Penggunaan pakaian adat tradisional yang ada pada masing-masing daerah di Indonesia umumnya terlepas dari stratifikasi sosial yang ada. Tidak terkecuali pakaian adat tradisional Buton, Sulawesi Tenggara yang penggunaannya masih terikat erat dengan sistem adat yang berlaku, dalam berbagai kegiatan sosial yang berhubungan dengan adat setempat. Sebagai perwakilan dari perwujudan tata kehidupan sosial masyarakat suku Buton secara keseluruhan pakaian adat tersebut cenderung digunakan oleh golongan-golongan bangsawan seperti Sultan, pegawai kesultanan serta tokoh-tokoh penting yang memiliki jabatan tinggi dalam struktur pemerintahan kesultanan Buton.
Sumber : http://budaya-indonesia.org/
Pakaian adat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Buton terdiri dari berbagai jenis dengan fungsi yang berbeda dalam setiap penggunaannya. Bahkan dalam kehidupan masyarakat Buton seseorang bisa dengan mudah mengetahui kedudukan sosial orang lain berdasarkan pakaian adat yang dikenakannya sesuai dengan ciri-ciri atau spesifikasi tertentu baik warna, bentuk, perhiasan, jumlah aksesoris yang digunakan maupun perlengkapan lainnya dalam tingkat kehidupan masyarakat Buton pada masa lampau maupun saat ini.
Sumber : http://travel.detik.com
Baju Kombo
Baju Kombo merupakan pakaian kebesaran kaum wanita Buton yang terbuat bahan dasar kain satin dengan warna dasar putih yang dihiasi dengan manik-manik, benang emas atau perak serta berbagai ragam hiasan yang terbuat dari emas, perak maupun kuningan. Pakaian ini terdiri atas baju dengan bawahan sarung yang disebut Bia Ogena (sarung besar). Pemilihan warna putih pada baju kombo diunakan sebagai lambang kesucian, kepolosan wanita Buton, serta harapan-harapan atas kebaikan, kesuburan, dan kesejahteraan.
Sumber : http://rabani7.blogspot.com/
Baju Kaboroko
Berbeda dengan baju Buton lainnya, baju kaboroko mempunyai kerah yang disertai dengan berbagai macam hiasan dan aksesoris, serta empat buah kancing logam pada leher sebelah kanan dan tujuh buah kancing pada lengan baju. Penggunaan baju kaboroko dipadukan dengan Samasili Kumbaea atau Bia-Bia Itanu yaitu berupa sarung yang memiliki lapisan dalam berwarna putih dan lapisan luar berwarna dasar hitam dengan corak garis-garis. Penggunaan baju Kaboroko bagi wanita Buton digunakan sebagai pembeda strata sosial masyarakat setempat. Makna yang tersimpan dibalik penggunaan baju kaboroko adalah sebagai perlindungan terhadap hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara.
Sumber : http://ray-march-syahadat.blogspot.com/
Baju Kambowa
Kambowa merupakaan pakaian adat Buton berbentuk ponco dan tidak memiliki kerah yang digunakan oleh para ibu, gadis maupun anak-anak dalam berbagai upacara adat maupun sebagai pakaian hari-hari pada masa lampau. Bagi kaum bangsawan penggunaan baju Kambowa ini biasa dipadukan dengan kain sarung yang terdiri dari tiga lapis, sedang untuk rakyat biasa hanya menggunakan satu lapis sarung.
Sumber : http://travel.detik.com/
Baju Perangkat Adat (Pakeana Syara)
Seperti namanya pakaian ini digunakan oleh para perangkat adat agama masjid agung Keraton Buton, Sultan dan Perangkat adat lainnya. Pakeana Syara merupakan pakaian penutup tubuh berbentuk jubah lengan panjang yang dihiasi dengan motif tenunan tradisional Buton berupa garis-garis yang membujur dan melingkar. Penggunaan motif hias berupa garis tersebut merupakan simbol kepatuhan terhadap hukum adat dan agama yang wajib untuk dijalankan.
Sumber : http://angkat9pena.wordpress.com/
Pakaian Ajo Tandaki
Pakaian Ajo Tandaki terdiri dari selembar kain besar (Bia Ibeloki) berwarna hitam yang hanya dililitkan pada sekujur tubuh pemakainya. Pakaian yang sangat mirip dengan pakaian ihram jemaah haji ini biasa digunakan oleh seorang anak laki-laki ketika akan diislamkan (disunat) bahkan bisa juga dikenakan oleh pria yang akan menikah. Kelengkapan pakaian terdiri dari Tandaki (semacam mahkota) yang dibentuk dengan berbagai hiasan serta ikat pinggang yang diukir dengan kalimat Tauhid dan sebilah keris.
Sumber : http://toekangbatoe.wordpress.com/
Pakaian Ajo Bantea
Pakaian adat ajo bantea hanya terdiri dari celana panjang (sala arabu) dan dijadikan sebagai lambang keterbukaan dan kesederhanaan para anak golongan bangsawan tanpa memandang status sosialnya masing-masing. ajo bantea atau pakeana mangaanaana merupakan pakaian yang khusus dikenakan oleh anak-anak yang belum menduduki jabatan khusus dalam sistem pemerintahan kesultanan buton. sebagai pelengkap ditambahkan pula penggunaan kampurui bewe patawala atau kampurui tumpa atau kampurui palangi yang dikenakan bersama lepi-lepi, keris, sarung samasili kumbaea atau bia ibeloki , dan bia ogena.
Sumber : http://www.timur-angin.com/
Pakaian Balahadada
Pakaian Balahadada merupakan pakaian kebesaran yang dikenakan oleh kaum laki-laki Buton baik bagi seorang bangsawan maupun bukan bangsawan. Pakaian dengan warna dasar hitam ini dijadikan sebagai perlambang keterbukaan pejabat atau sultan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan masyarakat demi pencapaian kesejahteraan dan kebenaran hukum yang diputuskan dengan jalan musyawarah untuk mufakat. Kelengkapan pakaian Balahada terdiri atas destar, baju, celana, sarung, ikat pinggang, keris, dan bio ogena atau sarung besar yang dihiasi dengan pasamani diseluruh pinggirannya.
Sumber : http://bumibuton.blogspot.com/
Semoga bermanfaat.
Tags : designer indonesia, desain fesyen
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.