proses untuk merancang corak di atas benang lungsi dengan menggunakan alat yang terbuat dari lidi atau bilah nibung dengan menyongketkan benang lungsi sebanyak tiga atau lima lembar, kemudian diikat. Proses ini juga disebut dengan proses "ikat butang".

Menenun

Urutan proses menenun yang harus dilakukan untuk membuat kain cual diantaranya:

  1. Siapkan teropong yang telah berisi benang pakan, belire dan buluh di sebelah kanan.
  2. Kemudian penyingcing diangkat ke atas, masukkan buluh dalam sela-sela benang yang telah terkuak, lalu digeserkan ke depan bersama penyingcing bawah.
  3. Masukkan belire dan tegakkan.
  4. Kemudian masukkan teropong berisi benang pakan dari sela benang-benang yang telah terkuak, dari sebelah kanan ke kiri.
  5. Helaikan benang pakan tersebut sesuai bentuk motif.
  6. Sentakkan benang yang telah masuk tersebut dengan belire dan ketatkan tenunannya.
  7. Ketika benang telah sampai ke tepi kiri, keluarkan belire dan angkat penyingcing bawah. Masukkan kembali belire dan tegakkan.
  8. Masukkan teropong berisi benang pakan dari kiri ke kanan.
  9. Helaikan benang sesuai motifnya.
  10. Sentakkan benang dengan belire, ketatkan benang tenun.

Pada umumnya satu gulung dayan benang lungsi (lungsen) dapat dipakai untuk menenun tiga kain atau selendang kain cual. Bila benang dalam gulungan dayan telah habis, maka harus segera disambung benang baru dengan cara sebagai berikut.

  1. Turunkan semua lidi kembang, dua lidi paling atas, penyincing dan suri ke dekat pengapit
  2. Potong kira-kira 10 cm dari lidi paling atas.
  3. Ikat benang lungsi yang telah dipotong tersebut menjadi beberapabagian
  4. Benang lungsi baru dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian dimasukkan ke buluh dan satu bagian lagi ke belire.
  5. Mulailah menyambung benang lungsi lama dengan benang lungsi baru satu per satu. Setelah penyambungan selesai, dilanjutkan dengan penggulungan benang lungsi baru ke dayan dengan penghitungan yang teliti.

Untuk menambahkan benang emas pada kain tenun cual maka cara penenunan yang harus dilakukan yaitu:

  1. Mula-mula tandai kembang (motif) yang akan ditenun.
  2. Masukkan pemipil ke lidi pertama.
  3. Buatlah batuk sepanjang empat jari.
  4. Letakkan belire dan buluh serta teropong berisi benang pakan dan benang emas di sebelah kanan.
  5. Turunkan pemipil dan tegakkan.
  6. Masukkan teropong berisi benang pakan dari sebelah kanan ke kiri.
  7. Sentakkan dengan belire untuk mengetatkan benang tenunan.
  8. Keluarkan belire ke sebelah kanan.
  9. Turunkan pemipil dan tegakkan.
  10. Masukkan benang emas yang dari kiri ke kanan.
  11. Angkat gun atas, masukkan buluh dan letakkan di tengah lungsi.
  12. Masukkan belire dan tegakkan.
  13. Masukkan teropong berisi benang pakan dari sebelah kiri ke kanan.
  14. Sentakkan dengan belire.
  15. Keluarkan buluh dan belire ke sebelah kanan. Ulangi proses 5-15 sebanyak tiga kali.
  16. Tarik pemipil dan lidi kemudian masukkan pemipil ke lidi berikutnya.

Keahlian dalam mengetatkan benang dengan belire sangat menentukan kehalusan tenunan kain tradisional khas Bangka Belitung ini. Bila benang terlalu ketat atau kendor, kain tenun akan kurang halus. Begitu pula penggunaan benang emas harus berhati-hati dan serapi mungkin agar bentuk motifnya bagus.

Supaya kain tenun yang dihasilkan lebih menarik, motif cukit dan ikat (menggunakan benang emas) hendaknya dibuat dengan urutan sebagai berikut:

  1. Kembang pinggir terdapat pada kedua sisi atas dan bawah kain, berbentuk corak garis zigzag.
  2. Patah beras, motif yang mengapit motif umpak di tengahnya.
  3. Umpak, berbentuk motif bunga yang berada di tengah-tengah di antara garis jalur patah beras.
  4. Pucuk rebung, merupakan motif yang khas pada kepala kain.
  5. Tawur, terdiri dari taburan bunga kecil-kecil mengisi ruang di bagian kepala kain.
  6. Ombak, motif zigzag seperti ombak yang merupakan pembatas bagian kepala kain dengan bagian badan kain.
  7. Batuk, batas paling pinggir kain. Batas kain ini bisa dibuat berwarna polos atau sesuai warna dasar kain cual.
  8. Teretes, hiasan pinggir di sebelah batuk, berupa garis lurus seperti pagar.
  9. Kembang tabur, pada badan kain dihias dengan motif bunga yang tersebar.
  10. Pucuk rebung, motif pada ujung kain yang diapit oleh motif lain seperti umpak, patah beras, tawur dan lainnya.

Demikian pembahasan singkat mengenai proses pembuatan kain tradisional khas Bangka Belitung yang dapat kami bagikan untuk anda. Kalau sahabat Fitinline mau tahu ragam kain tradisional Indonesia yang tidak kalah menarik simak terus artikel dari kami ya.

Mencari bahan kain tradisional berkualitas dengan harga yang cukup terjangkau untuk pelengkap kebutuhan sandang?. Sahabat Fitinline bisa melihat-lihat dulu koleksi bahan kain tradisional kami Di Sini.

Semoga bermanfaat.

Comments 0

Leave a Comment
Belum ada komentar untuk saat ini.

Send Comment

Anda harus terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.