Kerap disebut sebagai saudara tua Indonesia, Jepang ternyata juga memiliki budaya menenun dan pembuatan kain dengan teknik pewarnaan indigo yang tidak kalah unik dan menarik bila dibandingkan dengan jenis kain modern yang berkembang saat ini lho. Berikut beberapa jenis-jenis kain tradisional khas Jepang yang perlu anda ketahui.
Kain Bushu Shoaizome
Aizome merupakan kain tradisional Jepang yang biasa dibuat dan diwarnai menggunakan zat pewarna alami dari tanaman indigo. Catatan sejarah menyebutkan berbagai wilayah di Jepang sudah aktif memproduksi aizome sejak zaman Edo, tapi khusus di kota Hanyu aizome sendiri biasa disebut dengan nama bushu shoaizome.
Sumber : https://www.pref.saitama.lg.jp/
Kota Hanyu yang terletak di wilayah bagian utara Prefektur Saitama telah menjadi pusat produksi aizome sejak dulu. Konon asal usul terciptanya kerajinan bushu shoaizome bermula ketika para petani membuat baju untuk keluarga menggunakan kapas dan tumbuhan indigo yang banyak tumbuh di daerah tersebut saat mereka sedang tidak bertani.
Sumber : https://www.e-unica.jp/
Secara teknis pewarnaan bushu shoaizome biasa dilakukan menggunakan teknik itosome, yaitu mewarnai kain saat 70% masih berupa benang supaya zat pewarna meresap sempurna ke dalam helaian benang. Dari sini dapat dimunculkan pula “aojima” semacam corak alami tak beraturan khas pewarnaan yang dikerjakan menggunakan tangan.
Sebagai salah satu produk kerajinan tradisional khas Jepang, bushu shoaizome pada prinsipnya tidak hanya menawarkan nilai keindahan dari segi tampilannya namun juga sangat kuat dan memiliki keistimewaan tersendiri. Setelah mengalami proses pencucian bahkan kain bushu shoaizome ini teksturnya akan terlihat semakin menarik.
Dikatakan pula bahwa 80% baju latihan kendo dibuat menggunakan bushu shoaizome karena kuat dan sangat nyaman saat dikenakan. Jadi sekalipun ada orang Jepang yang tidak mengenali nama bushu shoaizome, namun setidaknya mereka pasti pernah melihat hasilnya dalam bentuk kendogi atau baju latihan kendo.
Sumber : https://www.kendo.org.au/
Dari yang awalnya dipakai untuk bahan utama baju latihan kendo kini kain kain indigo yang telah lama dicintai masyarakat Jepang pada perkembangannya juga mengalami banyak perluasan fungsi dan kegunaan. Buktinya sekarang kain ini juga digunakan sebagai bahan pakaian, aksesoris dan berbagai produk interior.
Kain Chichibu Meisen
Kain chichibu meisen merupakan salah satu jenis kain sutra yang sangat terkenal di Jepang. Pada awalnya nama kain sutra produksi Prefektur Saitama ditulis dengan huruf kanji 銘撰 (meisen) yang bermakna “barang pilihan kualitas unggulan”, namun kemudian penulisannya diganti menjadi 銘仙 (meisen) seperti saat ini.
Sumber : https://kogeijapan.com/
Ciri paling khas dari kain chichibu meisen yaitu terletak pada penggunaan teknik yang disebut “hogushi nessen” untuk memberi warna pada benang sebelum diolah menjadi kain supaya bagian depan maupun belakang kain memiliki warna yang sama. Tampilan warna kain ini akan berubah tergantung sudut anda memandangnya.
Sumber : https://matcha-jp.com/
Untuk dapat melihat dan mencoba langsung cara pembuatan kain ini anda bisa berkunjung ke Gedung Chichibu Meisenkan yang berada di dalam Kota Chichibu. Di masing-masing stan pengunjung dapat mencoba 3 tahap pembuatan kain tradisional yaitu dengan pewarnaan stensil, menenun dengan tangan dan pewarnaan indigo.
Sumber : https://en.japantravel.com/
Kain Kinran
Kinran merupakan sebuah nama yang digunakan untuk menyebut kain tenun tradisional berbahan benang sutra yang sangat terkenal di Jepang. Kain khas negeri sakura ini kebanyakan diproduksi di Kyoto, sebuah wilayah di Jepang. Salah satu brand ternama kain kinran yaitu Kaji Kinran yang berlokasi di Nishijin, salah satu area di Kyoto.
Sumber : https://sites.williams.edu/
Kala itu Nishijin menenun kain kinran di era pertengahan abad ke 3 hingga abad ke 7 dengan kualitas tekstil yang baik. Kemudian kain ini dikembangkan oleh para desainer untuk diperkenalkan di benua Asia. Kain kinran ada yang ditenun dengan menggunakan benang emas ada pula kain kinran yang tidak menggunakan benang emas yaitu Mukinmono.
Sumber : https://global.rakuten.com/en/
Bila pada jaman dulu kain kinran banyak dipakai di kuil-kuil oleh para biksu Budha sebagai kain tradisional kini kinran justru lebih sering dipakai untuk menampilkan kemewahan bagi pemakainya yang mencintai gaya hidup. Berbagai corak dan warnanya pun begitu teduh sehingga membuat kaji kinran jadi lebih mewah dan indah.
- Khasnya kain kinran memakai benang warna emas dan perak dengan banyak perpaduan warnanya.
- Kain kinran biasa dibuat dari bahan utama sutra.
- Kain kinran biasa dipakai oleh kalangan menengah di Jepang dengan berbagai momen.
- Khusus untuk kain kinran yang bahannya terbuat dari emas harganya cenderung sangat mahal. Selain bahan bakunya memang sudah mahal proses pembuatannya juga cukup lama dan sulit.
Sumber : https://sites.williams.edu/
Tidak jauh berbeda dengan kain songket atau kain tradisional lainnya Indonesia yang dibuat secara manual dengan alat tenun bukan mesin, untuk membuat sebuah kain kinran proses produksinya sendiri juga terbilang cukup panjang dan memakan waktu lama.
- Pertama-tama pengrajin harus menentukan desain terlebih dahulu baru dilanjutkan tahap memperbesar pola desain. Desain yang dituangkan pada kain kinran biasanya lebih banyak mengadaptasi bentuk kuil yang ada di Jepang, mungkin karena awalnya memang lebih umum dikenakan saat ke kuil.
- Setelah desain selesai dibuat, tahap selanjutnya para pengrajin akan memilih warna benang sutra yang disesuaikan dengan desain kain kinran. Benang sutra yang dipakai biasanya diberi warna dengan menggunakan pewarna kimiawi di dalam sebuah drum yang berisi pewarna kemudian dikeringkan dengan sebuah alat yang disebut Itowaku.
- Benang-benang yag sudah diwarnai selanjutnya bisa ditenun sesuai desain rancangan awal yang sudah dibuat.
- Untuk menghasilkan satu lembar kain kinran dengan ukuran satu meter, proses produksinya sendiri bisa memakan waktu kurang lebih 24 jam penuh.
- Setelah proses penenunan selesai dilakukan para pengrajin selanjutnya akan melakukan semacam inspeksi untuk melihat apakah ada cacat atau kerusakan pada saat proses produksi kain berlangsung.
Kain Saori
Kain saori merupakan kain tradisional Jepang yang ditemukan oleh seorang wanita asal Osaka bernama Misao Jo. Kala itu beliau mencoba untuk menenun obi, sabuk untuk baju tradisional Jepang tapi karena hasil tenun obi yang dibuatnya justru berantakan dan tidak jelas maka obi yang dibuatnya pun akhirnya diberi nama saori.
Sumber : https://id.pinterest.com/
Dalam terminologi Zen “sai” berarti kehormatan dan “ori” berarti menenun. Dengan menerapkan filosofi “setiap penenun bisa mengembangkan kreativitas tanpa batas” motif saori bisa dikreasikan sesuai imajinasi pembuatnya. Gaya bebas saori menjadikan semua orang bisa belajar tanpa pengalaman dan menenun tanpa belajar pola tertentu.
Sumber : https://id.pinterest.com/
Saori kini semakin populer dan mendunia karena keunikannya yakni bisa dibuat tanpa pola dan penuh warna sehingga memungkinkan seseorang menenun secara mandiri. Tapi untuk membuat kain tenun saori anda diharuskan menggunakan mesin tenun yang bernama saori. Ini adalah alat tenun buatan “Saori Japan” untuk menenun dengan gaya “saori”.
Sumber : https://id.pinterest.com/
Mesin tenun tradisional saori merupakan alat tenun yang dibuat sesederhana mungkin untuk dapat dioperasikan oleh penggunanya. Alat untuk menggulung benangnya pun dibuat dengan petunjuk sederhana. Hal itu menjadi sebuah solusi karena mesin tenun yang digunakan penenun profesional lebih rumit dan menggunakan lebih banyak benang.
Sumber : https://id.pinterest.com/
Hasil tenun saori juga merepresentasikan kualitas martabat seseorang, dimana orang yang belajar menenun saori juga bisa latihan untuk merefleksikan hati orang yang menenun. Latihan menenun saori konon bisa menjadi obat untuk mencegah seseorang berbuat jahat dan membantu penenun untuk menemukan ketenangan batin.
Kain Furoshiki
Furoshiki merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menyebutkan kain berbentuk persegi yang digunakan untuk membungkus dan membawa banyak barang. Khusus di negara jepang furoshiki sendiri biasa digunakan untuk banyak keperluan serta diciptakan dalam berbagai ukuran, model dan kisaran harga yang bervariasi.
Sumber : https://deskgram.cc/
Jika pada awalnya kain ini banyak dipakai untuk membungkus baju dan peralatan berharga sekarang furoshiki juga dapat digunakan dalam berbagai macam kebutuhan yang berbeda.
- Furoshiki yang kecil dapat digunakan untuk membungkus uang sebagai hadiah, tempat tisu, keranjang kecil, buku-buku, buah dan tidak lupa bekal nasi.
- Furoshiki yang besar dapat digunakan untuk kain pembungkus botol, semangka, kotak besar, tas belanja, taplak atau dapat juga digunakan untuk dekorasi perayaan Natal atau tahun baru.
Sumber : https://deskgram.cc/
Sebagai kain pembungkus yang cantik dan estetik, bahan kain yang dipakai untuk membuat furoshiki pun umumnya terdiri dari bermacam-macam bahan yaitu berupa kain katun, kain nylon, kain rayon, kain chiffon dan juga kain sutra yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lain.
- Kain katun merupakan sejenis bahan kain yang diperoleh dari pengolahan buah tanaman kapas. Di pasaran kain katun ini dapat dijumpai dalam berbagai macam varian misalnya kain katun biasa, kain katun silk dan katun Jepang.
- Kain nilon merupakan salah satu jenis bahan kain yang terbuat dari produk minyak bumi. Nilon dapat pula digabung dengan fiber lain, seperti katun misalnya untuk menciptakan bahan kombinasi.
- Kain rayon termasuk ke dalam jenis bahan kain sintetis yang terbuat dari unsur non alami. Tekstur kainnya yang lentur dan sedikit tebal membuat furoshiki berbahan rayon sangat mudah untuk diatur dan dikreasikan sesuai kebutuhan.
- Kain chiffon merupakan salah satu jenis bahan kain yang memiliki tekstur sangat halus dan juga tipis. Kain chiffon yang dijual di pasaran biasanya terbuat dari bahan katun, sutra, nilon, rayon, maupun poliester.
- Kain sutra merupakan sejenis bahan kain yang memiliki ciri khas berkilau seperti mutiara. Sutra yang paling umum digunakan sebagai bahan pembuatan kain yaitu berupa serat sutra dari kepompong ulat sutra murbei.
Terkait dengan motif atau ragam hias yang digunakan, kain furoshiki sebenarnya juga memiliki motif yang bermacam-macam seperti motif burung bangau, motif kipas, motif pohon cemara dan motif ombak. Motif-motif ini dipercaya oleh orang Jepang dapat memberikan berkah dan kebahagiaan bagi para penggunanya.
Untuk mengetahui lebih detail lagi mengenai pemanfaatan furoshiki, motif furoshiki hingga cara pembuatan furoshiki simak juga pembahasan mengenai Furoshiki, Kain Pembungkus Tradisional Dari Jepang Yang Ramah Lingkungan.
Shibori
Shibori merupakan kesenian dari Jepang, dimana sebuah pola pada kain diciptakan melalui proses pencelupan pada bahan pewarna tertentu. Dasar pembuatannya sendiri mirip seperti proses membatik, dimana bagian kain yang tidak diberi pewarna lebih dulu “dilindungi” dengan bahan perintang agar warnanya tetap polos.
Sumber : https://www.seamwork.com/
Sampai saat ini setidaknya terdapat kurang lebih 560 teknik perlindungan kain yang memunculkan motif berbeda-beda. Tapi secara garis besarnya teknik pewarnaan shibori hanya dibagi ke dalam enam metode yakni berupa arashi shibori, itajime shibori, kanoko shibori, kumo shibori, miura shibori dan nui shibori.
1. Arashi Shibori
Arashi shibori dikenal juga sebagai shibori yang dililitkan di sekeliling silinder, lalu diikat kencang dengan benang kemudian didorong hingga berkerut.
Sumber : https://www.sewingmachinesplus.com/
2. Itajime Shibori
Itajime shibori merupakan kain shibori yang dibuat dengan cara melipat dan menjepit kain di antara dua buah kayu lalu mengikatnya dengan tali atau benang.
Sumber : https://www.seamwork.com/
3. Kanoko Shibori
Kanoko shibori dibuat dengan cara mengikat beberapa bagian kain sesuai pola yang diinginkan apakah berbentuk bulatan-bulatan acak atau bulatan yang teratur.
Sumber : https://www.seamwork.com/
4. Kumo Shibori
Kumo shibori dibuat dengan mengikat bagian-bagian tertentu pada kain secara halus dan merata, sehingga menghasilkan pola hiasan yang mirip sarang laba-laba.
Sumber : https://www.seamwork.com/
5. Miura Shibori
Miura Shibori dikenal pula sebagai ikatan loop (lubang). Dalam proses pembuatan miura shibori dibutuhkan jarum kait dan bagian-bagian kain yang dicabut.
Sumber : http://narablog.com
6. Nui Shibori
Nui shibori merupakan salah satu variasi teknik menghias kain yang dibuat dari jahitan jelujur sederhana.
Sumber : https://www.seamwork.com/
Sekalipun teknik perlindungan yang diterapkan berbeda-beda namun secara garis besar proses pembuatan kain shibori dapat digambarkan sebagai berikut.
- Siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang dibutuhkan sebagai bahan utama, bahan perintang ataupun bahan pewarnaan shibori.
- Campurkan bahan pewarna dengan air dalam wadah yang berukuran sedang.
- Lipat, jahit atau ikat kain kain sesuai dengan pola yang diinginkan. Dalam hal ini bahan yang digunakan sebagai “pelindung” kain dari bahan pewarna bisa berupa tali, karet atau balok kayu.
- Basahi kain dengan cara memasukan ke dalam air dan remas sisa air yang tertinggal.
- Rendam kain di dalam campuran bahan pewarna kemudian tahan hingga seluruh kain terendam namun tetap berada pada permukaan pewarna.
- Perhatikan durasi perendaman kain karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap warna yang dihasilkan.
- 10 Menit merupakan waktu yang cukup untuk memberikan hasil yang baik.
- Merendam dalam waktu singkat akan meninggalkan warna dengan garis tipis dan banyak area putih.
- Merendam dalam waktu yang lebih lama akan memberikan warna yang lebih gelap dan terserap atau bleeding ke daerah putih kain.
- Selesai melakukan perendaman segera angkat kain dan biarkan mengering dengan sendirinya untuk beberapa saat. Hal ini dimaksudkan supaya pewarna teroksidasi oleh udara dan warna yang diinginkan jadi lebih keluar.
- Lepaskan seluruh karet, tali atau bahan perintang lainnya untuk melihat pola hias yang terbentuk pada kain. Terakhir bilas kain dengan menggunakan air kemudian jemur hingga benar-benar kering.
Mau tahu lebih detail lagi tentang cara pembuatan shibori?. Penjelasan lengkap mengenai 6 Teknik Dasar Shibori Yang Mudah Untuk Anda Ikuti bisa kembali anda lihat pada artikel Fitinline terdahulu.
Demikian pembahasan singkat mengenai macm-macam kain tradisional khas negara Jepang yang dapat kami bagikan untuk anda. Kalau sahabat Fitinline mau tahu lebih banyak lagi tentang ragam kain tradisional dari negara lain yang tidak kalah unik simak terus artikel dari kami ya.
Butuh kain tradisional berkualitas dengan harga murah untuk membuat pakaian?. Sahabat Fitinline bisa melihat-lihat dulu koleksi kain tradisional kami Di Sini.
Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.