Pembuatan sarung tenun sutra Mandar dimulai dengan memilih benang sutra menggunakan teknik Ma’unnus dan Ma’ttiqor untuk menghasilkan serat panjang yang halus. Setelah benang selesai dipintal selanjutnya dilakukan proses Macingga, yaitu pewarnaan benang sutra menggunakan zat pewarna alami yang diperoleh dari daun nila, gamalo, bakko (kulit Mangrove), kalanjo (kelapa bertunas), maupun bahan lainnya.
Sumber : http://www.yukpegi.com
Proses macingga dilakukan dengan merebus benang menggunakan air pewarna dalam keadaan mendidih agar zat pewarna meresap secara sempurna kedalam benang. Selanjutnya bilas benang sutra menggunakan air bersih kemudian dijemur sampai kering. Hal terpenting yang perlu dilakukan selama penjemuran adalah benang harus selalu ditarik-tarik atau disiangi agar terpisah-pisah antara lembaran yang satu dengan lainnya.
Sumber : http://ruraltourismetlingsing.blogspot.com
Benang sutra yang sudah diwarnai kemudian ditempatkan pada sepotong bambu atau alat berbentuk bulat lainnya dan diputar untuk membuat gulungan benang sutra. Proses menggulung benang ini disebut dengan manggalerong. Benang yang digalenrong tersebut untuk persiapan proses pembuatan benang lungsi. Lebar lungsi yang dibuat biasanya berkisar 50 cm, 60 cm atau 75 cm. Sehingga tinggi sarung mandar yang sudah selesai disambung menjadi 100 cm, 120 cm atau 150 cm.
Sumber : http://baruga2004.blogspot.com
Selain manggalenrong, seorang penenun juga harus mempersiapkan benang yang dipakai untuk benang pakan yang dililitkan pada ujung pamalingan. Proses ini dinamakan mappamaling yang berarti memindahkan. Peralatan yang digunakan dalam proses ini yaitu berupa roeng dan unusan.
Untuk mengatur benang lungsi pada proses sumau, masyarakat Mandar biasanya memanfaatkan kolom rumah yang cukup luas sebagai sarana pembuatan sautan. Panggung sautan tersebut biasanya dibuat di antara tiang-tiang kolom rumah yang terbuat dari gamo (pelepah daun rumbia). Peralatan yang diperlukan pada tahapan ini diantaranya berupa suru', aweran, ale', susu'ale, pallumu-lumu, pattanra', galenrong.
Sumber : http://baruga2004.blogspot.com
Sama halnya dalam pembuatan tenun di daerah lain, dalam menyusun benang lungsi kedalam sautan cara khusus yang dapat diterapkan. Tahap-tahap pelaksanaan proses sumau terdiri dari :
1. Mempersiapkan galenrong.
2. Mengambil ujung benang dari galenrong ke atas sautan masuk ke lubang suru', kemudian ke lubang ale'. Kembali ke lubang suru' lagi, kemudian diantar ke ujung sautan diputar satu kali, lalu diarahkan kebagian bawah lagi sebanyak satu kali.
3. Ulangi terus menerus sampai tersusun kombinasi warna-warna yang diinginkan.
Setelah selesai, benang lungsi yang selesai tersusun dilepas dari sautan, dengan cara menarik aweran-nya saja.
Sumber : http://www.cumilebay.com
Periksa benang lungsi terlebih dahulu sebelum melakukan proses mappatama atau memasukkan benang kedalam tandayang. Segera lakukan penyambungan bila menjumpai adanya benang yang terputus, kemudian dipasangi patakko. Selanjutnya lilitkan benang lungsi pada papan pamalu' yang nantinya akan dimasukkan ke pattandayangan.
Langkah terakhir, masukkan ujung pakan yang lain ke dalam passa dengan ketentuan biring keccu (pinggir kecil benang lungsi) berada di sebelah kanan dan pandapuan berada di sebelah kiri. Setelah seluruh persiapan selesai dilakukan, maka proses menenun atau manette dapat dimulai.
Sumber : http://baruga2004.blogspot.com
Proses menenun lipaq saqbe sejak dahulu dilakukan menggunakan mesin tenun tradisional Mandar bernama parewa tandayang yang diciptakan dan diproduksi secara turun temurun oleh masyarakat Mandar dari generasi ke generasi.
Semoga bermanfaat.
Rahayu Tyas
10 years ago