Proses pembuatan kain batik tidak bisa dipisahkan dari yang namanya pewarnaan, salah satunya melalui proses pewarnaan dengan zat pewarna alami yang biasa diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti kayu, akar, daun, biji dan bunga.
Sumber : https://www.tembi.net/
Sifat warna yang didapatkan dari Batik Warna Alam biasanya akan menghasilkan warna-warna kalem, lembut, dan menyerupai bahan alaminya. Meski varian warnanya tidak terlalu banyak, namun warna alami yang digunakan umumnya terbilang cukup unik dan khas jika dibandingkan dengan batik pewarna kimia.
Sumber : http://batikalamnusantarapewarnalami.blogspot.co.id/
Pembuatan batik dengan pewarna alami diawali dengan membuat motif menggunakan pensil. Kemudian dilanjutkan dengan “nyorek” yaitu melukis motif menggunakan canting dan malam. Pada pembuatan batik cap proses “nyorek” diganti dengan menggunakan alat cap motif.
Sumber : http://harianbernas.com/
Proses berikutnya dilakukan tahap pembasahan dengan menggunakan larutan TRO, semacam bahan pelengkap dalam pembuatan batik yang berbentuk serbuk putih seperti layaknya deterjen. Setelah melalui tahap pembasahan, bahan kain langsung dilanjutkan dengan pewarnaan menggunakan pewarna alami.
Sumber : https://news.detik.com/
Untuk menciptakan batik dua warna dilakukan tahap pewarnaan sebanyak dua kali. Pewarnaan pertama disebut “medel” sementara pewarnaan kedua disebut “nyoga”. Pada tahap pewarnaan pertama kain mula-mula dicelupkan ke dalam pewarna alami. Kain yang sudah diwarnai selanjutnya dijemur atau dikeringkan dengan cara direntangkan.
Setelah kering tahapan dilanjutkan dengan “nembok” yaitu menutup bagian-bagian tertentu pada motif untuk memberikan ruang warna baru pada pewarnaan kedua. Seperti halnya nyorek, nembok juga dilakukan dengan canting dan malam.
Pembuatan batik dilanjutkan dengan pewarnaan kedua atau yang disebut “nyoga”. Kain dicelupkan ke dalam pewarna alami yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi dan efek warna yang baru. Nyoga dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan medel, akan tetapi prosesnya diulang hingga tiga kali untuk memperkuat warna.
Sumber : http://www.republika.co.id/
Pewarnaan diakhiri dengan mencelupkan kain ke dalam larutan fiksasi. Tujuan dilakukannya proses fiksasi adalah untuk mengunci dan menguatkan zat warna alam serta memberikan efek warna (arah warna) yang berbeda-beda sesuai dengan zat fiksasi yang digunakan.Jenis-jenis bahan fiksasi yang dapat digunakan pada proses membatik dengan bahan pewarna alami antara lain berupa:
- Kapur untuk menghasilkan warna yang muda atau terang.
- Tawas untuk memperoleh warna dasar atau asalnya.
- Tunjung agar menghasilkan warna yang lebih tua.
Pada tahap penguncian warna dengan fiksasi, warna akhir kain batik sebenarnya belum terlihat sepenuhnya. Warna akhir batik baru akan muncul setelah kain direbus atau yang disebut “nglorod” untuk membersihkan sisa lilin malam yang menempel pada kain.
Batik yang telah direbus kemudian dibersihkan dengan mencelupkannya ke dalam air yang telah ditambah soda abu untuk menghilangkan sisa lilin yang mungkin masih menempel. Setelah dijemur dan kering kain batik yang telah jadi siap untuk digunakan.
Sumber : https://naningisme.wordpress.com/
Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.