Article

Homepage Article Tenun/Lurik Fakta Menarik Seputar Kain…

Fakta Menarik Seputar Kain Tenun Koffo Serta Filosofi Yang Terkandung di Dalamnya

Sulawesi Utara tidak hanya terkenal dengan keindahan alam dan kulinernya yang memanjakan lidah.  Lebih dari itu, daerah Sulawesi Utara juga memiliki kain tradisional yang terdaftar sebagai warisan budaya. Kain yang dimaksud yakni berupa kain koffo yang pada awalnya dikerjakan oleh putra-putri Raja di Sangihe Talaud.

Pengertian Kain Koffo

Kain koffo merupakan salah satu bahan kain tenun khas Sangie Talaud, Sulawesi Utara yang terbuat dari serat abaca sejenis pisang pisangan yang dalam bahasa sangihe disebut koffo atau hote dan umumnya ditenun dengan teknik tenun ikat lungsi. Tanaman hote ini dikenal juga dengan nama Manila Hemp.

Kain Tenun

Sumber : https://kumparan.com/

Sebagai kain tradisional yang sarat akan makna filosofis didalamnya, kain koffo sendiri sudah diresmikan sebagai warisan budaya non-materi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2017 bersama dengan 33 jenis bahan kain tradisional Indonesia lainnya yang tidak kalah menarik. 

Kain Tenun

Sumber : http://cofo.co.id/

Untuk menciptakan kain tenun yang indah proses pengolahan tanaman pisang abaca sendiri bisa dibilang cukup panjang, yakni batang pohon pisang dipotong sesuai kebutuhan, pohon pisang digantung lalu digaruk dengan menggunakan alat khusus berbahan bambu, lalu dijadikan benang-benang halus.

Kain Tenun

Sumber : https://ptvnews.ph/

Setelah didapatkan benang-benang yang halus, benang tersebut barulah ditenun menjadi sebuah kain. Pengrajin tenun tradisional koffo disebut mengangahiuang, proses menenun disebut mengahiuang, alat tenun disebut kahiuang, kemudian kainnya disebut kahiwu dan orang banyak mengenalnya sebagai kain koffo.

Kain Tenun

Sumber : http://cofo.co.id/

Bahan Dasar Kain Koffo

Sebagai bahan dasar pembuatan kain koffo, abaka yang memiliki nama latin musa textilis sebenarnya telah dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1519. Terdapat pula beberapa nama daerah tanaman abaka, yaitu pisang manila (menadot cau manila), sundat koffo sangi (minahasa) dan manila henep.

Kain Tenun

Sumber : https://id.wikipedia.org/

Seperti pohon pisang pada umumnya, abaka sebenarnya dapat dikembangbiakkan melalui tunas yang tumbuh di sebelah pohon. Orang juga dapat mengembangbiakkan tanaman ini melalui bijinya, tetapi pohon yang pertama tidak dapat dipakai. Hanya untuk tumbuhan dari tunas saja yang dapat dipakai.

Kain Tenun

Sumber : http://tropical.theferns.info/

Khusus di Indonesia sendiri selama ini dikenal tiga varietas abaka yang paling populer yaitu Tangongon, Bangulanon dan Maguindanau yang masing-masing memiliki ciri khas berbeda satu sama lain.

  1. Bulanganon memiliki batang berukuran sedang, tidak licin, tidak mengkilap, warna hitam, tumbuh cepat, serat mudah distrip, mempunyai anakan banyak, dapat tumbuh pada kondisi tanah yang bervariasi dan agak tahan terhadap kekeringan.
  2. Manguindanao memiliki daun seperti payung membuka, tumbuh cepat dan dapat dipanen 15 - 18 bulan setelah tanam. Tanaman ini juga lebih adaptif pada berbagai tipe tanah dan lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan Bulanganon.
  3. Tangongon memiliki batang besar dan tinggi, warna batang ungu tua mengkilap sampai hitam, daun besar dan ada kecenderungan tumbuh lurus ke atas. Tangongon dikenal tahan terhadap kekeringan dan dapat tumbuh baik pada tanah berat.

Dari beberapa varietas abaka yang ada secara umum serat yang dihasilkan memiliki kelebihan dibandingkan serat kapas, yaitu kekuatan seratnya jauh lebih tinggi dan daya serapnya lebih bagus. Di samping untuk tekstil, serat abaka juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp dan uang kertas.

  1. Nilai ekonomi tanaman abaka terdapat pada batangnya yang mengandung serat untuk bahan baku industri tekstil dan kertas berharga.
  2. Serat abaka biasa diolah melalui proses penyeratan dan pengeringan. Limbah dari sisa penyeratan dan daun abaka dapat digunakan sebagai pupuk organik.
  3. Serat yang dihasilkan tanaman abaka mempunyai sifat fisik yang kuat, tidak mudah putus, memiliki tekstur yang sangat baik, mengkilap seperti memantulkan cahaya, awet, lentur, serta tahan lembab dan air asin.
  4. Serat abaka baik untuk digunakan sebagai bahan baku kertas berkualitas tinggi yang tahan simpan (seperti uang kertas, bahan pakaian, pembungkus kabel dalam laut dan lainnya).

Penenunan Kain Koffo

Berlanjut ke pembahasan tentang proses penenunan koffo. Jadi sebelum ditenun menjadi bahan kain abaka lebih dulu harus diproses menjadi benang-benang halus baru setelah itu ditenun menjadi lembaran bahan kain yang cantik. Secara singkat penenunan kain koffo sendiri dapat digambarkan sebagai berikut.

  1. Untuk dapat mengeluarkan jantung buahnya pohon pisang harus ditebang lalu dilanjutkan proses mekahu'da atau menggaruk kulit pisang.
  2. Kulit pisang digantung lalu digaruk memakai alat kakahu (garuk), sesudah keluar benang, lantas dijemur sampai kering betul.
  3. Serat-serat ini selanjutnya dipisah-pisahkan menurut ketebalannya lalu disambung-sambungkan sesuai dengan kebutuhan.
  4. Benang yang putus atau pendek disendirikan untuk disambung kembali, kegiatan menyambung benang ini disebut menempu.
  5. Sebelum ditenun, benang diberi warna terlebih dahulu atau disebut memarui (mengubah) kemudian akan dibentuk palapalanya atau gambarnya sesuai warna benang.
  6. Benang yang telah jadi, kemudian dikancingkan atau dipasangkan pada alat tenun yang dinamakan mesaude lalu dimulailah penenunan atau mengahiwuang (menenun).
  7. Bahan kain yang sudah jadi akan disetrika atau dilicinkan dengan menggunakan bia, alat setrika ini disebut sasangki. Bia ini merupakan alat setrika khusus untuk kain kofo, tidak untuk bahan yang lain.
  8. Bahan kain ditaruh di atas meja kayu, lalu kain diketuk-ketuk atau dipukul  dengan alat pemukul kain yang disebut daruage atau meluage.

Berdasarkan bahan bakunya pewarna yang digunakan pada kain koffo secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yakni:

  1. Ungu turki atau ungu tua, kebiru-biruan yang berasal dari buah mengkudu.
  2. Kemudian coklat dari kulit bakau.

Dari dua macam bahan pewarna tersebut pada pengembangannya digunakan pula beberapa jenis bahan pewarna lain yakni warna kuning dari kunyit, hijau dari pandan, merah dari dari buah  kesumba.

Ragam Hias Sangihe Talaud

Dari segi motif atau ragam hiasnya, kain koffo sendiri terdiri  dari  dua bentuk  yaitu kain koffo bermotif dan  tanpa  motif. Kain koffo  bermotif biasa digunakan  dikalangan  bangsawan  sementara untuk kain koffo yang  tidak bermotif biasa digunakan oleh orang  masyarakat biasa yang berasal dari kalangan bukan bangsawan.

Khusus untuk kain koffo yang bermotif, corak yang ditampilkan umumnya tidak jauh dari  ragam hias daerah-daerah yang menonjolkan kesederhanaan, namun sangat kuat dalam pelambangan. Beberapa jens-jenis ragam hias dalam bahasa Sangihe yaitu:

  1. Sohi yang artinya lancip. Motif sohi adalah ragam hias yang berbentuk irisan lancip berpadu dengan bentuk dasar segiempat.
  2. Isin kemboleng yang artinya gigi ikan hiu. Motif isin kemboleng yaitu ragam hias yang tercipta berdasarkan bentuk gigi ikan hiu sebagai perlambang kekuatan dan keberanian.
  3. Motif kakunsi tiwatu yang diambil dari bentuk anak kunci. Kakunsi artinya anak kunci dan tiwatu artinya menyeluruh, sempurna, utuh.
  4. Kuiatau kui kakandong yaitu ragam hias yang tercipta dari bentuk alat pemintal tali ijuk pohon enau.
  5. Salikuku yang berasal dari kata likuku. Likuku artinya tikungan. Motif salikuku menjadi pertanda situasi yang teraman, stabil dan mantap. Motif salikuku yaitu jenis ragam hias yang tercipta dari bentuk kuncup sejenis pohon pakis.
  6. Mallhuge akar katanya liru (h=r) artinya sesuatu yang tersembunyi.
  7. Papoahiang berasal dari kata poahi. Poahi artinya berbuat sana-sini.
  8. Nalang u anging, artinya permainan empat mata angin. Motif nalang u anglng yaitu ragam hias yang tercipta dari bentuk permainan anak-anak yang dibuat dari daun kelapa yang berputar apabila dihadapkan pada arah angin bertiup.
  9. Nihiabe + alang u anging, nihiabe memiliki arti  bintang tujuh bervariasi sedangkan nalang u anging artinya permainan empat mata angin.
  10. Taluke yang berasal dari kata talu artinya susun, bersusun. Ghinantolang = ghinantole artinya singgung-bersinggung, bersusun-susun.
  11. Lombang yang artinya corak, bercorak.
  12. Luwu atau sasikome yang artinya lembut (melembutkan). Motif ini menjadi simbol kelembutan pekerti.
  13. Dalombo yang artinya jala ikan.

Pemanfaatan Kain Koffo

Hasil tenunan serat henep (abaka) umumnya banyak dipakai untuk membuat baju terusan (laku bali), sebagai ikat kepala (paporong) untuk para pria, namun ada juga yang digunakan sebagai tirai pembatas ruangan dalam rumah tradisional sangihe yang dikenal pula dengan nama dalanse.

1. Pakaian Pria

Sebagai pelengkap pakain tradisional pria yang biasa disebut laku tepu, kain koffo dengan ukuran 1 x l meter biasa dibuat ke dalam bentuk paporong atau penutup kepala.

  • Paporong ini biasanya dibentuk segitiga sama sisi, sementara alasnya dilipat tiga kali dengan Iebar 3 hingga 5 cm.
  • Paporong diikat pada bagian kepala menutupi dahi.
  • Paporong untuk laki-laki disebut paporong lingkaheng dan untuk keturunan bangsawan disebut paporong kawawantuge.

2. Pakaian Wanita

Dibandingkan pria, pemafaatan kain koffo sebagai pelengkap gaya pakaian wanita bisa dibilang jauh lebih beragam.

  • Laku tepu dalam bentuk memanjang dari leher sampai betis, merupakan baju terusan terbuat kain koffo. Untuk memudahkan pemakainya pada bagian leher terdapat lipatan berbentuk segitiga.
  • Kahiwu atau kain sarung yang mempunyai lipatan seperti kain wiron juga biasa dibuat dari kain koffo. Lipatan untuk rakyat biasa berjumlah 5 lipatan dan untuk bangsawan 7 atau 9 1ipatan.
  • Bandang merupakan selembar kain koffo yang berukuran panjang 1,5 m dengan Iebar kira-kira 5 em. Pemakaiannya diletakkan di bahu kanan dan ujungnya diikat pada pinggang sebelah kiri.

Setelah diproduksi  menjadi  benda  pakai,  kain tenun koffo kemudian  menjadi  bagian  penting  dari aktifitas  kebudayaan  Sangihe.  Sebab dalam  tradisi  Sangihe kain koffo ini biasa dibedakan  penggunaannya berdasarkan  status  sosial yakni raja, bangsawan, rakyat dan budak.

Filosofi Kain Koffo

Sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan, kain koffo bisa dibilang sebagai kain tradisional yang memiliki makna sangat sakral baik dalam proses pembuatannya, ragam hiasnya, alat-alat tenun, warna, serta dalam penggunaan kain koffo. Berikut penjelasan lengkap mengenai makna filosofi dari kain koffo tersebut.

1. Makna Dalam Proses Pembuatan Kain Koffo

Selama proses berlangsungnya pembuatan kain koffo para pengrajin biasa melantunkan lagu dan irama sasambo yang saling berbalasan. Lagu dan irama sasambo ini mengandung makna kepada banyak orang untuk selalu bekerja keras, serta pesan kerukunan untuk saling membantu.

2. Makna Dalam Penggunaan Kain Koffo

a. Ritual Adat

Pada upacara kematian dan upacara keagamaan lainnya, penggunaan kain koffo dipercaya akan meningkatkan kekhusyukan proses ritual tersebut. Tidak heran dalam berbagai keperluan ritual adat tersebut, kain koffo biasa dipakai  dengan maksud penghayatan akan ritual dirasakan mendalam.

b. Penutup Kepala

Penutup kepala adalah paporong yang memberikan batas pada kedudukan orang Sangihe dalam pergaulan sehari-hari, karena status sosial dan kedudukan orang Sangihe tergambarkan pada penggunaan dan bentuk paporong.

  • Paporong untuk laki-laki disebut paporong lingkaheng.
  • Sementara untuk keturunan bangsawan disebut paporong kawawantuge.

c. Pengikat Pinggang

Kain koffo dalam bentuk popehe yang biasa diikat pada pinggang pengantin pria  bermakna membangkitkan semangat dalam melaksanakan tugas atau pun mengatasi berbagai rintangan.

3. Makna Dalam Warna

Masing-masing warna kain koffo memiliki maknanya sendiri. Beberapa warna  yang sering dipakai sebagai warna khas Sangihe Talaud adalah kuning (marlrihe), ungu (kamumu), merah (mahamu), putih (ledo), hijau (ido). Makna dari warna-warna tersebut yaitu:

  • Maririhe, warna kuning melambangkan kesucian dan keagungan.
  • Kamumu, warna ungu melambangkan kesetiaan.
  • Mahamu, warna merah melambangkan keberanian.
  • Ledo, warna asli kain koffo agak putlh, melambangkan kesucian.
  • Ido, warna hijau melambangkan ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi segala tantangan hidup.

4. Makna dalam Ragam Hias

Ragam hias kain koffo selalu berlatar belakang alam dan budaya masyarakat etnik sangihe talaud. Ragam hias tersebut telah memunculkan berbagai corak yang masing-masing memiliki pemaknaannya sendiri.

  • Ragam hias isin kemboleng artinya gigi hiu sebagai perlambang kekuatan dan keberanian.
  • Ragam hias kui tercipta dari bentuk alat pemintal tali ijuk pohon enau yang banyak tumbuh di daerah ini.
  • Eagam hias nalangu anging artinya permainan empat mata angin yang tercipta dari bentuk permainan anak yang dibuat dari daun kelapa yang berputar apabila diperhadapkan pada arah angin bertiup.
  • Ragam hias niabe nalangu anging asal kata bintang tujuh bervariasi.
  • Ragam hias dalombo artinya jala ikan.
  • Terdapat juga ragam hias berbentuk kue tamo (kue adat), berbentuk perahu, tagonggong (alat musik Sangihe).

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kain koffo tidak hanya memiliki tampilan yang cantik tapi juga memiliki makna filosofi yang sangat mendalam terkait dengan nilai kehidupan masyarakat Sangihe Talaud.

  1. Kain koffo sejak jaman dulu dikenal sebagai primadona etnik Sangihe Talaud yang banyak dipakai untuk keperluan sehari-hari, kegiatan keagamaan dan diperjualbelikan.
  2. Kain koffo merupakan bahan kain tradisional yang terbuat dari serat abaca, sejenis pisang pisangan yang dalam bahasa sangihe disebut koffo atau hote dan umumnya ditenun dengan teknik tenun ikat lungsi.
  3. Bahan pewarna yang digunakan pada kain koffo secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yakni warna ungu turki atau ungu tua, kebiru-biruan yang berasal dari buah mengkudu dan warna coklat dari kulit bakau.
  4. Dari segi motif atau ragam hiasnya, kain koffo sendiri terdiri  dari  dua bentuk  yaitu kain koffo bermotif dan  tanpa  motif. Penggunan motif kain tenun koffo ini dapat menunjukkan status sosial pemakainya apakah berasal dari bangsawan atau bukan.
  5. Kain koffo bisa memiliki makna sangat sakral baik dalam proses pembuatannya, ragam hiasnya, alat-alat tenun, warna, serta dalam penggunaan kain koffo.

Demikian pembahasan singkat mengenai proses pembuatan kain koffo, ragam hias kain koffo, serta makna filosofinya yang dapat kami bagikan untuk anda. Kalau sahabat Fitinline mau tahu lebih banyak tentang jenis-jenis kain tenun Indonesia yang tidak kalah menarik simak terus artikel dari kami ya.

Mencari bahan kain tradisional berkualitas dengan harga yang cukup terjangkau untuk pelengkap kebutuhan sandang?. Sahabat Fitinline mungkin bisa melihat-lihat dulu koleksi bahan kain kami Di Sini.

Semoga bermanfaat.

Comments 0

Leave a Comment
Belum ada komentar untuk saat ini.

Send Comment

Anda harus terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.