Penyamakan kulit dikenal sebagai salah satu kegiatan yang biasa dilakukan untuk merubah kulit hewan menjadi lembaran-lembaran kulit siap pakai yang bersifat permanen, tahan terhadap dekomposisi bila basah dan bersifat lemas bila kering.
Sumber : http://www.koval-distillery.com/
Dimana untuk mendapatkan kulit yang berkualitas baik setidaknya terdapat tiga tahapan pokok yang harus dilakukan dalam penyamakan kulit binatang, yaitu berupa pengerjaan basah (beamhouse), penyamakan (tanning), dan penyelesaian akhir (finishing).
Sumber : http://www.edwinhimself.com/
Pengerjaan Basah
Pengerjaan basah atau biasa disebut sebagai pretanning penting dilakukan untuk mengawetkan kulit mentah agar dapat bertahan hingga penyamakan sesungguhnya dilakukan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pretanning diantaranya berupa sortasi dan penimbangan, perendaman, pengapuran, pembuangan kapur, bating, dan pengasaman.
- Sortasi dan penimbangan dilakukan untuk menetukan mana kulit yang layak untuk di proses dan tidak.
- Perendaman (soaking) dilakukan untuk mengubah kondisi kulit kering menjadi lemas dan lunak.
- Pengapuran (liming) dilakukan untuk melepas sisa daging, bulu, kelenjar keringat dan lemak, serta zat-zat lain yang tidak diperlukan.
- Pembuangan kapur dilakukan untuk menghilangkan kapur yang tergandung dalam kulit, karena penyamakan dilakukan dalam kondisi asam sehingga harus terbebas dari kapur yang bersifat basa.
- Bating (baitsen) atau proses penghilangan zat-zat non kolagen.
- Pengasaman (pickling) dilakukan untuk mengubah kadar asam dalam kulit (pH 3,0 – 35). Tujuannya supaya kulit tidak bengkak bila bereaksi dengan obat penyamaknya.
Sumber : http://www.ajoto.com/
Penyamakan
Penyamakan (tanning) dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bahan penyamak kulit. Mulai dari bahan penyamak mineral, bahan penyamak nabati, bahan penyamak sintetis, dan bahan penyamak minyak. Tahapan proses penyamakan hendaknya disesuaikan dengan jenis kulit.
Sumber : http://www.ofakind.com/
Penyelesaian Akhir
Proses finishing sangat menentukan kualitas akhir bahan kulit yang dihasilkan. Proses finishing akan membentuk sifat-sifat khas pada kulit seperti kelenturan, kepadatan, dan warna kulit. Kegiatan yang dilakukan pada proses penyelesaian akhir diantaranya berupa pengetaman (shaving), pemucatan (bleaching), penetralan (neutralizing), pengecatan dasar, peminyakan (oiling), serta penggemukan (fat liquoring).
- Pengetaman (shaving) dilakukan untuk menyamakan tingkat ketebalan bahan kulit.
- Pemucatan (bleaching) dilakukan untuk menghilangkan flek-flek besi, menurunkan pH, serta menguatkan ikatan antara bahan penyamak dengan kulit.
- Penetralan (neutralizing) dilakukan untuk menetralisir kendungan asam yang terdapat pada kulit samak krom sebelum diproses lebih lanjut.
- Pengecetan dasar dilakukan untuk memberikan warna dasar pada kulit agar pemakaian cat tutup nantinya tidak terlalu tebal dan tidak mudah pecah.
- Peminyakan (oiling) dilakukan untuk melumasi serat-serat kulit supaya tidak lengket, lebih tahan terhadap tarikan, serta membuat kulit lebih tahan air.
- Penggemukkan (fat liquoring) dilakukan agar zat penyamak tidak keluar ke permukaan sebelum kering.
Sumber : http://www.ofakind.com/
Selain itu pada tahap finishing dilakukan pula proses pengeringan untuk mengurangi kadar air yang terkandung pada bahan kulit, pelembaban, pelemasan untuk mengembalikan kerutan-kerutan pada kulit, pementangan untuk menambah luas kulit, serta pengampelasan untuk menghaluskan permukaan kulit.
Sumber : http://www.ofakind.com/
Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.