Punya rencana untuk berlibur ke Kalimantan Timur?. Jika anda kebetulan singgah di wilayah Tanjung Isuy, Kabupaten Kutai jangan lupa untuk mengunjungi sentra kain tenun tradisional ulap doyo yang menjadi semacam identitas sekaligus warisan budaya bagi Suku Dayak Benuaq Kalimantan Timur.
Sumber : https://www.pegipegi.com/
Sama-sama disebut sebagai kain tenun, tetapi kain tenun ulap doyo ini bisa dikatakan sebagai kain yang cukup unik dan berbeda dengan kain tenun pada umumnya karena dibuat dari serat daun tanaman doyo (Curliglia latifolia).
Sumber : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
Supaya dapat digunakan sebagai bahan baku tenun, daun doyo yang diperoleh dari tanaman doyo tersebut semestinya harus dikeringkan dan juga disayat mengikuti arah serat daun sampai menjadi serat yang benar-benar halus baru kemudian dijalin dan dilinting sampai membentuk benang kasar.
Sumber : http://www.imgrum.org/
Sebelum diproses lebih lanjut menjadi sebuah kain, benang daun doyo yang semula berwarna putih atau krem harus diolah terlebih dahulu dengan menambahkan zat pewarna tertentu agar tampilannya terlihat lebih menarik. Berikut beberapa macam contoh warna beserta bahan pewarna alami yang digunakan dalam pembuatan kain tenun tradisional ulap doyo.
Sumber : http://www.imgrum.org/
Warna Hitam
Warna hitam untuk tenun doyo sebagian besar diambil dari asap pembakaran damar yang dicampur dengan cairan pekat. Warna hitam bisa juga diperoleh dari perebusan serat daun doyo yang dicampur bersama serat daun pohon kebuau hingga serat tersebut menjadi berwarna hitam.
Warna Merah
- Warna merah untuk tenun doyo banyak dibuat dari batu lado, biji buah geligemp (annatto bixa orellana), serta kulit batang poho uar. Batu lado yang diubah ke dalam bentuk bubuk dapat digunakan untuk membuat warna merah pada serat doyo. Batu ini bisa dijumpai di sungai Lawa dan Bentian Besar serta daerah Tanjung Isuy.
- Biji buah geligemp yang telah diremas bijinya lalu dicampur dengan sedikit air akan menghasilkan warna merah kental.
- Untuk mendapatkan warna merah alami, mula-mula kulit batang dari pohon uar ditumbuk sampai mengeluarkan getah kemudian direndam selama satu malam sampai air rendaman berwarna merah tua.
Warna Hijau
Warna hijau untuk tenun doyo biasa didapat dari daun putri malu (aminosa pudica) yang dilumatkan kemudian direbus hingga menghasilkan warna hijau kental. Setelah selesai dibuat bahan pewarna ini selanjutnya tinggal dioleskan pada benang tenun.
Warna Kuning
Warna kuning untuk tenun doyo biasa diambil dari umbi kunyit (curcuma longa). Mula-mula kunyit diparut dan diberi air sedikit kemudian diperas hingga mengeluarkan cairan berwarna kuning kental.
Warna Coklat
Warna coklat untuk tenun doyo kebanyakan diperoleh dari akar kayu oter yang diambil getahnya kemudian dioleskan pada benang tenun.
Sumber : http://www.imgrum.org/
Minimnya bahan baku dan banyaknya lahan yang telah dialih fungsikan untuk keperluan lain lambat laun membuat hampir semua bahan pewarna diatas sulit untuk didapatkan. Sebagai gantinya kini para perajin sudah banyak yang menggunakan bahan sepuhan kue dan cat warna rhodamine (I.C.I.) untuk pencelupan benang tenun.
Sumber : http://www.imgrum.org/
Meski warna-warna yang dihasilkan tidak kalah menarik, tetapi kualitas warna yang dihasilkan dari bahan pewarna sintetis tentu saja berbeda. Sebab cat warna yang juga biasa digunakan sebagai bahan pewarna makanan ini umumnya memiliki daya tahannya terhadap air sangat rendah.
Semoga bermanfaat.
Mau tahu lebih banyak lagi tentang kain tenun tradisional Indonesia. Sahabat Fitinline bisa mendownload E-Book dari kami Di Sini.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.