Sebagai daerah penghasil kerajinan ukiran kayu yang terkenal hingga mancanegara, Jepara ternyata juga memiliki kekayaan lain yakni berupa kain troso yang sarat akan makna dan menyimpan banyak nilai keistimewaan di dalamnya lho. Buat anda yang mau tahu cara pembuatannya simak pembahasan berikut yuk.
Beberapa point penting yang akan dibahas dalam artikel ini diantaranya:
Pengenalan Kain Troso
Kain troso merupakan kain yang berasal dari daerah Jepara, tepatnya dari desa Troso yang terletak di kecamatan Pecangaan. Proses pembuatannya sendiri yakni ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsi yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami.
Dari yang awalnya hanya dibuat di desa Troso lambat laun kerajinan tenun ini juga mulai merambah ke desa sekitar walaupun cara pembuatannya sebagian besar masih dilakukan secara tradisional, yakni dengan memakai alat tenum bukan mesin (ATBM).
- Kain troso menjadi saksi bisu bagaimana masyarakat setempat bertahan hidup dalam gerusan ekonomi dan keadaan politik yang tidak stabil.
- Selain mensejahterakan warganya dalam bidang ekonomi, kain tenun troso juga ikut andil sebagai pemersatu desa untuk selalu melestarikan budaya lokal.
Pembuatan Kain Troso
Secara teknis kenun troso sendiri dulunya banyak dibuat dengan teknik tenun gedok dan kemudian dalam kurun waktu yang cukup panjang, berkembang menjadi tenun ikat. Gambaran singkat mengenai cara pembuatan kain tenun troso Jepara secara sederhana dapat anda lihat melalui penjelasan berikut.
1. Pengetengan
Cara pembuatan tenun troso dapat dimulai dari penyusunan benang secara rapi dan berjajar yang disebut dengan pengetengan.
- Pengetengan merupakan tahap awal dalam proses produksi kain tenun troso Jepara.
- Pada tahap ini dilakukan pengeraian benang dari kelos-kelos aslinya.
Sumber : https://elib.unikom.ac.id/
2. Pembuatan Pola
Setelah proses pengetengan, benang yang masih dalam bentuk gulungan diurai dalam bingkai kayu (plankan). Plankan tersebut di beri gambar sesuai dengan motif yang diinginkan.
3. Pengikatan Benang
Benang yang sudah di beri gambar sesuai motif selanjutnya diikat dengan menggunakan tali. Pada tahap pengiktan benang ini para perajin tenun biasanya akan mengikat benang dengan menggunakan tali raffia.
Sumber : https://elib.unikom.ac.id/
4. Pencelupan Warna
Setelah benang diikat atau ditali, tahap selanjutnya adalah pencelupan warna benang yang akan ditenun. Pencelupan warna bisa dilakukan berulang kali tergantung jumlah warna yang ada di dalam pola.
5. Penjemuran
Benang tenun yang sudah diwarnai selanjutnya bisa dijemur di bawah sinar matahari hingga mengering dengan sendirinya.
6. Mbatil
Benang yang sudah melewati proses penjemuran dan pengeringan selanjutnya dibuka ikatannya satu persatu. Tahap membuka atau melepas ikatan pada benang setelah dijemur ini biasa dinamakan dengan mbatil.
7. Malet
Sehabis diwarna, dijemur dan dibatil, selanjutnya dilakukan proses malet yakni kegiatan menggulung kembali benang-benang dalam kletek yang akan disekir.
Sumber : https://elib.unikom.ac.id/
8. Nyekir
Nyekir sendiri meupakan proses yang sama seperti menyiapkan pola yang akan ditenun nantinya. Pada tahap ini konsentrasi dan ketelitian pengrajin sangat dibutuhkan, sebab jika ada satu saja benang yang tidak diatur sesuai pola maka motif yang dihasilkan akan berantakan.
Sumber : https://elib.unikom.ac.id/
9. Menenun
Setelah proses nyekir sekarang barulah benang bisa ditenun menjadi lembaran kain yang cantik dengan menggunakan alat tenun bukan mesin atau yang sering disebut ATBM.
- Menenun merupakan tahap terakhir dari keseluruhan tahapan yang harus dilalui dalam proses pembuatan kain tenun troso Jepara.
- Prinsip yang ditrapkan dalam menenun ini yaitu menyatukan benang lungsin dengan benang pakan menjadi lembaran kain.
- Benang lungsin adalah benang yang membujur membentuk panjang sebuah kain.
- Benang pakan adalah benang yang melintang membentuk lebar kain.
Sumber : https://elib.unikom.ac.id/
Motif Kain Tenun Troso
Dibandingkan dengan kain tenun lainnya, kain tenun ikat troso Jepara sebenarnya juga memiliki keunikan tersendiri. Salah satunya yaitu kain tenun troso cenderung mengadopsi motif-motif dari luar daerah terutama motif dari Indonesia bagian timur seperti Bali, Flores danSumbawa dengan modifikasi di sana sini.
Seperti halnya motif yang berkembang di Indonesia bagian timur motif-motif kain tenun troso memiliki ciri motif geometris dan non geometris (flora dan fauna).
- Visual kain tenun troso Jepara umumnya juga banyak dipengaruhi oleh kondisi geografis desa Troso.
- Nama-nama ragam hias atau motif tenun troso kebanyakan dibuat berdasarkan dari unsur-unsur motif pembentuknya.
- Kain tenun troso Jepara biasa menggunakan warna yang terkesan gelap seperti coklat tua, coklat muda dan biru tua.
Beberapa motif hias kain troso yang cukup populer antara lain berupa:
1. Motif Lurik
Pada awal kemunculannya kain tenun troso memiliki motif lurik yang khas yakni berupa garis-garis dan polos. Namun belakangan para perajin dan pengusaha tenun membuat motif tenun sesuai permintaan pesanan.
Sumber : http://tenunkainjepara.blogspot.com/
2. Motif Nagasari
Berikutnya ada motif nagasari yang juga dijadikan sebagai identitas dari tenun Troso. Nama nagasari sendiri diambil dari nama makam sesepuh Desa Troso yaitu Nyi Senu dan Ki Senu.
Sumber : https://jurnal.isi-ska.ac.id/
3. Motif Bambu
Ragam hias bambu merupakan ragam hias yang bersifat non geometris. Motif ini biasanya dibuat dengan menggunakan metode pengulangan full repeat dengan menggunakan teknik ikat pakan.
Sumber : https://jurnal.isi-ska.ac.id/
4. Motif Akar Seribu
Motif akar seribu merupakan motif kain troso yang biasa difungsikan untuk keperluan sandang. Susunan akar yang digunakan yakni berupa akar lompong dalam berbagai macam warna yang dikombinasikan dengan motif daun dan bunga-bungaan.
Sumber : https://jurnal.isi-ska.ac.id/
Terkait dengan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia kain tenun troso ini bisa dibilang sangatlah luas. Tak hanya dijadikan sebagai bahan utama pakaian, kain troso ini bisa juga dijahit untuk perlengkapan busana, kain pelapis mebel atau penghias interior rumah.
Kesimpulan
Demikian pembahasan singkat mengenai proses pembuatan kain troso dan berbagai macam motif hiasnya yang cukup populer. Dengan nilai historis yang tinggi serta konstribusi nyata atas perkembangan Kota Jepara, maka kain tenun troso sangatlah penting untuk dilestarikan keberadaannya.
Simak juga pembahasan mengenai 15 Ragam Kain Tenun Indonesia Beserta Makna Filosofinya untuk memperkaya wawasan anda tentang kain tradisional yang ada di Indonesia.
Kalau anda mau tahu lebih banyak tentang teknik dan ragam tenun lainnya yang ada di Indonesia, anda bisa mendownload E-Book Teknik dan Ragam Tenun Ikat yang kami miliki.
Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.