Article

Homepage Article Batik Makna Tersembunyi Dibalik…

Makna Tersembunyi Dibalik Kain Sasirangan dan Proses Pembuatannya Yang Perlu Anda Ketahui

Dikenal sebagai salah satu kain adat suku Banjar yang berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, kain sasirangan khas Kalimantan Selatan sebenarnya juga kaya akan makna dan filosofis tersendiri lho. Selain memiliki tampilan yang unik cara pembuatan kain sasirangan ini juga menarik untuk dipelajari.

Pengertian Kain Sasirangan

Kain sasirangan merupakan kain batik yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dalam tradisi yang berkembang di daerah setempat kain batik ini konon dipercaya mampu mengobati berbagai jenis penyakit sehingga di masa lampau kain sasirangan hanya bisa dibuat berdasarkan permintaan.

Kain Sasirangan

Sumber : https://cipikastoreid.wordpress.com/

Istilah sasirangan sendiri konon berasal dari kata "sa" yang berarti "satu" dan "sirang" yang berarti "lajur atau jelujur". Sesuai dengan namanya kain ini umumnya dibuat dengan cara menjelujur yang kemudian diikat dengan tali, benang atau bahan lain yang sejenis kemudian dicelup ke dalam bahan pewarna pakaian.

Kain Sasirangan

Sumber https://kalimantan.bisnis.com/

Corak atau motif kain sasirangan sangat ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu jenis benang atau bahan pengikat yang digunakan sebagai perintang. Sementara untuk bahan pewarnanya kebanyakan masih menggunakan pewarna alam seperti jahe, air pohon pisang, daun pandan dan lain sebagainya. 

Kain Sasirangan

Sumber : http://pesonawisataindonesia.com/

Sejarah Singkat Kain Sasirangan

Diwariskan secara turun-temurun sejak abad XII, kain sasirangan pertama kali dibuat untuk memenuhi permintaan Putri Junjungan Buih tatkala Patih Lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di atas rakit balarut banyu sebagai syarat kesediaannya untuk dijadikan raja putri di Kerajaan Dipa.

Kain Sasirangan

Sumber : http://mahligai-indonesia.com/

Menurut Hikayat Banjar kala itu Putri Junjungan Buih meminta Lambung Mangkurat membuatkan sebuah bangunan megah yang dikerjakan oleh 40 orang tukang pria yang masih bujang dan sehelai kain tenun yang harus dibuat oleh 40 orang wanita yang masih perawan dalam tempo satu hari. 

Kain Sasirangan

Sumber : http://mahligai-indonesia.com/

Berawal dari situlah lahir sebuah kain bernama langgurdi kemudian berganti nama menjadi kain sasirangan. Ketika masih bernama kain langgundi, kain sasirangan ini konon lebih banyak difungsikan sebagai kain untuk busana bagi semua lapisan masyarakat di Kerajaan Negara Dipa.

Makna Tersembunyi Kain Sasirangan

Masyarakat suku Banjar meyakini bahwa setiap corak atau motif yang terdapat pada kain sasirangan memiliki fungsi yang berbeda dalam ritual upacara adat. Seperti untuk pengobatan orang sakit (ghaib), ikat kepala adat Banjar (laung), kerudung (kakamban), sarung atau jarik untuk perempuan (tapih bahalai), serta ikat pinggang (babat).

Hampir mirip dengan batik, kain sasirangan umumnya juga memiliki banyak variasi motif yang cukup beragam. Semakin rumit dan sulit motif yang ditampilkan pada permukaan kainnya maka harga kain sasirangan akan semakin mahal. Beberapa  motif kain sasirangan yang umum diketahui diantaranya:

  1. Motif ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang).
  2. Motif bayam raja (daun bayam).
  3. Motif kambang kacang (bunga kacang panjang).
  4. Motif naga balimbur (ular naga).
  5. Motif bintang bahambur (bintang bertaburan di langit).
  6. Motif kangkung kaombakan (daun kangkung).
  7. Motif jajumputan (jumputan).
  8. Motif kambang cengkeh (bunga cengkeh).
  9. Motif awan beriring (awan sedang diterpa angin).
  10. Motif benawati (warna pelangi).
  11. Motif turun dayang (garis-garis).

Selain kaya akan motif  warna-warna yang dituangkan pada setiap kain sasirangan dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat dijadikan sebagai sarana penyembuhan. Karena alasan itulah pemberian warna pada kain sasirangan selalu dibuat sesuai permintaan supaya tujuan pengobatannya dapat tercapai.

  1. Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik dalam proses mengobati penyakit kuning (bahasa Banjar kana wisa).
  2. Kain sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik dalam proses mengobati penyakit sakit kepala, dan sulit tidur (imsonia).
  3. Kain sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik dalam proses mengobati penyakit lumpuh (stroke).
  4. Kain sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal.
  5. Kain sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik dalam proses mengobati penyakit sakit perut (diare, disentri dan kolera).
  6. Kain sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik dalam proses mengobati penyakit tekanan jiwa (stress).

Proses Pembuatan Kain Sasirangan

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, teknik pembuatan kain sasirangan ini pada dasarnya memerlukan proses pewarnaan dengan perintang yaitu dijahit menggunakan benang atau tali rafia sesuai corak yang dikehendaki. Pemberian warnanya pun tidak sembarangan karena harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Selain diperoleh dari jahitan atau kombinasi ikatan, corak kain sasirangan juga sangat dipengaruhi oleh komposisi warna yang diciptakan. Buat anda yang mau tahu lebih lanjut tentang proses pembuatan kain sasirangan berikut kami bagikan proses lengkap pembuatan kain khas Banjarmasin tersebut.

1. Menyiapkan Kain Putih

Untuk membuat kain sasirangan mula-mula siapkan terlebih dahulu bahan kain berwarna putih polos yang sudah dipotong sesuai dengan kebutuhan. Bahan kain yang dimaksud bisa berupa kain satin, kain sutra, kain kapas atau bahan kain lain yang memiliki karakteristik serupa.

Pada awal kemunculannya bahan baku yang digunakan untuk membuat kain sasirangan yaitu berupa serat kapas (cotton), namun seiring berjalannya waktu saat ini lebih banyak memanfaatkan material lain seperti santung, balacu, kaci, king, satin, polyester, rayon dan sutra.

2. Pembuatan Pola Pada Kain

Proses selanjutnya buat pola pada bahan kain sesuai dengan motif yang dikehendaki. Pola-pola inilah yang kemudian dijadikan sebagai patokan dalam menjahit dan mengikat kain tersebut.

3. Menjahit Jelujur

Jelujur bahan kain dengan jarak antara satu sampai dua mili meter atau dua sampai tiga mili meter menggunakan benang atau bahan perintang lainnya. Benang-benang yang terdapat pada setiap jahitan tersebut kemudian ditarik sampai membentuk kerutan-kerutan.

Fungsi digunakannya bahan perintang pada proses pembuatan kain sasirangan yaitu untuk menjaga agar bagian-bagian tertentu dari kain tidak terkontaminasi zat warna saat proses pewarnaan. Spesifikasi khusus yang harus dimiliki bahan perintang diantaranya:

  • Tidak dapat terwarnai oleh zat warna sehingga mampu menjaga bagian-bagian tertentu dari zat warna yang tidak diinginkan.
  • Mempunyai konstruksi anyaman maupun twist yang padat.
  • Mempunyai kekuatan tarik yang tinggi.

4. Membersihan Kain

Bersihkan bahan kain dengan cara merendamnya dalam air dingin yang telah dicampur dengan kaporit selama satu malam sebelum masuk ke tahap pewarnaan. Proses ini penting untuk dilakukan bila anda menggunakan bahan kain yang mengandung kanji agar tidak menghalangi penyerapan zat warna.

Untuk menghilangkan kanji ada tiga cara yang dapat dilakukan yaitu:

  1. Rendam kain putih yang hendak digunakan untuk membuat kain sasirangan dalam air selama satu atau dua hari, kemudian dibilas. Tapi karena prosesnya terlalu lama, ada kemungkinan timbul mikro organisme yang dapat merusak kain.
  2. Rendam kain dalam larutan asam sulfat atau asam chlorida selama satu malam tapi kaau memakai asam yang dipanaskan pada suhu 350 perendaman hanya butuh waktu dua jam. Setelah itu kain dibilas hingga terbebas dari zat asam.
  3. Masak kain putih dengan larutan enzym (Rapidase, Novofermasol dan lain-lain) pada suhu sekitar 450 C selama 30 s/d 45 menit setelahnya kain direndam dalam air panas dua kali masing-masing 5 menit kemudian cuci sampai bersih.

5. Pewarnaan Kain

Berlanjut ke tahap berikutnya yakni pewarnaan kain. Untuk membuat kain sasirangan sedikitnya dikenal tiga cara pewarnaan yang bisa dilakukan yakni berupa pencelupan, pencoletan, serta kombinasi keduanya (pencelupan dan pencoletan).

  1. Teknik pencelupan digunakan untuk memperoleh satu warna saja, yaitu dengan cara mencelupkan kain ke dalam larutan zat pewarna, kecuali pada bagian kain yang dijelujur. Bagian yang dijelujur akan tetap berwarna putih.
  2. Pewarnaan dengan cara dicolet biasanya dilakukan apabila motif yang dibuat memerlukan lebih dari satu warna.
  3. Pada teknik pencelupan dan pencoletan, untuk memperoleh warna dasar yang bagus kain dicelup terlebih dahulu kemudian dicolet dengan variasi warna sebagaimana telah direncanakan.

Untuk bahan pewarnanya sendiri secara umum, ada dua macam bahan yang digunakan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis.

a. Bahan Pewarna Alami

Sebagian besar kain sasirangan yang berkembang dimasa lalu banyak yang dibuat dari bahan-bahan yang pewarna alami seperti biji, buah, daun, kulit atau umbi tanaman liar yang tumbuh di hutan atau sengaja ditanam di sekitar tempat tinggal para pengrajin kain sasirangan itu sendiri.

Beberapa contoh bahan pewarna utama kain sasirangan yang dibuat dari zat pewarna alami antara lain:

  • Warna kuning dibuat dari umbi kunyit atau temulawak.
  • Warna merah yang dibuat dari buah gambir, buah mengkudu, lombok merah, atau kesumba (sonokeling, pen).
  • Warna hijau dibuat dari daun pudak atau jahe.
  • Warna hitam dibuat dari kabuau atau uar.
  • Warna ungu dibuat dari biji buah gandaria (bahasa Banjar amania, pen).
  • Warna coklat dibuat dari uar atau kulit buah rambutan.

Agar warna kainnya tidak mudah pudar bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dengan berbagai bahan lain seperti garam, jinten, lada, pala, cengkeh, jeruk nipis, kapur, tawas, bahkan cuka. Beda penggunaan bahan campuran pada pewarna alami biasanya akan memberikan warna akhir yang berbeda pula.

b. Bahan Pewarna Sintetis

Bahan pewarna sintetis merupakan bahan pewarna kain yang saat ini lebih banyak digunakan oleh para pengrajin kain sasirangan. Selain bahan bakunya mudah didapat, prosesnya pewarnaan kain sasirangan dengan bahan pewarna sintetis juga lebih mudah dan cepat.

  • Jenis zat pewarna sintetis yang sering digunakan pada kain sasirangan antara lain berupa:
  • Zat warna direct yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung dengan tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan.
  • Zat warna asam yang dalam pemakaiannya memerlukan bantuan asam mineral atau asam organik untuk membantu penyerapan.
  • Zat warna belerang yang mengandung unsur belerang di dalam molekulnya
  • Zat warna bejana yang dapat mewarnai serat melalui proses reduksi-oksidasi udara.
  • Zat warna bejana larut yang telah tereduksi kemudian distabilkan sebagai ester asam sulfat.
  • Zat warna napthol yang digunakan pada teknik pewarnaan celup.Untuk menghasilkan warna napthol harus digabung dengan garam diazonium.
  • Zat warna disperse alias zat warna organik yang dibuat secara sintetis untuk mewarnai serat-serat sintetik yang bersifat hidrofobik seperti serat selulosa asetat dan poliester.
  • Zat warna rapid yang diperoleh dari campuran naphtol dan garam diazonium yang distabilkan.
  • Zat warna pigmen yang dapat digunakan untuk mencap semua jenis bahan tekstil.

Kecermatan penggunaan pewarna merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan kain Sasirangan. Oleh karenaya dalam memilih zat pewarna anda harus memperhatikan pula beberapa hal-hal sebagai berikut.

  • Harus mempunyai warna sehingga dapat meng-absorbs cahaya.
  • Dapat larut dalam air atau mudah dilarutkan.
  • Zat warna harus mempunyai affinitas terhadap serat (dapat menempel), tidak luntur, dan tahan terhadap sinar matahari.
  • Zat warna harus dapat berdifusi pada serat.
  • Zat warna harus mempunyai susunan yang stabil setelah meresap ke dalam serat.


6. Melepas Jahitan Jelujur

Usai melakukan proses pewarnaan diamkan kain selama beberapa waktu hingga kering.  Bila kain dirasa sudah agak kering, maka benang-benang jahitan atau ikatan pada kain bisa dilepaskan seluruhnya. Sampai di sini akan terlihat motif-motif bekas jahitan yang tampak diantara kain tersebut.

7. Pencucian

Setelah seluruh benang dan bahan perintang yang digunakan untuk menghalangi bahan pewarna dilepaskan, barulah kain sasirangan dicuci sampai bersih dan air bekas cuciannya menjadi jernih atau tidak berwarna lagi.

8. Pengeringan

Tahap selanjutnya, kain yang sudah dicuci kemudian dijemur tetapi tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Pada beberapa kain yang menggunakan pewarna alami panas mataharibiasanya akan membuat warna kain menjadi mudah pudar dan terllihat kurang bagus.

9. Finishing / Disetrika

Sebagai penyempurnaan akhir, kain sasirangan yang sudah kering kemudian di setrika agar tidak kumal, lebih halus, licin dan rapi. Saat menyeterika kain sasirangan sesuaikan panasnya dengan jenis kain.

Pemanfaatan Kain Sasirangan

Khusus di daerah Banjarmasin, kain sasirangan banyak dimanfaatkan sebagai ikat kepala, sabuk untuk kaum lelaki, serta sebagai selendang, kerudung dan juga kemben bagi kaum wanita meski mulanya hanya diperuntukkan sebagai sarana pelengkap dalam terapi pengobatan oleh para tetua masyarakat setempat.

Sekalipun kini tidak lagi digunakan sebagai kain “penyembuh” atau kain untuk ritual adat Banjar tapi pesona kain Sasirangan nyatanya masih mampu bertahan hingga kini. Terbukti sampai saat ini saja kain sasirangan telah menjelma menjadi produk yang memiliki nilai jual cukup tinggi.

Jika di masa lalu pemanfaatan kain sarirangan masih sangat terbatas pada ritual adat saja, maka kini kain sasirangan juga mulai banyak dimanfaatkan sebagai produk pelengkap kebutuhan fashion bagi masyarakat modern. Baik itu untuk produk wanita maupun produk fashion pria.

Beberapa item fashion yang banyak memanfaatkan kain sarirangan sebagai bahan utamanya antara lain berupa pakaian resmi,pakaian untuk pesta dan pernikahan, bahkan beberapa digunakan sebagai bahan baku perancangan busana kelas nasional.

Merawat Kain Sasirangan

Secara umum cara perawatan yang dapat diterapkan pada kain sasirangan kurang lebih hampir sama dengan kain batik. Untuk menjaga keawetan kain dan menjaga keindahan warnanya berikut beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan.

  1. Pisahkan kain sasirangan dengan bahan lainnya terutama pada proses pencucian pertama. Sebab pada pencucian yang pertama ini biasanya akan terjadi pelepasan residu pewarna namun hal ini tidak akan mempengaruhi kualitas warna "kain sasirangan.
  2. Hindari kebiasaan mencuci kain sasirangan dengan menggunakan deterjen. Sebagai gantinya gunakanlah pewangi, pelembut atau sabun khusus kain batik jangan gunakan pemutih.   
  3. Sebisa mungkin cuci kain sasirangan yang anda miliki dengan menggunakan tangan. Tapi kalau anda ingin mencucinya dengan menggunakan mesin sebaiknya giling dan peras kain dengan lembut jangan tidak terlalu keras.
  4. Hindari menjemur kain sasirangan di bawah sinar matahari secara langsung untuk mencegah terjadinya perubahan warna kain. Supaya lebih aman kain sasirangan ini cukup dijemur dengan cara diangin-anginkan di tempat yang teduh.

Semoga informasi yang kami bagikan bermanfaat sahabat Fitinline. Kalau sahabat Fitinline mau tahu lebih banyak tentang teknik pembuatan kain batik yang tidak kalah seru dowonlod saja video tutorial membatik dari kami Di Sini.

Simak terus artikel dari kami ya.

Comments 0

Leave a Comment
Belum ada komentar untuk saat ini.

Send Comment

Anda harus terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.