Pada proses pembuatan busana di Industri Garmen tentu tidak lepas dengan yang namanya bahan pelapis. Apa sih bahan pelapis yang dimaksud di Industri Garmen? Bahan pelapis yang dimaksud ini kita contohkan pada bahan yang digunakan untuk bagian dalam busana agar busana tersebut terlihat lebih rapi dengan garis siluet yang tegas dan juga untuk memberi rasa nyaman saat dipakai seperti memberi rasa sejuk, hangat, dan menghindari rasa gatal di kulit. Agar lebih jelas dan kamu dapat mengenali bahan pelapis yang ada pada Industri Garmen, kita bahas di artikel ini.
Beberapa yang akan kita bahas secara detail di artikel ini, diantaranya:
- Sekilas Definisi Tentang Bahan Pelapis Yang Digunakan Pada Industri Garmen
- Jenis-Jenis Bahan Pelapis Di Industri Garmen
- Fungsi dan Penempatan Bahan Pelapis
Sekilas Definisi Tentang Bahan Pelapis Yang Digunakan Pada Industri Garmen
Dalam pembuatan suatu busana bahan pelapis sangat berpengaruh terhadap pembentukan pakaian atau busana yang bermutu. Bahan Pelapis adalah bahan tambahan yang terletak di bawah bahan utama yang memiliki fungsinya antara lain untuk membentuk, menopang kain, menjaga tetap kuat dari gesekan, lipatan, tekanan dan tahan rendaman, dan juga untuk memberi rasa nyaman saat dipakai seperti memberi rasa sejuk, hangat, dan menghindari rasa gatal di kulit. Bahan pelapis yang digunakan pada Industri Garmen memiliki bermacam-macam jenisnya sesuai dengan fungsi dan penempatanannya. Untuk jenis-jenis bahan pelapis akan di bahas pada pembahasan berikutnya.
Jenis-Jenis Bahan Pelapis Di Industri Garmen
Di Industri Garmen bahan pelapis digolongkan menjadu 4 jenis sesuai dengan fungsi dan penempatannya yang dapat mempengaruhu tampilan suatu busana. Berikut jenis-jenis bahan pelapis di Industri Garmen, dianataranya
- Lapisan bawah (underlining), merupakan bahan pelapis yang terletak di bagian bawah (bagian buruk) bahan utama pakaian, biasa disebut lapisan bawah atau lapisan pertama. Pada umumnya lapisan bawah dimaksudkan untuk menguatkan bahan utama pakaian serta keseluruhan desain. Konstruksi bahannya dari semua jenis bahan yang paling ringan; tipis sampai ketebalan sedang dan berat dengan efek finishing lembut, sedang atau gemerisik. Contoh bahan underlining antara lain: sutera cina, organdi, organza, muslin, batiste, tula, rayon, dan tricot ringan untuk rajutan/bahan yang halus.
Sumber: http://garmenstudionline.blogspot.com/
- Lapisan dalam (Interfacing), merupakan bahan pelapis yang ditempel pada sisi kain yang tidak terlihat atau “bagian belakang” untuk membuat area garmen lebih kaku, biasanya digunakan di area yang membutuhkan stabilitas lebih dari sekadar berat kain. Misalnya interfacing dalam kerah, manset, waistband, plakat, dan kadang-kadang pada keliman (hem).
Interfacing ini dilihat dari segi konstruksinya digolongkan menjadi 3 jenis karena terbuat dari bermacam-macam bahan yang berbeda, dengan konstruksi dan penyempurnaan yang berbeda. diantaranya:
- Interfacing woven (tenunan)
Jenis tenunan yang arah seratnya memanjang saling mengikat. Dalam penggunaannya sebaiknya mengikuti arah serat. Jenis ini akan membentuk pakaian lebih bagus & stabil. Contoh bahan interface woven adalah : rambut kuda, trubinais, cufner.
Sumber : http://garmenstudionline.blogspot.com/
- Interfacing non woven (bukan tenunan)
Proses pembuatannya tidak ditenun, melainkan dikempa sehingga tidak memiliki arah serat. Bahan non woven dibentuk dari serat-serat yang dilumatkan, direkatkan atau diampurkan dengan bahan bahan kimia.
Interfacing nonwoven biasanya lebih keras daripada yang ditenun (woven). Contoh bahan interlacing nonwoven adalah Vlieseline, Cufner Gula (Pasir).
Sumber : http://garmenstudionline.blogspot.com/
- Interfacing knit (rajutan)
Konstruksi kain rajut berbeda dengan kain tenun. Pada umumnya elastisitas kemuluran bahan rajut lebih tinggi dari bahan tenun. Contoh bahan interfacing knit adalah Knit fusible interfacing, Weft.
Sumber : http://garmenstudionline.blogspot.com/
- Lapisan antara (Interlining), merupakan bahan pelapis yang lembut dan ringan yang berada di antara interfacing dan lining suatu pakaian untuk memberikan rasa hangat selama dikenakan. Biasanya digunakan untuk lengan baju dan body jaket atau mantel. Bahan dari yang tipis dan ringan sampai tebal dan kasar menyerupai busa atau katun yang berbulu. Contoh: flanel, bahan selimut tipis, felt, dacron.
Sumber: https://www.fesyendesign.com/
- Bahan pelapis (lining) biasa disebut furing, memberikan penyelesaian yang rapi, rasa nyaman, kehangatan, kehalusan dan kelembutan terhadap kulit, biasanya disebut bahan pelapis terakhir (furing) karena merupakan penyelesaian terakhir pada pembuatan busana untuk menutupi bagian dalamnya. Lining dikerjakan secara terpisah dari garmen dan ditempel dengan jahit tangan atau mesin. Ciri bahan pelapis (furing) adalah lembut, licin, tipis, ringan dan higrokopis; adem saat dikenakan. Contoh: satin, katun, rayon, Nilon, silky (seperti sutera), trico.
Sumber: https://www.fesyendesign.com/
Fungsi dan Penempatan Bahan Pelapis
Setiap masing-masing jenis bahan pelapis tentu mempunyai fungsi dan penempatannya tersendiri yang dapat mempengaruhi tampilan busana tersebut. Berikut kita bahas fungsi dan penempatan untuk masing-masing jenis bahan pelapis, diantaranya:
- Lapisan Bawah (Underlining)
Fungsinya :
- Memperkuat bahan utama busana secara keseluruhan
- Memperkuat kelim & bagian-bagian busana
- Mengurangi tembus pandang bahan tipis
- Menjadikan sambungan bagian bagian busana atau kampuh tidak kelihatan dari luar
Penggunaan dan penempatan :
- Dipasang pada bagian-bagian tertentu pada busana misalnya bahan organdi/organza bisa digunakan sebagai bahan penegak kerah pada kebaya tanpa harus merusak motif bahan utamanya.
- Untuk menyelesaikan lapisan (belahan) tengah muka, untuk memperkuat body yang akan dihias (dibordir, dipayet).
- Dipasang di seluruh bagian busana.
- Lapisan Dalam (Interfacing)
Fungsinya:
- Memperbaiki bentuk pada busana seperti kerah, saku, garis leher
- Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian busana
- Menstabilkan dan memberi bentuk tertentu pada bagian tertentu seperti ujung dan detail pada busana
- Memperkuat dan mencegah bahan renggang
Penggunaan dan penempatan:
- Bagian-bagian tertentu pada busana seperti pada kerah, lapisan saku, belahan tengah muka, belahan lengan (placket), manset dan sebagainya.
Sumber: https://ontbpwjt.wordpress.com/
- Dipasang pada seluruh bagian busana misalnya pada pembuatan jas atau blazer
Sumber: https://ontbpwjt.wordpress.com/
- Lapisan Antara (Interlining)
Fungsinya:
- Memperkuat bahan utama busana secara keseluruhan
- Memberi rasa hangat saat dipakai
Penggunaan dan penempatan:
- Pada bagian badan jaket, jas atau mantel
- Pada bagian tertentu pada busana, misalnya bagian badan atas, kerah & sebagainya
- Bahan Pelapis (Lining) biasa disebut furing
Fungsinya:
- Menutup konstruksi bagian dalam busana agar tampak rapi
- Menahan bentuk dan jatuhnya busana
- Pengganti petticoat (rok dalam)
- Menutup bahan tipis yang tembus pandang
- Sebagai pelapis dari bahan berbulu atau kasar seperti wol
- Untuk kenyaman (adem, hangat, lembut) saat dikenakan
- Memudahkan pakaian untuk dipakai atau dilepas
Pengunaan dan penempatan:
- Seluruh bagian dalam dari busana seperti; jas, jaket, mantel, rok, blus
- Pada bagian tertentu busana, misalnya pada bagian badan atas pada kebaya, lapisan dalam ban pinggang celana.
Sumber: https://ontbpwjt.wordpress.com/
Demikian yang kita bahas diartikel ini sedikitnya kita bisa belajar memahami dan mengenali tentang Bahan Pelapis Yang Digunakan Pada Industri Garmen. Semoga informasi yang kita berikan ini setidaknya bisa memberikan manfaat dan menambah wawasan anda tentang Bahan Pelapis Yang Digunakan Pada Inudstri Garmen. Secara tidak langsung kamu juga sudah menerapkannya pada keseharian pada saat akan membuat pakaian, karena ketika akan membuat pakaian kamu juga harus menggunakan bahan pelapis sesuai dengan fungsi dan penempatannya sehingga akan mempengaruhi tampilan busana kamu saat sudah dikenakan.
Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.