Sumber : Akun instagram cemantingart.studio
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh keterlibatan UMKM yang mulai ramai keberadaannya. Sesuai yang tercantum pada UUD 1945 pasal 33 ayat 4, UMKM merupakan bagian dari perekonomian nasional yang berwawasan kemandirian dan memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan peran UMKM yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara. Kini, pelakunya ada kurang lebih dari 57 juta UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya yaitu CemantingArt yang bergerak dalam bisnis Batik, Ecoprin dan Fashion.
CemantingArt
Lilis Kurnia Widyastuti, merupakan owner dari CemantingArt yang telah merentangkan sayapnya tidak hanya di bisnis batik saja, melainkan juga ecoprint dan fashion. Wanita yang akrab disapa Lilis itu menceritakan awal mula bisnisnya pada sesi wawancara yang dilakukan pada hari Sabtu, 29/10/2022.
“Saya mulai bisnis fashion berawal dari sambilan jualan thrift di kantor tahun 1998-2000, ketika pindah kantor melihat peluang membuat baju seragam kantor bekerjasama dengan suatu konveksi di Jakarta Barat. Ketika sudah keluar dari kantor mulai jualan kain dan baju batik lalu mengasah kembali jiwa seni lukis dengan menggambar pola batik di kain, mencantingnya dan mengikuti training pewarnaan batik. “
Dari membatik sendiri lanjut menjadikannya baju-baju custom dan seragam kantor. Dari pelatihan batik dari batik diperkenalkan ke ecoprint yang kebetulan saat itu 2016 juga secara pribadi sedang mencoba-coba dari melihat youtube luar negeri.
Lebih lanjut Batik dan Ecoprint digabungkan sebagai diferensiasi produk dari CemantingArt berupa baju dan pashmina.” Jelasnya
CemantingArt sendiri memiliki filosofi, kerjasama yang saling melengkapi satu sama lain dengan fokus di bidang seni. Dalam wawancaranya, Lilis menjelaskan bahwa asal kata Cemanting adalah canting, alat untuk membatik, sambil menunjukkan alat canting. Kenapa dari Canting menjadi Cemanting? Itu hanya ritme dari perulangan kata canting saja, canting-canting yang bekerja, canting pating cemanting. Seperti jika kita mendengar kata barang- barang dicantel pating cemantel, contohnya demikian.
CemantingArt nyatanya telah meraih beberapa penghargaan bergengsi, diantaranya juara 1 Desainer Batik duet bersama pembatik lokal lain dan Juara 2 Desainer Busana Lenggang Lenggok pada acara Hari Batik di Purbalingga, Jawa Tengah, masing-masing pada tahun 2022 dan 2019.
Awal Mula
Sumber : Akun Googgle Bussines Cemantingart Ecoprint Craft Batik
Lilis menceritakan pengalamannya ketika baru terjun ke dalam bisnis batik dan ecoprint tersebut. Ia menceritakan pengalamannya bekerja sama dengan Bank Limbah dari Kelompok Limbah Pustaka.
“Lalu mulai melatih Komunitas tersebut, komunitas yang mengumpulkan buku-buku bekas serta barang-barang daur ulang. Saya lihat komunitas bagus, lalu coba kerjasama untuk pelatihan ecoprint, baik ecoprint kertas maupun ecoprint kain dan juga kain batik.” ujarnya.
Tidak hanya itu, Lilis juga menceritakan bahwa pada dasarnya bisnis tersebut bermula dari hobinya, yaitu menggambar dan melukis. Lalu ketika lilis dan keluarga pindah, kembali ke kampung halaman orang tua yaitu Jawa Tengah, mengikuti lomba Motif Batik Kearifan Lokal Lowo sampai terbetiklah ide untuk mewujudkan gambar lukisan sebagai batik yang dapat merangkum SDM dan mengeksplorasi motif-motif sekitar.
“Dan karena keluarga saya pegawai yang kelak akan pensiun ya. selain bisnis dimulai niat karena Allah, juga karena niat mengenalkan brand ke masyarakat sejak dini sebagai persiapan sebelum masa pensiun tiba. Dan ketika saat itu insha Allah datang, bisnis ini sudah berjalan, ada namanya dan tinggal dilanjutkan. Dan anak saya juga diperkenalkan dunia kerja sejak dini. Selama ini mereka juga membantu ibunya, baik sebagai kurir untuk membeli bahan mentah atau sekadar mencuci kain sebelum diolah atau menjadi modelnya. Seperti itu. Jadi semua bekerja, saudara, keluarga, tetangga...”, tambahnya.
Produk-Produk CemantingArt
Sumber : Akun instagram cemantingart.studio (Ecoprint Blouse)
Diketahui bahwa produk CemantingArt memiliki konsep zero waste dengan tujuan untuk memaksimalkan luas bahan yang akan dipakai dalam suatu produk agar hanya ada sedikit limbah yang terbuang.
“Misal, kalau hijab, hijab bentuk persegi empat, tiap inci bidang kain dipakai semuanya, zero waste bangetkan. Tapi kalau baju, gimana ya caranya bikin baju yang sedikit limbah perca-nya, dimaksimakanlah tiap sudut bidang kainnya sehingga konsep zero waste-nya didapat. Karena ada juga anggapan bahwa zero waste adalah menggunakan perca-perca menjadi baju. Padahal konsep zero waste-nya sebenarnya, adalah menyedikitkan limbah dalam pembuatan sebuah baju. Tapi kalo memanfaatkan perca, itu bukan zero waste dalam artian zero waste tadi, tepatnya adalah bagaimana memanfaatkan limbah kain.” Jelasnya.
Selain produk pakaian, CemantingArt juga memproduksi produk-produk lainnya seperti pouch bekal yang sudah lengkap dengan peralatan makan yang terbuat dari kayu, sajadah, mukenah ecoprint, sepatu, tas laptop dan lain sebagainya.
Tujuan dan Harapan
Sumber : Akun instagram cemantingart.studio
CemantingArt memiliki program kemasyarakatan berupa kerja sama dengan SMK, khususnya prodi Tata Busana, menyediakan tempat Praktek Kerja Lapangan. Selain itu, program lain adalah pelatihan, membina masyarakat sekitar, seperti Bank Limbah dan kedepannya adalah Lapas.
“Bisa berperan dan bermanfaat lebih banyak pada masyarakat, jadinya eksplor diri dan bisnis. Transfer knowledge, sharing atau transfer skill. Karena batik itu ternyata dikategorikan oleh Badan Dunia UNESCO, sebagai Warisan Tak Benda. Jika perputaran Batik Tradisional di Indonesia itu sedikit, lebih banyak ke printing motif Batik bisa saja UNESCO mencabut kembali apa yang telah dicanangkan. Kategori Batik Tradisional itu adalah batik yang dibuat mempergunakan malam batik sebagai perintang warna dan dibuat dengan manual (hand made) secara cap, batik tulis, batik semi (gabungan dari cap dan tulis). Bukan Printing motif Batik (kain motif batik yang dicetak dengan mesin). Dan diwarnai dengan pewarnaan alami maupun pewarnaan sintetis”, jelasnya.
Lilis juga menambahkan bahwa untuk menjadi pembicara, ia juga turut mengikuti uji kompetensi sebagai pendamping UKM.
“Sharing Management knowledge juga penting untuk itu saya berusaha ikut sertifikasi uji kompetensi untuk punya legalitas dari Negara sebagai Pendamping UKM via BNSP. Sertifikat BNSP yang telah dimiliki selain itu adalah dari LSP Batik yaitu batik tulis, batik pewarnaan, dari LSP MODE yaitu Fashion Berbasis Stylist.” Ujarnya.
Tidak sampai disitu saja, Lilis juga menceritakan bahwa sebagai pemilik bisnis batik, ecoprint dan Fashion, ia memiliki harapan yang besar untuk apa yang diupayakannya terus dilestarikan oleh kalangan generasi muda.
“Harapan saya, sejak dini anak-anak dan remaja bisa diperkenalkan dengan motif batik. Perca-perca sisa itu bisa dibuat batik buat baju anak kecil baju remaja yang fashionable, dompet/tas dan lain-lai. Paling tidak bisa sering terlihat motif-motif batik dalam produk-produk sehingga akan lebih menimbulkan interest pada mereka akan Warisan Budaya Indonesia ini.” Ujarnya.
Tidak hanya batik, ia juga turut menceritakan harapannya sebagai pengrajin ecoprint untuk tetap melestarikan alam.
“Ecoprint itu memang bukan batik, tapi kalau dikombinasikan dengan batik akan terlihat kreatif dan juga sama menariknya. Bunga-bunga dan daun-daun yang kita manfaatkan dalam pembuatan ecoprint itu tidak dapat cepet tumbuh kembali. Tapi bila kita paham cara mengambil daunnya, misal kita tinggalkan pucuk tunasnya untuk tumbuh kembali atau hanya mengambil dedaunan yang jatuh, mengambil akar hanya dari pohon yang mati maka kita telah berkontribusi terhadap kelestarian alam apalagi jika kita barengi dengan penanaman kembali bibit pohon.” Jelasnya.
Sebagai penutup, Lilis menambahkan,”Bahwa bisnis jika dimulai dengan niat dan cara yang baik-baik maka in sha Allah jalannya akan mudah dan hasilnya juga berkah.” Maka ia berpesan kepada para GenZ yang akan memulai berbisnis. “Luaskanlah wawasan dan pengetahuan, prakteklah, bergeraklah walau hanya sedepa, walau tanpa modal atau dengan modal minim, walau sendiri. In sha Allah itu akan menarik rejeki segala jalan kemudahan. Dan perlahan mulailah kerjasama, binalah kerjasama karena dari kerjasama itu, selain kita memperluas jalan rejeki kita, juga jalan rejeki sekitar. Dan itu jadi investasi amal,” tutupnya.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.