Article

Homepage Article Tenun/Lurik Keistimewaan Kain Tadisional…

Keistimewaan Kain Tadisional Ulap Doyo Khas Kalimantan Timur dan Filosofi Yang Tersimpan di Dalamnya

Dikenal sebagai negara yang kaya akan beraneka ragam suku bangsa dan bahasa, Indonesia sebenarnya juga memiliki kekayaan lain berupa kain tradisional yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia lho. Salah satunya diantaranya yakni berupa kain ulap doyo khas Kalimantan Timur yang menyimpan banyak makna tersembunyi di dalamnya.  

Pengenalan Kain Ulap Doyo

Kain tenun ulap doyo termasuk ke dalam jenis kain tradisional Indonesia yang dihasilkan dari tangan terampil para perempuan suku Dayak Benuaq Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Kain ini diberi nama demikian karena bahan utama untuk membuatnya diambil dari serat daun doyo yang diproses lebih lanjut menjadi sebuah kain tenun yang cantik.

Kain Tenun Ulap Doyo

Sumber : https://glexindo.com/

Sebagai salah satu bentuk ekspresi dari ilmu pengetahuan dan keyakinan masyarakat adat dayak Benuaq Ohokng, kain tenun ulap doyo ini umumnya dapat digunakan oleh laki-laki maupun perempuan dalam berbagai ritual adat seperti upacara kewangkey (ritual kematian), upacara pelulukng peruku (pernikahan adat), tarian gantar, hingga ritual pengobatan.

Kain Tenun Ulap Doyo

Sumber : https://glexindo.com/

Selan digunakan untuk ritual adat, kain tenun ulap doyo ini biasanya juga sering dijadikan sebagai mahar untuk acara lamaran yang disebut Uru Oncangkng serta pelengkap dalam kehidupan sehari-hari hanya saja warnanya sedikit berbeda. Untuk aktivitas sehari-hari biasanya berwarna hitam, sedangkan untuk ritual warnanya kebanyakan lebih cerah.

Kain Tenun Ulap Doyo

Sumber : http://picpanzee.com/

Sejarah Kain Ulap Doyo

Beberapa sumber menyebutkan kain tenun ulap doyo diperkirakan telah ada sejak berabad-abad silam, bahkan diduga usianya hampir sama dengan usia keberadaan Kerajaan Hindu Kutai. Hal ini dikuatkan dengan temuan antropologi yang menyebutkan ada korelasi antara motif pada tenun ulap doyo dengan strata sosial dari kelompok masyarakat pemakainya.

Kain Tenun Ulap Doyo

Sumber : https://kumparan.com/

Kain tersebut diberi nama demikian karena bahan utama yang digunakan untuk membuatnya diambil dari serat daun doyo yang kemudian dipintal dan ditenun menjadi sebuah kain tenun. Tanaman doyo yang memiliki nama latin Curculigo Latifolia ini sepintas memiliki daun yang sangat mirip dengan tanaman pandan hanya saja ukurannya cenderung lebih lebar.

Kain Tenun Ulap Doyo

Sumber : http://amankaltim.blogspot.com/

Daun doyo dipilih sebagai bahan utama pembuatan kain tenun karena seratnya yang kuat sangat sesuai untuk dijadikan benang. Supaya dapat digunakan sebagai bahan baku tenun, daun doyo ini harus direndam, dikerik mengikuti arah serat daun, dikeringkan, kemudian dijalin dan dilinting hingga membentuk benang kasar.

Kain Tenun Ulap Doyo

Sumber : https://www.kompasiana.com/

Cara yang produksinya pun dilakukan secara tradisional seperti teknik celup dan teknik tie dye, jadi butuh waktu yang relatif lama untuk menghasilkan kain tenun ulap doyo yang cantik dan menarik. Untuk membuat satu kain setidaknya membutuhkan waktu berbulan-bulan, bergantung pada tingkat kesulitan motif yang akan dibuat.

Kain Tenun Ulap Doyo

Sumber : https://glexindo.com/

Bahan Dasar Kain Ulap Doyo

Sebagai bahan dasar pembuatan kain ulap doyo, tumbuhan doyo dengan nama latin Curculigo Latifolia banyak tumbuh di wilayah Kalimantan Timur serta memiliki beberapa varietas dan ciri-ciri yang berbeda. Berikut beberapa varietas tumbuhan doyo yang dapat diambil seratnya untuk kemudian dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan kain tenun ikat ulap doyo.

1. Doyo Temayo

Doyo temayo merupakn varietas doyo yang paling baik seratnya sebagai bahan kain tenun ikat. Tanaman ini memiliki ciri-ciri bentuk daun agak kecil, melengkung warna hijau muda cerah, serat daunnya tidak telalu keras varietasnya terdapar disekitar wilayah kampung Mancong dan kampung Perigiq.

2. Doyo Pentih

Doyo pentih merupakan tanaman yang seratnya hapir sama dengan serat doyo temayo, yang membedakannya adalah doyo pentih memiliki warna daun yang hijau kekuningan dan lebih tahan terhadap sinar matahari.

3. Doyo Biakng

Doyo biakng merupakan tanaman doyo yang memiliki ukuran daun dan tangkai lebih panjang dari jenis tanaman oyo lainnya. Varietas doyo ini bahkan bisa mencapai 150 cm dan lebar 25 cm dengan panjang tangkai daunnya bisa mencapai 113 cm.

4. Doyo Tulakng

Doyo tulakng merupakan varietas doyo yang ukuran daunnya lebih kecil dari daun doyo pentih dan doyo biakng. Bentuk daun dari doyo tulakng ini juga agak tegak dan lentur karena tulangnya lebih keras, saat pengerikan serat daunnya akan pecah-pecah.

Agar dapat digunakan sebagai bahan baku tenunan, daun doyo yang diperoleh dari tanaman doyo harus dikeringkan dan disayat mengikuti arah serat daun hingga menjadi serat yang halus. Serat-serat ini kemudian dijalin dan dilinting hingga membentuk benang kasar. Setelahnya baru diberi warna menggunakan pewarna alami dari tumbuhan.

Pewarna Kain Ulap Doyo

Untuk menciptakan kain tenun yang cantik, dulu bahan pewarna yang digunakan pada produksi kain ulap doyo kebanyakan didapat dari hutan dan kebun-kebun masyarakat. Namun dengan berkembangnya pembangunan dan alih fungsi hutan sebagai lahan pertambangan serta perkebunan sawit kini para pengerajin banyak yang menggunakan pewarna tekstil. 

Beberapa contoh bahan pewarna alami yang biasa digunakan oleh pengerajin kain tenun untuk mewarnai kain tradisional ulap doyo antara lain:

1. Warna Hitam

Warna hitam diperoleh dari asap pembakaran damar yang dicampur dengan cairan pekat atau bisa juga menggunakan daun pohon kebuau yang sudah tua lalu direbus bersama dengan serat daun doyo. 

2. Warna Kuning

Warna kuning diambil dari sari tanaman kunyit (Curcuma Longa) yang diparut atau ditumbuk sampai halus kemudian diberi tambahan air lalu diperas hingga mengeluarkan warna kuning pekat.

3. Warna Merah

Warna merah dapat diperoleh dari batu lado sejenis batu yang biasanya terdapat di sungai Lawa dan Bentian Besar dan daerah Tanjung Isuy, biji buah Geligemp (Annatto Bixa Orellana) dan kulit batang pohon Uar.

a. Batu Lado

Untuk menghasilkan warna merah, batu lado mula-mula harus dihancurkan menjadi bubuk, dicampur dengan air kemudian dioleskan pada benang doyo.

b. Biji Buah Geligemp

Remas biji buah geligemp lalu campur biji tersebut dengan air sedikit untuk menghasilkan warna merah kental. Cairan inilah yang bisa dipakai untuk mewarnai benang doyo.

c. Kulit Kayu Pohon Uar

Tumbuk kulit kayu pohon uar sampai mengeluarkan getah. Jika sudah kayu ini lalu direndam satu malam sampai air rendaman berwarna merah tua dan siap dipakai untuk mewarnai benang doyo.

4. Warna Coklat

Warna coklat tua bisa didapat dari akar kayu oter. Cara pemanfaatannya yaitu akar kayu oter diambil kemudian ditumbuk halus hingga mengeluarkan getah. Jika sudah selanjutnya benang direndam dalam getah kayu oter hingga berubah warna menjadi coklat.

5. Warna Hijau

Warna hijau diperoleh dari daun tanaman putri malu (Aminosa Pudica) yang ditumbuk hingga menjadi halus kemudian direbus dan mengeluarkan warna hujau kental. Bahan pewarna ini selanjutnya bisa direbus dan digunakan untuk menghasilkan benang doyo warna hijau.

Peralatan Tenun Ulap Doyo

Terkait dengan alat produksi yang digunakannya, untuk membuat kain tenun ikat ulap doyo yang menawarkan banyak keunikan tersendiri pada prinsipnya diperlukan sebuah alat tenun tradisional yang memiliki fungsi sangat penting antara lain:

  1. Pengampent atau band merupakan ikat pinggang sebagai penahan pinggang.
  2. Apit atau penggulung kain, alat yang digunakan untuk menggulung pangkal kain tenun.
  3. Bliraq atau penumbuk, atau biasanya disebut parang-parang atau penumbuk saat menenun.
  4. Buyutn disebut sisir, sebagai penyusun benang.
  5. Telokng, terbuat dari bambu sebagai pembuka benang.
  6. Perasai merua, terbuat dari bambu tipis selebar 2 cm sebagai pemisah benang.
  7. Gigiq, sebagai pengatur benang supaya tidak kusut.
  8. Duat, terbuat dari bambu sebagai pengait benang lungsi.
  9. Daag, alat yang digunakan untuk memasang rangkaian benang tenun yang akan ditenun.
  10. Tukar, sebagai pijakan kaki yang berfungsi untuk pengencang benang.
  11. Tukar te kuet atau sekoci dari kayu, sebagai tempat benang isi yang akan ditenun pada benang lungsi.

Pembuatan Kain Ulap Doyo

Berbicara mengenai cara pembuatannya, jadi kemampuan menenun kain ulap doyo di Kalimantan Timur sendiri umumnya diwariskan secara turun temurun melalui suatu proses yang unik. Para perempuan Dayak Benuaq kebanyakan mulai menguasai proses pembuatan tenun ini sejak usia belasan tahun secara spontan, tanpa melalui proses latihan.

Mereka menguasai teknik ini hanya dengan melihat proses kerja para perempuan yang lebih tua seperti ibu dan sesepuh mereka secara berulang-ulang. Karena transfer keterampilan yang berlangsung secara unik ini, hampir dipastikan sulit menemukan orang yang menguasai tehnik menenun kain tradisional ulap doyo di luar suku Dayak Benuaq.

Langkah-langkah yang harus dilalui dalam proses pembuatan kain doyo secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Pemanenan Daun Doyo

Pertama-tama ambil daun doyo dari hutan atau perkebunan kemudian rendam di dalam air hingga daging daunnya hancur. Ketika memanen daun doyo ini usahakan agar jangan sampai daunnya kering dan terpapar sinar matahari karena akan rusak.

  • Pengambilan daun doyo 60-100 lembar, daun yang dipilih adalah adau yang setengah tua tidak boleh terlalu muda maupun terlalu tua, dengan ukuran sekitar 1-1,5 meter.
  • Dari setiap pohon doyo hanya diambil 1-3 lembar daun dalam satu kali pengambilan dan juga menjaga supaya tumbuhan ini tidak mati.
  • Setiap rumpun dipilih tangkai no 2 dan 5 sebagai bahan tenun. Tangkai no 4 sebagai pengikat serat pada saat pencelupan kedalam bahan pewarna.
  • Daun yang telah diambil langsung dibawa untuk direndam hingga daging daun hancur atau lembek baru bisa diambil seratnya.

2. Proses Rorot/Merorot

Dalam keadaan masih terendam air serat daun doyo di kerik (merorot) menggunakan sebilah piasu bambu atau sisir dari atas ke bawah hingga menghasilkan serat-serat kuat dari daun doyo. Supaya serat benang yang dihasilkan tidak kusut proses ini juga bisa dilakukan di air sungai yang mengalir.

  • Selama proses rorot dilakukan, serat doyo harus tetap berada dalam air. Bila tidak maka warnanya akan berubah menjadi merah atau coklat tua.
  • Serat yang telah selesai dikerik selanjutnya dikaitkan pada batang kayu atau bambu yang telah ditancapkan pada dasar sungai agar sisa-sisa pada serat tersebut larut.
  • Proses pengerikan ini biasanya dilakukan kurang lebih satu jam.

3. Penjemuran Serat Benang

Daun doyo yang sudah di rorot kemudian dikeringkan atau dijemur dalam posisi menggantung atau terjuntai ke bawah supaya tidak kusut. Bila benang yang dipakai pad aproses pengerikan bersih (bening) maka hasilnya serat akan menjadi putih sementara bila airnya kecoklatan maka serat yang dihasilkan akan menjadi krem.

4. Pemintalan Serat Doyo

Setelah kering serat doyo kemudian dipintal dan disambung hingga menjadi gulungan benang yang siap untuk di tenun.
Serat doyo dibelah menjadi 2-3 mm dengan menggunakan pisau atau peniki, setelah itu dikerik pelan-pelan kemudian dipelintir hingga menjadi benang.

  • Benang doyo yang telah dipintal disambung satu persatu, dengan cara disimpul rapat hingga panjang 100 - 200 meter.
  • Benang yang telah di sambung kemudian digulung seperti bola sebesar kepakan tangan.

5. Pewarnaan Benang Doyo

Warna asli serat doyo yang dipakai sebagai bahan tenun pada dasarnya berupa putih atau krem. Untuk membuatnya menjadi lebih berwarna maka perlu dilakukan pencelupan dengan bahan pewarna tertentu.

  • Pada tahap ini benang yang masih polos disusun dalam sebuah alat khusus kemudian dikencangkan hingga menjadi rapi.
  • Penyusunan memerlukan waktu yang lama 1-2 minggu untuk merapikan benang.
  • Benang yang sudah disusun direndam dalam bahan pewarna sesuai rancangan motif yang akan dibuat.
  • Khusus untuk pembuatan kain tradisional ulap doyo bahan pewarna yang dipakai bisa berasal dari bahan-bahan alami maupun pewarna sintetis.

6. Penenunan Kain Ulap Doyo

Selesai melakukan tahap persiapan benang selanjutnya dilakukan proses menenun bahan kain. Selama proses menenun sedang berlangsung, lakukan pengendalian/pengecekan terhadap kemungkinan putusnya benang dengan cara mengamati selama proses penenunan.

Motif dan Makna Filosofi

Seperti halnya kain tenun ikat dari daerah lain di nusantara, ragam hias yang diaplikasikan pada kain tenun ulap doyo pada dasarnya juga banyak terinspirasi dari alam sekitar dan budaya setempat. Motif-motif yang paling menonjol pada kain yakni berupa motif dengan gaya swastika, misalnya pada motif timang atau harimau dan motif-motif flora serta fauna.

Meski kelihatannya tampak biasa saja, namun motif hias yang diaplikasikan pada kain tradisional ulap doyo sebenarnya memiliki makna simbolik yang mengandung nilai budaya lho. Berikut puluhan jenis ragam hias atau motif yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas di seluruh nusantara. 

  1. Motif naga melambangkan keayuan seorang wanita.
  2. Motif  limar atau perahu melambangkan kerja sama dalam usaha. Perahu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak Benuaq merupakan alat transportasi yang di sungai dan di danau.
  3. Motif kinas atau ikan bermakna sebagai suatu pertanda atau peringatan berupa nasehat dari leluhur kepada generasi penerusnya.
  4. Motif timang atau harimau melambangkan keperkasaan seorang pria.  
  5. Motif tukar toray atau tangga rebah atau terbalik bermakna melindungi usaha dan kerjasama dalam masyarakat.
  6. Motif tipak mening knowala atau gigi graham melambangkan peran orangtua dalam suatu kerjasama atau bermasyarakat.
  7. Motif timang nuat atau harimau yang tunduk melambangkan suatu harapan agar keperkasaan atau keberanian seseorang tidak boleh lemah atau pudar.
  8. Motif timang sesat sungkar atau tangga harimaumelambangkan agar kerjasama dan usaha masyarakat harus senantiasa tegar dan berani untuk mencapai cita-cita.
  9. Motif tengkulutn tongau atau patung sebagai lambang kepercayaan masyarakat setempat tentang kehidupan di alam lain setelah manusia mengalami kematian. Patung memegang peranan penting dalam upacara kwangkai.
  10. Motif brabakng atau senduk yang bersusun-susun melambangkan kemewahan dan kesenangan seseorang.
  11. Motif upak tolang atau kulit bambu melambangkan kesuburan .
  12. Motif wahi nunuk atau akar pohon beringin melambangkan keberhasilan suatu pekerjaan yang tergantung pada kerjasama di dalam masyarakat.
  13. Motif tempaku atau pinggiran tenun yang berbentuk tumpal melambangkan keberhasilan yang sempurna atas suatu usaha.
  14. Motif tekulutn atau katak melambangkan akhir dari suatu pekerjaan.
  15. Motif titik-titik hujan melambangkan kesuburan lingkungan para perajin kain tenun ikat ulap doyo.  
  16. Motif tapus tongan atau kembang anggrek melambangkan kesuburan generasi muda untuk mencapai cita-cita.  
  17. Motif rakang atau kembang penggerek kelapa melambangkan suatu masalah kecil yang lama-kelamaan akan membawa petaka besar.
  18. Motif kelelemakng atau kupu-kupumelambangkan harapan dan kesuburan.
  19. Motif basukng atau bambu muda melambangkan kekuatan dari dalam dan secara abstrak menggambarkan manusia itu sendiri.

Pemanfaatan Kain Ulap Doyo

Sebagai salah satu wujud ekspresi dari keyakinan masyarakat suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur, kain tenun ulap doyo pada prinsipnya dapat digunakan oleh laki-laki maupun perempuan dalam acara adat, tari-tarian dan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu kain tradisional ulap uoyo juga di buat dalam bentuk pakaian, tas, dompet dan lain sebagainya.

Demikian pembahasan singkat mengenai sejarah kain ulap doyo, proses pembuatan kain ulap doyo lengkap dengan motif dan makna filosofinya yang dapat kami bagikan untuk anda. Kalau sahabat Fitinline mau tahu lebih banyak tentang teknik dan ragam kain tradisional Indonesia yang tidak kalah menarik simak terus artikel dari kami ya.

Mencari bahan kain tradisional berkualitas dengan harga yang cukup terjangkau untuk pelengkap kebutuhan sandang?. Sahabat Fitinline bisa melihat-lihat dulu koleksi bahan kain tradisional kami Di Sini.

Semoga bermanfaat.

Comments 0

Leave a Comment
Belum ada komentar untuk saat ini.

Send Comment

Anda harus terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.