Pemanfaataan bulu binatang sebagai bahan baku pembuatan pakaian hangat dikala musim dingin konon telah berlangsung selama berabad-abad bahkan berlanjut sampai saat ini. Proses pengambilan bulu binatang yang dilakukan dengan cara membunuh dan mengulitinya tidak dapat dipungkiri menimbulkan kontroversi tersendiri lantaran mengakibatkan berkurangnya jumlah populasi serta kepunahan satwa tertentu. Hal inilah yang kemudian melahirkan sebuah gagasan untuk menciptakan bulu tiruan yang dikenal dengan nama Faux Fur.
Sumber : http://www.thegreenhead.com
Faux fur merupakan bahan tiruan dari serat sintetis yang dirancang menyerupai bulu asli tanpa menyakiti binatang maupun merusak lingkungan sekitarnya. Seperti halnya bahan plastik, faux fur termasuk kedalam golongan material yang kuat dan tidak mudah dihancurkan sehingga mampu bertahan dalam kurun waktu yang cukup lama.
Sumber : http://golestaneh-streetstyle.blogspot.com
Bagikan inspirasi desainmu Disini! Dan temukan kawan-kawan baru.
Faux fur pertama kali diperkenalkan pada tahun 1929 dan mulai tersedia secara komersial sejak tahun 1950-an sebagai alternatif pengganti bulu binatang. Selain digunakan untuk membuat coat, jaket dan produk pakaian hangat lainnya, material faux fur juga bisa dimanfaatkan untuk membuat boneka hewan, aksesoris, tas, sepatu, hingga perlengkapan rumah tangga seperti bantal dan selimut.
Sumber : http://dinaclabaugh.wordpress.com
Mengingat karakteristiknya yang lebih tebal jika dibandingkan dengan bahan kain pada umumnya maka dalam pembuatan proyek-proyek kerajinan menggunakan bahan faux fur dibutuhkan teknik tersendiri. Misalnya saja dengan jahitan tangan membentuk pola tertentu untuk penyelesaian akhir produk tersebut.
Sumber : http://dinaclabaugh.wordpress.com
Mempunyai karya design? Pajang karyamu Di sini!
Salah satu keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan faux fur atau bulu sintetis antara lain adalah menjaga kelangsungan hidup binatang tertentu dari ancaman kepunahan. Disamping itu faux fur yang dibuat dari serat sintetis juga tidak membutuhkan ruang penyimpanan yang bersuhu dingin untuk menahan kerusakan karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap ngengat.
Sumber : http://www.aliexpress.com
Sebuah studi yang dilakukan oleh Fund for Animals di tahun 1979 menyebutkan bahwa konsumsi energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu mantel yang terbuat dari bulu palsu atau faux fur jauh lebih hemat jika dibandingkan dengan pengolahan bulu binatang yang diperoleh dengan cara ditangkap atau sengaja dibesarkan di peternakan.
Sumber : http://rachaelgibson.co.uk/
Semoga bermanfaat.
Tags : designer indonesia, desain fesyen
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.