Pernahkan kamu membeli pakaian dan menemukan kecacatan/reject dalam jahitannya?. Nah selain defect/cacat dalam kain seperti artikel yang pernah kita bahas, di sini juga terdapat kecacatan/reject dalam proses jahit di Industri Garmen. Salah satunya kamu sering temui juga saat tidak teliti dalam memilih atau menentukan kualitas produk yang akan dibeli ataupun menjahitkan produk tersebut. Khususnya produksi di Industri Garment kecacatan/reject dalam proses produksi ini sangat diminimalisir karena akan mempengaruhi kualitas produk tersebut dan menurunkan nilai jual.
Beberapa point yang akan kita bahas di artikel ini tentang Jenis Kecacatan/Reject Dalam Proses Jahit Di Industri Garment, diantaranya:
- Sekilas definisi terkait Kecacatan/Reject Dalam Proses Produksi Di Industri Garmen
- Jenis Kecacatan/Reject Dalam Proses Produksi Di Industri Garmen
Sekilas definisi terkait Kecacatan/Reject Dalam Proses Produksi Di Industri Garmen
Kecacatan/reject dalam proses jahit di Industri Garmen ini sering terjadi, karena sewing merupakan faktor utama dalam menyelesaikan sebuah pesanan garmen untuk kepentingan ekspor, maka kinerja operator sewing adalah faktor kunci untuk menyelesaikan sebuah garmen. Semakin cepat kinerja operator sewing akan berimbas positif bagi sebuah pabrik, akan tetapi selain mementingkan kuantitas, tidak serta merta mengabaikan kualitas garmen juga. Tidak bisa dipungkiri jika mengutamakan kuantitas, biasanya kualitas agak menurun. Untuk mengantisipasi hal ini maka dibutuhkan seorang Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) di Industri Garmen. Meskipun begitu dalam aktualnya pasti akan ditemukan berbagai macam reject (cacat) dalam proses sewing tersebut.
Pengendalian kualitas yang dilakukan oleh Quality Control(QC) dan Quality Assurance (QA) sangat dibutuhkan dalam check hasil produksi suatu barang untuk menjaga kestabilan mutu hasil produksi dan sebagai salah satu usaha untuk menemukan faktor-faktor terduga yang menyebabkan kurangnya kualitas dan kurang lancarnya fungsi dalam proses suatu produksi. Dengan adanya pengendalian kualitas ini bila terjadi gangguan dapat segera dilakukan tindakan pembetulan sebelum terlalu banyak produk yang tidak sesuai dengan produksi. Kecacatan/Reject yang sering terjadi dalam proses produksi ini ada berbagai jenisnya, kita akan bahas untuk mengenali jenis kecacatan/reject dalam proses produksi di Industri Garmen ini di point selanjutnya.
Jenis Kecacatan/Reject Dalam Proses Jahit Di Industri Garmen
Kecacatan/reject dalam proses jahit di Industri Garmen ini banyak sekali ditemui tidak hanya satu jenis saja namun ada beberapa jenis kecacatan/reject yang sering ditemui oleh Quality Control(QC). Kecacatan/reject dalam proses jahit ini ada yang bisa diperbaiki dan ada juga yang tidak bisa diperbaiki. Untuk menghindari hal tersebut, operator sewing harus menjaga kualitas akan jahitannya. Seorang supervisor maupun Team Leader harus bisa mengatur bagaimana caranya untuk menjaga kuantitas dan kualitas berjalan bersamaan. Berikut ini akan kita jelaskan lebih detail terkait jenis kecacatan/reject dalam proses produksi di Industri Garmen, di antaranya :
1. Needle Hole (Berlubang Pada Kain), Sering kali terdapat bekas jarum pada jahitan di kain yang terlalu besar yang kemungkinan karena kelalaian dari operator dan settingan mesin yang tidak sesuai. Hal ini bisa berdampak pada kualitas garmen tersebut dan mengakibatkan needle hole pada produk tersebut.
Sumber: https://welcomesubarashii.my.id/
2. Snagging (Tersangkut), Terkadang dalam jahitan juga ada benang yang tersangkut, hal ini tidak bisa diterima sebagai kualitas yang disetujui. Maka dari itu fungsi QC di line sangatlah berperan penting.
Sumber : https://welcomesubarashii.my.id/
3. Kerapatan jahitan yang terlalu besar, Tension atau ketegangan dipengaruhi oleh settingan mesin yang kurang sesuai, sehingga terkadang ada ketegangan yang terlalu besar dalam jahitan tersebut.
4. Skip Stitch (Jahitan Loncat), masalah klasik yang biasa terjadi, hal ini dipengaruhi oleh mesin yang pemasangan benang yang terlalu longgar / kencang.
Sumber : https://afittingconnection.com.au/
5. Broken Stitch (Jahitan Rusak/Putus), hal yang paling sering dialami oleh operator. Hal ini bisa dikarenakan kualitas benang, ketelitian dari operator, dan jarum yang tidak sesuai.
Sumber : https://www.google.com/
6. Puckering (Kerutan), Puckering biasanya disebabkan oleh penarikan jahitan yang terlalu kencang antar sisi sebelah. Bisa juga karena tekanan yang diberikan ketika menjahit sebuah bagian, misalnya saat menjahit neck, pada bagian body terjadi penarikan yang terlalu kencang.
Sumber : https://www.heddels.com/
7. Pleats (Jahitan Terjepit), Jahitan terjepit juga sering terjadi karena konsentrasi yang buruk dari operator sehingga jahitan tidak lurus dengan rapi dan terjepit di sela sela bagian lainnya.
Sumber : https://garmentdanfurniture.blogspot.com/
8. Twisted (Jahitan Melintir), Jahitan melintir dikarenakan tidak tepatnya operator dalam menjahit bagian dari potongan kain tersebut.
Sumber : https://welcomesubarashii.my.id/
9. Grinning (Jahitan Bergerigi), Jahitan bergerigi disebabkan kurang rapinya operator dalam melakukan pekerjaannya. Mereka asal asalan dalam proses finishing sewing.
10. Open Seam (Jahitan Jebol), Settingan mesin yang terlalu keras dan kelalaian operator dalam mengoperasikan mesinnya dapat menyebabkan hal tersebut.
Sumber: https://textilemirror60.blogspot.com/
11. Uncut Thread End (Sisa Benang Yang Tersisa), ada sisa benang yang tertinggal dan memberikan kesan tidak rapi dan hal ini bisa dikomplain oleh customer.
Sumber : https://garmentdanfurniture.blogspot.com/
12. Feetdog Damage (Bekas Sepatu Mesin), Settingan mesin yang terlalu ketat bisa menyebabkan membekasnya sepatu mesin, seorang mekanik harus memperkirakan hal ini.
13. Raw Edge (Fabric Terjahit Keluar)
Sumber: https://textilemirror60.blogspot.com/
14. Dirty (Kotor), hal ini bisa dikarenakan dari potongan yang memang sudah ada noda, minyak, atau kotor. Akan tetapi setelah menjadi garmen hal ini juga sering terjadi karena proses pemindahan yang tidak bersih dan karyawan tidak menjaga kebersihan di sekitarnya, terlebih kalau garmennya berwarna putih.
15. Join Stitch (Sambungan Jahitan), Garmen yang ada banyak sambungan jahitannya tentunya terlihat tidak bagus, hal ini dikarenakan putusnya jahitan kemudian disambung kembali akan tetapi tidak rapi dan teratur.
Sumber : https://welcomesubarashii.my.id/
16. Unsecure (Jahitan Terurai), Jahitan terurai lebih disebabkan oleh kualitas benang dan tingkat kerapian dari operator sewing tersebut. Terlalu kendornya jahitan akan menyebabkan kecacatan/reject seperti ini.
Sumber : https://welcomesubarashii.my.id/
17. Fullness on Cuff, Terdapat gelembung pada manset.
18. Beading Cuff, pemasangan manset terlalu menonjol ke atas yang menyebabkan shape manset tidak sesuai.
19. Hi-Low Pocket, pocket kiri dan pocket kanan tidak sama posisinya.
20. Label Stitching Over Run, jahitan yang terdapat pada label keluar.
Demikian yang kita bahas diartikel ini sedikitnya mengenai tentang jenis kecacatan/reject dalam proses jahit di Industri Garmen, namun juga sering terjadi diri kita sendiri lho, seperti saat kita membeli produk atau menjahitkan produk dan kita tidak teliti dalam melihat kualitas produk tersebut. Semoga informasi yang kita berikan ini setidaknya bisa memberikan manfaat dan juga bisa diterapkan dalam kegiatan keseharian kita, misalkan lebih teliti dalam menentukan kualitas produk saat ingin membelinya atau memasarkannya karena kualitas dari suatu produk ini berpengaruh ke nilai jual produk tersebut dan menarik konsumen untuk percaya atas kualitas yang diberikan dalam produk tersebut.
Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.