Jauh sebelum ditemukannya serat kapas, konon masyarakat suku Rote di Nusa Tenggara Timur telah lama membuat kain tenun dengan menggunakan bahan serat dari sejenis pohon palem seperti lontar dan gewang. Setelah serat kapas masuk ke Nusantara barulah masyarakat suku rote mulai membuat kain tenun dari serat kapas. Barang-barang yang dihasilkan dari bahan tenunan tersebut diantaranya berupa kain lafe tei dan ti’i langga. Kain lafe tei merupakan kain tradisional Rote yang dimanfaatkan menjadi busana sehari-hari, sedangkan ti’i langga merupakan topi khas Rote yang bentuknya mirip dengan topi sombrero dari Meksiko.
Sumber : http://www.my-armae.com
Sebagai aksesoris dari pakaian tradisional untuk pria Rote, ti’i langga umumnya dibuat dari daun lontar yang dikeringkan. Sifat alami daun lontar yang semakin lama semakin mengering, secara otomatis akan mengubah ti’i langga yang berwarna kekuningan menjadi semakin kecokelatan. Konon bagian yang meruncing pada topi ti’i langga lambat laun akan mengalami kemiringan dan sulit untuk ditegakkan kembali.
Sumber : https://aklahat.wordpress.com
Oleh sebab itulah ti’i langga kemudian dijadikan sebagai perlambang sifat asli orang Rote yang cenderung keras sekaligus simbol kepercayaan diri dan wibawa pemakainya. Meski sejatinya topi ti’i langga hanya diperuntukkan bagi kaum pria, namun pada saat-saat tertentu seperti pada pertunjukan seni tarian tradisonal foti, perempuan juga diperbolehkan menggunakan penutup kepala ini.
Sumber : http://joehenukh.blogspot.com
Secara garis besar pakaian adat yang dikenakan oleh pria Rote yaitu berupa kemeja polos lengan panjang berwarna putih dan sarung tenun berwarna gelap yang menjuntai hingga menutupi setengah betis sebagai penutup tubuh bawah. Sebagai aksesoris ditambahkan pula sebilah golok juga diselipkan di pinggang bagian depan serta sehelai kain tenun berukuran kecil yang diselempangkan di bagian bahu.
Sumber : http://benyaminlakitan.com
Sementara pakaian adat yang dikenakan oleh wanita Rote yaitu berupa baju kebaya pendek yang dipadukan dengan kain tenun sebagai bawahanny. Salah satu motif yang sering digunakan untuk menghiasi pakaian adat ini adalah motif pohon tengkorak.
Sumber : https://aklahat.wordpress.com
Sebagai pelengkap gaya berbusana ditambahkan pula penggunaan selendang yang menempel pada bagian bahu serta atau hiasan kepala bernama bulan molik yang memiliki bentuk menyerupai bulan sabit dan dilengkapi dengan tiga buah bintang. Bahan yang digunakan untuk membuat hiasan ini diantaranya berupa emas, perak, kuningan, atau perunggu yang ditempa dan dipipihkan, kemudian dibentuk menyerupai bulan sabit.
Sumber : http://benyaminlakitan. wordpress.com
Selain bulan molik ditambahkan pula aksesoris lain berupa gelang, anting, pending bermotif bunga atau hewan unggas serta kalung susun (habas). Dalam adat setempat kalung susun atau habas yang terbuat dari emas atau perak dianggap sebagai benda keramat yang memiliki kekuatan gaib.
Sumber : http://joehenukh.blogspot.com
Semoga bermanfaat.
Tags : designer indonesia, desain fesyen
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.