Biasa mengenakan kain sarung saat menjalankan ibadah shalat?. Sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari umat muslim di tanah air, sarung ternyata juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain yang tidak kalah penting lho. Sarung yang diproduksi hampir di setiap daerah pun umumnya punya fungsi berbeda-beda.
Sejarah Singkat Sarung
Sarung merupakan sepotong kain yang dijahit pada kedua ujungnya, sehingga berbentuk menyerupai tabung. Berdasarkan pengertian busana Internasional sarung bisa juga diartikan sebagai sepotong kain lebar yang pemakaiannya didebatkan pada pinggang dengan tujuan untuk menutupi bagian bawah tubuh.
Sumber : https://www.blibli.com/
Dalam Ensiklopedia Britanica disebutkan, sarung diyakini telah diproduksi dan digunakan masyarakat tradisional Yaman sejak zaman dahulu. Kala itu sarung yang berkembang di Yaman kebanyakan dibuat dari kain berwarna putih lalu dicelupkan ke dalam neel yang merupakan bahan pewarna berwarna hitam.
Sumber : https://www.ilotte.com/
Khusus di negeri Yaman sarung biasa disebut futah, di negara oman sarung dikenal dengan nama izaar, sementara orang Arab Saudi mengenalnya dengan nama izaar. Terkait dengan sejarah awal masuknya sarung ke Indonesia, konon kain sarung ini pertama kali dibawa oleh saudagar Arab dan Gujarat pada abad ke-14.
Sumber : https://id.priceprice.com/
Karena pada masa itu sarung dibawa oleh para saudagar Gujarat dan Arab yang juga menyebarkan agama Islam, dalam perkembangan berikutnya sarung di Indonesia kerap diidentikkan dengan kebudayaan Islam. Meski demikian sesungguhnya pemakaian sarung sendiri tidak menunjuk pada identitas agama tertentu.
Sumber : https://www.blibli.com/
Pada zaman penjajahan Belanda misalnya, sarung bahkan juga digunakan sebagai identitas bangsa Indonesia untuk melawan budaya barat yang dibawa para penjajah. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah bukti sejarah yang menunjukkan bahwa para aktivis kemerdekaan sering menggunakan sarung untuk aktivitas kenegaraan.
Sumber : https://www.lazada.co.id/
Dari yang awalnya digunakan sebagai identitas bangsa Indonesia, lambat laun sarung menjelma menjadi satu di antara simbol kehormatan dan kesopanan pria serta wanita. Buktinya dalam berbagai acara keagamaan, upacara adat dan pernikahan ada juga yang memakai pakaian tradisional dengan sarung penuh warna.
Filosofi Sarung
Bila dihubungkan dengan kosmologi kesundaan atau cerita rakyat Lutung Kasarung, sarung sendiri dapat difungsikan sebagai media kaderisasi kepemimpinan. Sebab sebelum akhirnya diangkat menjadi pemimpin, Lutung Kasarung yang merupakan pewaris tahta kerajaan harus mengalami cobaan berupa pengasingan di hutan belantara.
Dalam pengertian yang berbeda sarung dapat pula dibagi menjadi dua suku kata yakni “sa” dan “rung”. Kata “sa” merupakan lambang keinginan manusia dengan segala unsur penciptaannya yang terdiri dari tanah, air, udara dan matahari. Unsur inilah yang kemudian harus dikurung. Hal ini tercermin dari suku kata “rung”.
Selain itu ada juga yang mengartikan filosofi sebagai “sarune dikurung” (sarung). Artinya, sarung merupakan instruksi kehidupan, agar manusia mengedepankan rasa malu, tidak sombong, tidak arogan, apalagi sembrono. Saling menghormati diutamakan, yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda.
- Bentuk sarung yang sangat sederhana tanpa karet, atribut resleting dan kancing mengartikan bahwa setiap orang semestinya bersikap fleksibel, tidak kaku dalam bergaul.
- Adanya ruang ketika kain sarung dipakai adalah sebuah pengibaratan untuk menerima dengan lapang apa yang menjadi permasalahan umat untuk dirasai bersama.
- Gulungan kain diperut mengisyaratkan supaya kita tetap kuat menjaga silaturahmi antar sesama.
Khusus untuk sarung dengan motif kotak-kotak yang paling banyak ditemui di Indonesia, motif ini menggambarkan bahwa ketika seseorang mencoba untuk melangkah ke manapun maka akan selalu ada konsekuensi yang harus dihadapi. Hal ini juga senada dengan gradasi motif papan catur yang terdapat pada sarung bali.
Bahan Pembuatan Sarung
Terkait dengan bahan yang dipakai untuk membuatnya, kain sarung sebenarnya dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti katun, poliester atau sutra. Tapi khusus untuk sarung tradisional yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia memang lebih banyak yang terbuat dari kain tenun, kain songket dan kain tapis.
Sedikit berbeda dengan sarung modern yang kebanyakan bermotif kotak-kotak, sarung yang terbuat dari kain tenun umumnya cenderung menampilkan banyak permainan warna yang lebih mencolok.
1. Kain Katun
Kain katun banyak dipilih sebagai bahan sarung karena memiliki tekstur yang kuat, halus, mudah menyerap keringat namun dari segi harga juga lumayan terjangkau. Beberpa ciri paling khas yang membedakan kain katun dengan jenis bahan sarung lainnya yaitu:
- Kain katun bertekstur halus dan lembut.
- Kainnya dingin, bahkan lebih dingin dari kain wolfis atau wollycrepe.
- Kain katun cukup tebal, namun tetap bertekstur lembut, jatuh, serta nyaman dipakai.
- Karakteristik bahannya tidak transparan dan tidak mencetak tubuh, sehingga sangat cocok untuk untuk membuat sarung yang elegan.
- Cara perawatan kain katun lebih mudah.
- Karena terbuat dari serat alami maka kain katun tidak membuat alergi.
2. Kain Poliester
Poliester merupakan sejenis kain tekstil yang dibuat dari bahan dasar benang poliester. Kain ini biasa digunakan untuk menambah kualitas jenis kain tertentu, seperti resistensi terhadap kerutan.
- Kain yang terbuat dari serat poliester biasanya dikenal tahan lama, tidak mudah kusut, dan lebih cepat kering pada saat dijemur.
- Kelebihan lainnya adalah kain poliester terbilang lebih tahan terhadap berbagai bakteri, tahan air (water-resistant) dan juga tidak mudah susut ataupun melar.
- Pewarnaan kain poliester umumnya dilakukan dengan menggunakan zat warna terurai yang kaya akan warna dan mempunyai ketahanan tinggi terhadap pencucian, sehingga warna kainnya tidak mudah luntur.
3. Kain Sutra
Sebagai salah satu bahan high quality, kain sutra pada dasarnya juga dikenal sangat mahal. Ketika digunakan untuk membuat sarung bahan inipun akan memberikan kesan sangat mewah dan elegan.
Untuk memudahkan anda dalam memilih sarung sutra yang berkualitas berikut kami bagikan informasi mengenai ciri-ciri khusus yang terdapat pada kain sutra asli.
- Benang penyusun yang terdapat pada kain sutra sangat kuat dan tidak mudah putus.
- Kain sutra memiliki kemampuan menyerap yang baik sehingga akan terasa tetap dingin meski digunakan di daerah yang bersuhu panas.
- Kain sutra terasa sangat lembut saat menyentuh kulit karena mengandung asam amino.
- Bahan sutra memiliki ciri khas yang berkilau seperti mutiara. Hal ini disebabkan karena lapisan-lapisan fibroin (sejenis protein yang dihasilkan ulat sutra).
- Serat benang sutra yang asli jika dibakar tidak akan cepat habis dan akan menghasilkan bau yang sama persis dengan rambut atau pun bulu manusia.
4. Kain Tenun
Kain tenun merupakan sejenis kain yang dibuat dengan teknik tenun, yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang (menyilangkan benang lusi dan pakan secara bergantian).
- Secara garis besar kain tenun yang diciptakan dalam berbagai macam warna, corak dan ragam hias memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan, lingkungan, alam, dan sistem organisasi sosial masyarakat.
- Kain tenun yang terdapat pada masing-masing daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri dan menjadi bagian penting yang merepresentasikan budaya dan nilai sosial yang berkembang di lingkungan tersebut.
Berdasarkan metode pembuatannya kain tenun untuk sarung inipun dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kain tenun buatan alat tenun mesin (ATM) dan kain tenun buatan ATBM (alat tenun bukan mesin).
5. Kain Songket
Ditinjau dari asal bahasanya istilah songket sebenarnya berasal dari kata sungkit, yakni tenunan yang dibuat dengan pemberian benang pakan tambahan diantara benang pakan dasar. Penambahan pakan tambahan inilah yang membedakan songket dengan tenun biasa.
- Kain songket asli secara keseluruhan dibuat secara manual. Rumitnya teknik pembuatan kain songket menjadikan harga kain tradisional ini begitu mahal.
- Kain songket tidak hanya berasal dari Pulau Sumatera, tapi kain songket tersebut juga bisa ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Kalimantan, Sulawesi, hingga Bali dan Nusa Tenggara.
- Kain songket termasuk ke dalam jenis kain tenun mewah. Cara penggunaannya pun bermacam-macam, dalam bentuk sarung kain songket dapat dikenakan dengan cara dibebatkan pada tubuh.
- Kain songket memiliki beragam motif yang umumnya dipengaruhi oleh kepercayaan masing-masing daerah serta tradisi yang menjadi ciri khas budaya setempat.
6. Kain Tapis
Kain tapis dikenal sebagai salah satu kain tradisional Indonesia yang menjadi ikon tenun masyarakat Lampung. Selain memiliki tampilan yang unik corak yang ditampilkan pada kain ini juga sangat khas dan berbeda dengan bahan kain pada umumnya.
- Makna simbolis kain tapis terdapat pada kesatuan utuh bentuk motif yang diterapkan.
- Warna dasar kain tapis juga bisa dipakai sebagai wujud kepercayaan yang melambangkan kebesaran Pencipta Alam.
- Kain tapis memiliki fungsi yang sakral dalam berbagai upacara adat dan keagamaan.
- Kain tapis merupakan perangkat adat yang serupa pusaka keluarga.
Sekilas antara motif tapis dan songket terlihat sama hal ini dikarenakan keduanya terbuat dari benang emas dan perak. Yang membedakan adalah motif tapis memiliki unsur alam, seperti flora dan fauna sedangkan motif songket, terlihat lebih meriah dengan motif yang mengisi seluruh isi bahan.
Pemanfaatan Sarung
Selain bahan yang digunakan untuk membuatnya cukup bervariasi, sarung sebenarnya juga mempunyai banyak fungsi. Tidak hanya terbatas sebagai pakaian untuk shalat, sarung sendiri pada prinsipnya juga dapat dikenakan sebagai pelengkap pakaian tradisional, selimut, ayunan anak kecil hingga keperluan lainnya.
Sarung menjadi salah satu pakaian kehormatan untuk menunjukkan nilai kesopanan yang tinggi di Indonesia. Maka dari itu sarung sering dipakai untuk shalat di masjid. Biasanya laki-laki mengenakan sarung dengan baju koko, sedangkan wanita biasanya memakai sarung dengan atasan mukena ketika melaksanakan ibadah shalat.
Jika di Indonesia sarung biasa digunakan untuk beribadah, acara formal maupun nonformal, maka di Yaman dan Mesir justru pemakaiannya berbeda. Di Yaman sarung biasanya dipakai saat suami dan istri melakukan hubungan. Sebaliknya, jika ingin menunaikan salat ke masjid, mereka terbiasa memakai jas atau jubah.
Lain lagi dengan kebudayaan yang berkembang di Mesir, sarung dianggap sebagai pakaian yang tidak pantas dipakai ke masjid maupun untuk keperluan menghadiri acara-acara formal dan acara penting lainnya. Di negeri Firaun sarung lebih banyak difungsikan sebagai baju tidur yang hanya dipakai saat di kamar tidur.
Perlu diketahui juga, di Indonesia sarung sendiri tidak hanya dikenakan oleh umat muslim. Tetapi umat Hindu di Bali biasanya juga mengenakan sarung untuk upacara-upacara adat dan keagamaan. Sementara bagi masyarakat di NTT sarung dikenakan untuk pakaian sehari-hari, bahkan untuk selimut tidur agar tidak dingin.
Ingin membuat baju koko sendiri tapi masih bingung bagaimana cara menggambar polanya?. Sebagai bahan pertimbangan mungkin anda bisa mendownload pola baju koko dari kami Di Sini. Pola baju koko ini pada umumnya tersusun atas dua buah pola besar dan beberapa pola kecil.
- Pola besar pada baju koko terdiri dari pola baju koko bagian muka, pola baju koko bagian belakang dan pola lengan.
- Pola kecil terdiri atas berbagai bentuk pola saku dan pola manset.
Tips Memilih Sarung
Berencana untuk membeli sarung sebagai pelengkap pakaian ibadah atau sekedar untuk bersantai di rumah?. Supaya tidak salah pilih cari tahu dulu yuk apa saja hal-hal yang harus diperhatikan ketika hendak memilih sarung. Untuk mendapatkan kualitas yang baik maka perlu dicoba tips berikut ini.
1. Bahan Kainnya
Ketika memilih sarung coba usap kainnya. Biasanya, kain sarung yang baik menggunakan jenis bahan yang halus, lembut, tidak mudah kusut dan tidak terasa panas saat dikenakan dalam jangka waktu yang cukup lama.
- Dalam memilih sarung pastikan bahan kainnya memiliki karakteristik yang adem dan tidak membuat tubuh anda kepanasan.
- Pertimbangkan berat kainnya, jangan sampai terlalu tebal dan terlalu berat.
- Ketebalan bahan kain yang tepat untuk srung yaitu tidak sampai “tembus pandang” ketika dilihat dari luar.
2. Sisi Jahitan
Kain sarung yang baik biasanya tidak memiliki sambungan pada jahitannya (sambungan yang dimaksud merupakan sambungan kain karena terlalu pendek). Ini dikarenakan kain sarung yang baik adalah kain sarung yang sudah diperhitungkan ukurannya.
3. Kerapatan Jahitan
Dari sisi teknis sebuah kain sarung yang berkualitas baik harus memiliki jahitan benang yang rapat untuk memastikan bahwa kain sarung tersebut telah dijahit kuat dan tahan sobekan. Untuk mengetahui kerapatan benang coba berikan sedikit cahaya lampu di area jahitan benang.
- Kualitas jahitan sarung yang baik umumnya ditandai dengan beberapa ciri khas sebagai berikut.
- Jahitan sarung yang bagus harus memiliki ciri-ciri yang halus dan rapi, tidak melenceng, tidak loncat dan tidak mengkerut.
- Semakin kecil stik yang digunakan maka semakin halus juga hasil jahitannya.
- Semakin banyak jumlah kerapatannya jahitannya maka semakin bagus kualitasnya.
4. Pemilihan Corak
Dalam memilih kain sarung, penting bagi anda untuk menentukan corak sarung yang netral dan pantas digunakan untuk berbagai acara.
- Pilih warna dasar bahan sarung yang sesuai dengan warna kesukaan anda.
- Biasanya sarung yang cukup netral untuk dipakai ke berbagai acara memiliki corak yang sedikit atau jarang.
- Sarung untuk penggunaan sehari-hari biasanya menggunakan sarung dengan corak yang ramai atau penuh.
Demikian pembahasan singkat mengenai sejarah singkat sarung, bahan pembuatan sarung serta pemanfaatan sarung dalam kehidupan manusia yang dapat kami bagikan untuk anda. Setelah menyimak pembahasan di atas sekarang sahabat Fitinline jadi makin tahuhkan kalau sarung itu tidak hanya dapat digunakan untuk shalat.
Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.