Dalam sejarah pembuatan pakaian sampai saat ini dikenal banyak sekali jenis pola dasar yang diciptakan oleh para pemikir di bidang pembuatan busana. Dari berbagai macam pola yang ada, masing-masing sistem pembuatan pola dasar tersebut umumnya juga dibuat menggunakan cara-cara yang berbeda lho.
Definisi Pola Dasar Baju
Pola dasar baju dapat didefinisikan sebagai prototipe bagian-bagian pakaian yang memiliki peran cukup penting dalam dunia jahit menjahit. Supaya busana yang didapat nantinya lebih sesuai dengan bentuk tubuh si pemakai, sebuah pola hendaknya harus digambar dengan benar berdasarkan ukuran badan.
Sumber : https://www.clothierdesignsource.com/
Tanpa adanya pola sebuah pakaian sebenarnya bisa saja dibuat. Tetapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai desain yang diharapkan alangkah lebih baik jika sebuah pakaian di pola dasar terlebih dahulu supaya lebih nyaman saat dipakai, lebih menarik untuk dilihat dan bernilai tinggi.
Sumber : https://www.slideshare.net/
Berdasarkan desain dan kegunaannya terdapat beberapa macam pola yang dapat digunakan dalam membuat busana. Pola yang dimaksud yaitu berupa pola konstruksi datar, pola standar, pola draping, pola di atas kain, pola kombinasi dan pola jadi yang memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Sumber : https://charlottekan.com/
Dari berbagai macam pola yang ada, pembuatan pola pakaian dengan teknik konstruksi yang disertai dengan ukuran-ukuran model dan petunjuk pembuatan pola lebih memungkinkan seseorang untuk menciptakan sebuah busana sesuai dengan model yang diinginkan tanpa memerlukan penyesuaian pola.
Metode Pembuatan Pola Dasar
Untuk membuat pola baju yang berkualitas setidaknya dikenal beberapa macam metode atau sistem pembuatan pola dasar baju yang diciptakan oleh para ahli di bidang pembuatan busana. Sistem ini kebanyakan diberi nama sesuai pencipta pola, lembaga, negara atau benua dimana pola tersebut dibuat.
1. Pola Dasar Soen (Jepang)
Pola So-En menjadi salah satu jenis pola konstruksi datar yang berasal dari Bunka Fashion College, sebuah sekolah menjahit baju barat untuk anak maupun wanita yang didirikan oleh Isaburo Namiki pada tahun 1919 di negara Jepang dan berspesialisasi dalam pengajaran desain mode.
Perkembangan Bunka Fashion Collage yang begitu pesat kemudian mendorong lahirnya majalah So-En yang mempublikasikan kreasi pola pakaian para alumni sekolah desain tersebut sejak tahun 1936 hingga tahun 2005 dan terus berlanjut sebagai majalah industri busana sampai saat ini.
Ciri paling khas dari pola pola So-En yang membedakannya dengan jenis pola yang lain yaitu pola So-En umumnya memiliki kupnat pada pinggang muka dan pinggang belakang, tetapi ukuran kupnatnya cukup lebar sehingga lebih banyak memberi keuntungan untuk wanita bertubuh besar.
Beberapa bagian tubuh yang perlu diukur dalam proses pembuatan pola baju dengan sistem So-En diantaranya:
- Lingkar badan yang diukur pas pada badan tanpa tambahan ukuran untuk kelonggaran.
- Lingkar pinggang yang diukur pas pada bagian pinggang tanpa kelonggaran.
- Panjang punggung yang diukur dari bagian tengah garis leher belakang sampai ke garis pinggang.
- Lingkar kerung lengan yang diukur dari kerung lengan pada pola badan.
- Lingkar panggul yang diukur pas pada bagian tebal panggul.
- Tinggi panggul yang diukur dari pinggang ke garis lingkar panggul.
2. Pola Dasar J.H. Mayneke (Belgia)
Pola mayneke merupakan salah satu jenis pola dasar konstruksi datar yang mempunyai lebih dari satu kupnat yaitu kupnat bahu depan dan belakang serta pinggang, sehingga sangat sesuai untuk membuat busana pas badan. Pola Mayneke ini ditemukan oleh J.H.C. Mayneke (Belgia).
Dalam proses produksi pakaian pola Mayneke ini biasanya lebih banyak digunakan untuk busana pas badan seperti lingeri, kebaya serta gaun, karena cara pengambilan ukurannya cenderung lebih detail dan melibatkan ukuran control atau ukuran uji untuk mengecek hasil pola dengan ukuran asli.
Ukuran uji (UU) atau ukuran control sendiri biasanya diukur dari garis pinggang tengah muka (tepat dibawah ban pinggang) serong melalui puncak dada ke titik bahu yang paling rendah menuju ke garis pinggang bagian tengah belakang (tepat dibawah ban pinggang).
3. Pola Dasar Dressmaking (Jepang)
Metode Dressmaking merupakan metode membuat pola baju yang berasal dari Jepang (Dressmaker Jogakuin). Pola dressmaking ini menjadi salah satu jenis pola dasar konstruksi datar yang mempunyai lebih dari satu kupnat dimana lipit kupnya berada pada bagian sisi dan pinggang.
Dengan bentuknya yang sedemikian unik yakni memiliki lipit di bagian sisi, pola dressmaking ini sangat sesuai dikenakan untuk orang yang memiliki bentuk kurus maupun tubuh sedang karena lipit kupnya bisa ditempatkan dimana saja sesuai kebutuhan pembuatnya.
Konstruksi pola dressmaking umumnya sangat baik untuk membuat blouse dalam semua ukuran, model baju sack yang longgar serta model baju yang bersisi lurus. Tapi sayangnya metode ini kurang sesuai untuk orang yang berpayudara besar karena ruang untuk payudara kurang.
Beberapa bagian tubuh yang perlu diukur dalam proses pembuatan pola baju dengan sistem dressmaking diantaranya:
- Lingkar leher yang diukur sekeliling leher paling bawah.
- Lebar muka yang diukur 6-7 cm dari leher terendah, kemudian ukur lagi dari bagian lengan kiri ke lengan kanan.
- Lingkar badan yang diukur pada bagian bada. yang paling menonjol atau yang paling besar ditambah sedikit kelonggaran.
- Tinggi dan lebar dada yang diukur dari pertengahan leher depan sampai ke pertengahan dari kedua puncak dada kemudian ukur Iebar dada.
- Lingkar pinggang yang diukur dari bagian terkecil dari pinggang secara horizontal dengan sedikit lebih ketat.
- Lingkar panggul yang diukur dari bagian yang paling tebal pada panggul dan agak dilonggarkan.
- Tinggi panggul yang diukur dari garis pinggang bagian sisi dan lurus sampai ke garis panggul.
- Lebar punggung yang diukur dari titik antara badan dan pertengahan lengan, mulai dari kiri lurus ke kanan.
- Panjang punggung yang diukur dari punggung atau dari ruas tulang belakang yang menonjol di pangkal leher bagian bawah sampai dengan garis pinggang.
- Bahu yang diukur dari titik terendah bagian leher lurus ke titk batas garis lengan dengan bahu.
- Panjang lengan yang diukur dari ujung bahu ke ujung lengan dengan posisi lengan sedikit dibengkokkan.
- Lingkar lengan atas yang diukur pada bagian paling berotot (tebal) pada lengan atas.
- Lingkar ujung lengan yang diukur sekeliling ujung lengan
- Panjang rok yang diukur dari garis pinggang belakang sesuai dengan panjang rok yang diingignkan.
- Ukuran control muka yang diukur dari garis tengah muka pada bagian pinggang melalui dada terus ke titik bahu terendah.
- Ukuran control belakang diukur dari garis tengah belakang pada bagian pinggang terus ke titik bahu terendah.
4. Pola Dasar Danckaerts (Belanda)
Metode danckaerts merupakan metode menggambar pola yang berasal dari Belanda. Pola danckaerts secara umum memiliki kupnat pada pinggang bagian muka dan juga pinggang bagian belakang. Dilihat dari karakteristik yang dimilikinya pola ini sangat sesuai bila diaplikasikan pada busana untuk wanita bertubuh gemuk.
5. Pola Dasar Charmant (Belanda)
Pola charmant merupakan jenis pola yang memiliki kupnat pada pinggang muka dan pinggang belakang.
6. Pola Dasar Cuppens Geurs (Jerman)
Metode cuppens geurs merupakan metode menggambar dan membuat pola baju yang berasal dari Belanda. Pembuatan pakaiaan dengan pola cuppen geurs termasuk termasuk sistem pola dasar yang rumit bila dibandingkan dengan pola lain yang pada umumnya memiliki satu kupnat depan dan belakang misalnya pola So-en.
Jika dilihat dari jumlah kupnat yaitu pada bagian pinggang dan sisi maka pola Cuppens Geurs lebih cocok digunakan dalam pakaian yang press body dan hasilnya lebih nyaman dikenakan karena sesuai dengan bentuk tubuh wanita yang memiliki banyak lekukan-lekukan.
7. Pola Dasar Bunka (Jepang)
Pola sistem bunka sebenarnya didapat dari hasil penyempurnaan sistem mayneke dan So-En yang dilakukan oleh University of wuman Tokyo di Jepang. Salah satu perguruan tinggi di Jepang yang secara terus menerus berkarya untuk menerbitkan buku-buku khusus tentang busana.
Pada pembuatan pola dasar baju dengan sistem bunka bagian tubuh yang perlu diukur diantaranya terdiri dari lingkar badan, lingkar pinggang dan panjang punggung.
- Dari ukuran tersebut dapat diperoleh lebar pola dasar, batas ketiak, lebar muka, batas kerung leher dan lebar punggung.
- Setelah ke lima ukuran tersebut diperoleh pada akhirnya akan ditemukan ukuran panjang bahu, panjang muka, panjang sisi, lingkar kerung leher dan lingkar kerung lengan.
Dalam pembuatan pola dasar sistem bunka kemungkinan hasilnya gagal bisa sangat kecil. Kalaupun terjadi kegagalan hal ini bisa disebabkan karena salah dalam menghitung perbandingannya (membagi, menambah dan mengurangi). Jadi perlu dilalukan perhitungan secara cermat.
Perbedaan Metode Pembuatan Pola
Dari berbagai macam metode pembuatan pola yang ada pada prinsipnya tetap terdapat beberapa perbedaan yang mencolok antara satu dengan lainnya. Penjelasan lengkap mengenai perbedaan dari masing-masing metode pembuatan pola tersebut bisa anda temukan pada pembahasan berikut.
Metode Mayneke dan Dressmaking
- Pembuatan pola dengan metode mayneke memiliki tingkat kenyamanan lebih tinggi dibandingkan dengan pembuatan pola sistem dressmaking terutama dalam hal kriteria ketepatan ukuran.
- Tetapi pada kriteria hasil pengepasan (tampilan keseluruhan) pola sistem dressmaking umumnya memiliki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola sistem mayneke.
- Pola sistem dressmaking memiliki titik pas yang lebih tepat, dan busana yang dibuat lebih nyaman untuk dikenakan. Namun apabila membuat model busana pas badan dan berbentuk straples dapat menggunakan kedua sistem pola tersebut karena tidak memiliki garis bahu.
- Kelemahan pola sistem mayneke terdapat pada kedudukan garis bahu yang cenderung ke belakang melewati pangkal lengan, serta kedudukan garis leher bagian depan longgar dan bergelombang.
Pola Sistem Mayneke dan Sistem So-en
- Pola Mayneke dapat diterapkan dalam membuat busana busana pas badan seperti lingeri, kebaya dan gaun.
- Pola mayneke ini secara umum memiliki kupnat pada pinggang dan bahu.
- Lebar kupnat dapat menyesuaikan dengan besarnya payudara.
- Cara pengambilan ukuran mayneke bisa dikatakan lebih lengkap dan detail karena menggunakan ukuran control atau ukuran uji.
- Pola So-En memiliki kupnat pada pinggang muka dan pinggang belakang, tetapi ukuran kupnatnya cukup lebar, ciri ini memberi keuntungan untuk wanita bertubuh besar.
- Pembuatan pola dengan sistem mayneke memiliki tingkat kenyamanan pada beberapa bagian seperti misalnya:
- Kedudukan titik-titik pas lingkar badan.
- Lingkar pinggang.
- Lingkar panggul.
- Panjang punggung dan letak kupnat.
- Sayangnya pola mayneke ini memiliki tingkat ketidaknyamanan pada kedudukan garis bahu, garis sisi dan panjang gaun serta ketidaknyamanan garis bahu dan kerung lengan hasilnya longgar dan bergelombang.
- Sedangkan pembuatan pola dengan metode So-En memiliki tingkatan ketidaknyamanan pada beberapa bagian seperti misalnya:
- Kedudukan lingkar badan.
- Kedudukan panjang sisi, panjang punggung, lingkar panggul dan panjang gaun.
- Kedudukan titik-titik pas kerung leher, garis bahu, panjang punggung dan lingkar pinggang.
- Titik kerung leher yang bergelombang, garis bahu tertarik kebelakang, kerung lengan bergelombang.
- Untuk membuat busana dengan sistem So-en sebaiknya pada bagian sisi pola bagian badan depan dibuat tidak terlalu miring agar kedudukan garis sisi lebih nyaman.
Pola Sistem Charmant dan Metode Danckaerts
Titik pas (fitting faktor) merupakan suatu lokasi/titik pada pakaian yang menentukan sesuai atau tidaknya sistem pola tersebut untuk bentuk tubuh yang mempergunakannya.
- Pada metode charmant terdapat perbedaan kedudukan titik pas sistem pola dasar untuk berbagai bentuk fisik tubuh wanita yang berpostur tinggi kurus, tinggi gemuk, ideal, pendek kurus, dan pendek gemuk.
- Sementara untuk pola sistem dankaertz, tidak ditemukan adanya perbedaan kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita pada tubuh wanita yang berpostur tinggi kurus, tinggi gemuk, ideal, pendek kurus, dan pendek gemuk.
Bagaimanapun metode yang anda pilih untuk membuat pola baju hal terpenting yang harus diingat adalah pastikan anda selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dan ketelitian dalam membuat pola baju. Sebab kualitas pola pakaian sendiri umumnya sangat ditentukan oleh berbagai aspek sebagai berikut.
- Ketepatan dalam mengambil ukuran serta kecermatan dan ketelitian dalam menganalisa dan menentukan posisi titik dan garis tubuh.
- Kemampuan dalam menentukan garis pola, seperti lingkar kerung lengan, lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, dan kerah.
- Ketepatan dalam memilih kertas untuk pola, seperti kertas dorslag, kertas karton manila atau kertas koran.
- Kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap bagian bagian pola, misalnya tanda pola bagian muka dan belakang, tanda serat kain atau arah benang, tanda kerutan atau lipit, tanda kampuh dan tiras, serta tanda kelim.
- Kemampuan dan ketelitian dalam menyimpan atau mengarsipkan pola. Pola pakaian yang sudah terpakai alangkah baiknya disimpan pada tempat-tempat khusus seperti rak dan dalam kantong plastik, kemudian diberi nomor, nama dan tanggal serta dilengkapi dengan buku katalog.
Demikian pembahasan singkat mengenai macam-macam metode pembuatan pola dasar baju dari berbagai negara yang mungkin bisa anda coba. Kalau sahabat Fitinline lebih tertarik untuk membuat baju dengan pola yang sudah jadi anda bisa kok mendownload pola baju beserta panduan menyusun polanya Di Sini.
Selamat mencobanya di rumah sahabat Fitinline. Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.