Suka memakai busana berbahan kain tenun?. Sebagai salah satu karya tekstil yang bernilai seni tinggi, kain tenun yang berkembang di Indonesia sebenarnya punya banyak sekali variasi desain dan motif yang menarik lho. Bukan hanya menarik dari segi motif dan tampilannya saja tapi kain tenun juga punya makna tersendiri yang tersembunyi di dalamnya.
Pengertian Kain Tenun
Kain tenun termasuk ke dalam jenis kain yang dihasilkan dari proses menenun dengan menggunakan prinsip sederhana, yaitu teknik persilangan benang lusi dan benang pakan secara bergantian. Benang lusi merupakan benang yang disusun lurus secara vertikal sedangkan benang pakan merupakan benang yang disusun lurus secara horizontal.
Sumber : http://www.jalakapas.com/
Benang lusi (wrap) yang digunakan sebagai penyangga utama sebuah kain tenun umumnya dibuat dari material yang lebih kasar dan kuat dibandingkan dengan benang pakan (weft) yang hanya dipakai sebagai pengisi saja. Tujuan utamanya agar benang lusi tersebut mampu menahan tarikan dan sentakan ketika direntangkan pada alat tenun.
Sumber : https://www.indonesiakaya.com/
Meski kerap diidentikkan dengan kesannya yang berat karena lebih sering dipakai dalam acara adat, kini kain tenun juga bisa diaplikasikan sebagai bahan pembuatan pakaian formal dan pakaian casual. Kualitas sebuah tenunan biasanya dapat dilihat dari mutu bahan, keindahan warna kain, motif, pola dan ragam hiasannya.
Sumber : https://www.flickr.com/
Khusus di negara Indonesia sendiri proses produksi kain tenun lebih banyak dibuat dalam skala rumah tangga. Dengan karakteristiknya yang sangat khas, tiap-tiap kain tenun yang berkembang di Indonesia umumnya memiliki makna filosofi dan nilai sejarah yang mencerminkan jati diri bangsa.
Jenis-Jenis Tenun Indonesia
Berdasarkan dari desain dan kegunaannya kain tenun dengan segenap teknik dan ragam hiasnya sampai saat ini telah mengalami banyak perkembangan. Buat sahabat Fitinline yang mau tahu lebih banyak tentang tenun Indonesia mungkin anda bisa menyimak pembahasan mengenai jenis-jenis tenun berikut ini.
1. Tenun Lurik
Kain lurik merupakan salah satu kain tenun nusantara yang tumbuh dan berkembang di Pulau Jawa. Seperti halnya jenis kain lain di nusantara, kain lurik juga sarat akan makna. Tiga daerah utama penyebaran Lurik di Pulau Jawa yaitu daerah Jogjakarta, Solo dan Tuban.
Filosofi dan makna sehelai kain lurik biasanya tercermin dalam motif dan warna lurik. Beberapa corak kain tenun lurik ada yang dianggap sakral, ada yang memberi nasehat, petunjuk dan harapan.
a. Corak Kluwung
Corak kluwung dianggap sakral serta mempunyai tuah untuk tolak bala. Secara simbolis corak kluwung dilukiskan dengan garis-garis lebar beraneka warna bagaikan pelangi. Corak ini digunakan untuk berbagai upacara sakral seperti mitoni, labuhan dan pernikahan.
- Kain lurik digunakan dalam upacara mitoni dengan harapan anak yang dikandung terlahir selamat dan terhindar dari maut.
- Kain lurik digunakan dalam upacara labuhan dengan harapan untuk memperoleh keselamatan.
- Kain lurik digunakan dalam upacara pernikahan dengan harapan kedua mempelai mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam berumah tangga.
b. Corak Tuluh Watu
Corak tuluh watu memiliki arti batu yang bersinar dan dapat berarti pula kuat atau perkasa. Corak ini biasa dipergunakan sebagai penolak bala pada upacara ruwatan dan sebagai pelengkap sesajen upacara labuhan. Karena termasuk sakral corak ini dulu hanya boleh dipakai oleh orang yang berbudi luhur.
c. Corak Tumbar Pecah
Corak tumbar pecah diibaratkan orang memecah ketumbar dan seharum aroma ketumbar. Corak ini biasanya digunakan sebagai kemben dalam upacara mitoni dengan maksud agar kelahiran berjalan dengan lancar. Kemben pada perut ibu yang hamil ini sama halnya dengan penolak bala.
d. Corak Telupat
Corak telupat berasal dari bahasa Jawa “telu” yang artinya tiga dan “papat” yang berarti empat sehingga corak lajuran yang ditampilkan pada tenun lurik ini menjadi berjumlah tujuh. Angka tujuh merupakan angka keramat yang dalam kepercayaan Jawa melambangkan kehidupan dan kemakmuran.
e. Corak Sapit Urang
Corak sapit urang yang berarti jepit udang merupakan ungkapan simbolis yang dapat dipakai untuk suatu siasat perang. Corak ini biasa dipakai sebagai busana Prajurit Kraton.
f. Corak Udan Liris
Corak udan liris yang berarti hujan gerimis mengandung konotasi mendatangkan kesuburan dan kesejahteraan. Corak udan liris merupakan salah satu corak yang dipakai penguasa dengan harapan si pemakai diberkati oleh Yang Maha Kuasa dan membawa kesejahteraan bagi para pengikutnya.
Selain corak tersebut masih ada beberapa corak lain yaitu corak Mantri Anom, corak Prajurit Ketanggung, corak prajurit Mantri Jeron yang biasa dipakai untuk pakaian Surjan para prajurit Kraton Yogyakarta dalam tugas sehari-hari di Kraton.
Sumber : http://klatenkab.go.id/
2. Kain Tenun Lipaq Sabe
Jika di Jawa ada kain tenun lurik, maka masyarakat di pulau Sulawesi juga memiliki kain tradisional yang tidak kalah menarik. Salah satu jenis kain yang dimaksud yaitu berupa kain tenun lipaq saqbe atau sarung tenun khas mandar dari daerah Sulawesi Barat.
Berdasarkan desain dan variasinya motif yang ditampilkan pada kain tenun lipaq saqbe sebenarnya dapat dibagi atas dua macam yaitu sure dan bunga.
- Sure merupakan motif lipaq saqbe klasik berbentuk garis geometris yang diciptakan tanpa hiasan atau bunga yang membuatnya terlihat mencolok.
- Sementara lipaq saqbe motif bunga diciptakan dengan hiasan berupa bunga atau ornamen lainnya yang menjadikan tampilannya tampak lebih cantik dan menawan.
Beberapa motif tradisional yang umumnya digunakan pada kain lipaq saqbe yaitu berupa Padzadza (Parara), Salaka, Taqbu, Pandeng, Benggol, Aroppoq, Pangulu, dan motif lainnya.
Sumber : http://travelblog.ticktab.com
3. Kain Tenun Bentenan
Kain tenun bentenan merupakan kain tradisional masyarakat Minahasa yang diproduksi dari bahan dasar serat kulit kayu pohon lahendong dan sawukouw yang disebut dengan fuya, serat nenas dan pisang yang disebut koffo, dan serat bambu (wa’u) yang ditenun secara tradisional.
Ragam hias atau motif yang terdapat pada kain bentenan diantaranya berupa:
- Tonilama dengan benang putih dan tidak berwarna.
- Kokera dengan motif bunga warna-warni bersulam manik-manik.
- Pinatikan dengan garis-garis motif jala dan bentuk segi enam.
- Sinoi dengan benang beraneka warna dan berbentuk garis-garis.
- Tinonton mata dengan gambar manusia.
- Tinompak kuda dengan aneka motif berulang.
- Kaiwu Patola dengan motif patola dari India.
Tinonton mata dipercaya memiliki nilai yang paling tinggi sebagai simbol leluhur pertama orang Minahasa sementara motif kaiwu patola lebih banyak dimanfaatkan sebagai alat tukar menukar.
Sumber : http://beeindaclub.blogspot.com/
4. Tenun Buna Insana
Kain tenun buna insana asal NTT merupakan kain tenun full handmade yang saat ini banyak di cari oleh para pecinta kain nusantara. Kain buna dengan warna yang yang indah dan full colour sangat cocok dijadikan sebagai tas tenun, baju tenun atau aneka sovenir lainnya.
Proses pembuatan tenun buna insana termasuk sangat rumit dan membutuhkan waktu yang panjang karena motif-mitifnya dilakukan dengan system anyaman tangan. Daerah penyebaran kain tenun ini diantaranya Kabupaten Kupang, TTS, Belu dan kabupaten TTU (Timor Tengah Utara).
Sumber : https://www.tokopedia.com/
5. Tenun Biboki
Tenun biboki merupakan kain tenun yang dihasilkan oleh wanita-wanita Biboki di Timor Tengah Utara yang dengan ulet memadukan berbagai bahan-bahan baku lokal seperti kapas, akar mengkudu, daun tarum, daun kunyit, dan sejenis lumpur berwarna biru.
Proses pembuatan kain tenun biboki ini secara keseluruhan melalui beberapa tahap dari proses pemisahan biji kapas, pemintalan benang dari kapas menggunakan Ike, hingga proses menenun yang juga menggunakan alat-alat tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu.
Motif tenun yang dihasilkan umumnya menggambarkan alam lingkungan sekitar dan juga perjalanan hidup si penenun itu sendiri. Kekhasan dan keunikan inilah yang menjadikan kain tenun Biboki begitu bernilai seni tinggi dan mengandung makna filosofis yang dalam pada seriap motifnya.
Dengan karakteristiknya yang sangat khas kain tenun ini sering digunakan untuk berbagai keperluan misal pelengkap upacara adat pernikahan, kelahiran, kematian, alat tukar pengganti mata uang, denda hukum adat, maupun kegiatan upacara adat lainnya.
Sumber : https://tenuntimor.blogspot.com/
6. Tenun Sumba
Tenun Sumba merupakan salah satu bentuk dari kekayaan budaya yang dimiliki oleh Provinsi NTT. Tidak seperti kain pada umumnya, setiap lembar kain tenun ikat Sumba yang lahir dari tangan para seniman memiliki cerita dan keunikan masing-masing.
Tenun sumba adalah salah satu bentuk seni kerajinan yang dihasilkan oleh kum perempuan dari Sumba NTT. Kerajinan tenun itu berupa sehelai kain yang penuh hiasan dekoratif yang indah, dengan disain menarik, komposisi harmonis, dan bentuk-bentuk ragam hiasnya mempunyai karakteristik tersendiri.
Beberapa motif yang biasa diaplikasikan pada kain tenun Sumba diantaranya:
- Motif kuda menggambarkan kepahlawanan, keagungan, dan kebangsawanan karena kuda adalah simbol harga diri bagi masyarakat Sumba.
- Motif buaya atau naga menggambarkan kekuatan dan kekuasaan raja.
- Motif ayam melambangkan kehidupan wanita dan motif burung, umumnya kakatua, melambangkan persatuan.
Selain dihias oleh sejumlah motif tersebut ada juga beberapa motif lain seperti motif mahang atau singa, rusa, udang, kura-kura, dan hewan lain pada kain-kain yang kuno.
Sumber : https://koransulindo.com/
7. Tenun Mbojo
Kain tenun mbojo merupakan salah satu bentuk budaya khas Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan beberapa daerah lain di sekitar gunung Tambora. Kain tenun mbojo yang cukup populer biasanya dibuat dari perpaduan tiga warna benang atau lebih yang ditenun membentuk pola zig-zag.
Sumber : http://pedalku.com
8. Tenun Toraja
Kain tenun Toraja merupakan simbol yang khas akan adanya keterikatan antara manusia dengan alam dan lingkungannya. Kain ini juga menjadi salah satu warisan leluhur yang masih di jaga kelestariannya sampai saat ini karena memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam budaya masyarakat Toraja.
Selain memegang peranan penting dalam berbagai upacara adat, kain tenun toraja juga berfungsi sebagai simbol kemakmuran dan kejayaan. Bahkan hanya orang-orang tertentu saja yang mampu memiliki kain-kain tersebut dimasa lalu misalnya kaum bangsawan atau masyarakat dengan ekonomi mampu.
Proses pembuatan kain tenun Toraja dimulai dari pemintalan benang serat menjadi benang sampai kain. Serat-serat yang dimanfaatkan untuk membuat tenun toraja ini terdiri dari dua jenis yaitu berupa kapas dan ada yang berupa serat nanas. Karena serat nanas sudah langka maka yang digunakan saat ini adalah serat kapas.
Sumber : http://www.tokotenun.com/
9. Tenun Ulap Doyo
Tenun ulap doyo sebenarnya termasuk ke dalam jenis kain tradisional Indonesia yang dihasilkan dari tangan terampil para perempuan suku Dayak Benuaq Kalimantan Timur. Kain tenun ini biasa digunakan dalam berbagai ritual adat seperti upacara kematian, pernikahan adat, tarian gantar, hingga ritual pengobatan.
Warna yang diaplikasikan pada kain tenun tersebut pada prinsipnya memiliki makna simbolik yang mengandung nilai budaya. Misalnya saja warna hitam, warna ini menegaskan bahwa si pemakai memiliki kemampuan dalam melakukan tolak bala dan ilmu hitam (ilmu yang jahat).
Sumber : http://www.imgrum.org/
10. Tenun Troso
Tenun troso merupakan jenis kain tenun asal Jepara tepatnya dari Desa Troso. Kain ini umumnya berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsi yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin.
Kain tenun troso dapat dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah.
Sumber : http://tenuntroso.com/
11. Tenun Ikat
Tenun ikat merupakan sebuah kain yang pembentukan ragam hiasnya dibuat dengan cara mengikat bagian-bagian benangnya. Sejarah pembuatan tenun Nusantara diawali dengan adanya tenun ikat lungsi yang sudah ada sejak zaman prasejarah.
Tenun ikat lungsi adalah tenun yang teknik pembentukan ragam hiasnya dibuat dengan cara mengikat benang lungsinya, yaitu benang yang vertikal. Persebaran tenun ikat lungsi, antara lain di Toraja, Sulawesi Selatan, Minahasa (Sulawesi Utara), Batak (Sumatra Utara), Sumba (NTT), Flores, dan di pedalaman Kalimantan.
Sumber : https://fitinline.com/
Selain teknik pembuatan kain ikat lungsi, pada perkembangan selanjutnya dikenal pula pembuatan tenun dengan teknik ikat pakan (jalur horizontal). Bahan-bahan yang digunakan dalam tenun ikat adalah benang kapas, dapat juga menggunakan benang sutra alam, seperti pada tenun ikat Nusapenida (Bali) dan Padang.
Sumber : https://fitinline.com/
12. Tenun Rang-Rang
Kain tenun rang-rang merupakan salah satu jenis kain tenun ikat yang dihasilkan oleh penduduk desa karang, dari pulau Nusa Peninda Bali. Selain dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pembuatan kain rang-rang juga dijadikan sebagai sarana dalam berbagai upacara keagamaan dan pakaian adat tradisional Bali.
Selain terkenal dengan keindahan warna dan motifnya, kain rang-rang sebenarnya juga memiliki makna filosofi mendalam tentang hidup dan kepercayaan masyarakat Bali terhadap alam, karmapala, serta tridarma penguasa jagat.
Detail lubang pada kain rang-rang yang terbentuk dari benang pakan dan benang lungsi yang tidak terikat serta motif geometris dan zigzag yang tercipta dari permainan struktur serta proses pewarnaan semakin menambah unik tampilan kain rang-rang sehingga tampak modern dan terkesan elegan.
Sumber : https://www.tripadvisor.com/
13. Tenun Gringsing
Kain gringsing adalah satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik teknik dobel ikat dan memerlukan waktu 2-5 tahun. Kain ini berasal dari Desa Tenganan, Bali. Umumnya masyarakat tersebut memiliki kain gringsing berusia ratusan tahun yang digunakan dalam upacara khusus.
Kata gringsing berasal dari “gring” yang berarti sakit dan “sing” yang berarti tidak. Maksud yang terkandung di dalam kata tersebut adalah seperti penolak bala. Khusus di daerah Bali, kain gringsing ini biasa dipakai dalam berbagai upacara, seperti upacara potong gigi, pernikahan dan upacara keagamaan lainnya.
Dahulu ragam jenis tenun gringsing ada 20 jenis namun kini yang masih dikerjakan hanya sekitar 14 jenis. Beberapa motif yang dimaksud diantaranya:
a. Corak lubeng yang dicirikan dengan kalajengking dan berfungsi sebagai busana adat dan digunakan dalam upacara keagamaan. Beberapa variasi dari corak lubeng yaitu:
- Lubeng luhur yang berukuran paling panjang (tiga bunga berbentuk kalajengking yang masih utuh).
- Lubeng petang dasa (satu bunga kalajengking utuh di tengah dan di pinggir hanya setengah).
- Lubeng pat likur (ukurannya terkecil).
b. Corak sanan empeg yang dicirikan dengan tiga bentuk kotak-kotak/poleng berwarna merah-hitam.
c. Corak cecempakaan yang dicirikan dengan bunga cempaka dan berfungsi sebagai busana adat dan upacara keagamaan. Beberapa varisi dari corak cecempakaan yaitu:
- Cecempakaan petang dasa (ukuran empat puluh).
- Cecempakaan putri.
- Geringsing cecempakaan pat likur (ukuran 24 benang).
d. Corak cemplong yang dicirikan dengan bunga besar di antara bunga-bunga kecil sehingga terlihat ada kekosongan antara bunga yang menjadi cemplong. Gringsing cemplong terdiri dari:
- Ukuran pat likur (24 benang)
- Senteng/anteng (busana di pinggang wanita).
- Ukuran petang dasa (40 benang) yang sudah hampir punah.
- Corak gringsing isi yang motifnya semua berisi atau penuh, tidak ada bagian kain yang kosong.
f. Corak wayang yang terdiri dari gringsing wayang kebo dan gringsing wayang putri. Motif ini paling sulit dikerjakan dan memerlukan waktu pembuatan hingga 5 tahun.
g. Corak batun tuung yang dicirikan dengan biji terung. Motif ini sudah hampir punah.
Sumber : https://rachnasandika.com/
14. Tenun Songket
Kain songket merupakan produk tenunan yang penciptaannya dimulai setelah adanya tenun ikat. Kain ini umumnya dibuat dari benang emas dan perak sehingga dapat menimbulkan efek kemilau cemerlang pada kain yang dihasilkan. Kain songket yang paling terkenal di Indonesia yaitu kain yang diproduksi dari daerah Pandai Sikek, Silungkang dan Palembang.
a. Songket Pandai Sikek
Motif-motif kain tenun songket pandai sikek, konon selalu diambil dari contoh kain-kain tua yang sering dikenakan sebagai pakaian pada upacara-upacara adat dan untuk fungsi lain dalam lingkup acara adat sebagai tando dan dipajang pada waktu batagak (mendirikan) rumah.
Motif-motif kain tenun songket pandai sikek yang berupa cukie (pola yang mengisi bagian-bagian dari kain) dan sungayang (corak keseluruhan kain tenun songket) diyakini sebagai motif asli yang ditenun oleh perempuan-perempuan Pandai Sikek pada masa lampau.
Sumber : http://www.thearoengbinangproject.com/
b. Songket Silungkang
Motif-motif yang ditampilkan pada songket silungkang banyak diadaptasi dari bentuk tumbuhan, binatang atau benda alami lainnya. Misal ragam hias pucuak rabuang, motif burung, sirangkak, dan balah katupek. Ragam hias songket Silungkang biasanya lebih sederhana jika dibandingkan kain songket Pandai Sikek.
Ragam hias kain songket Silungkang juga memiliki makna tersendiri. Salah satu contohnya adalah pucuak rabuang yang merepresentasikan tanaman rebung yang sangat berguna dalam kehidupan manusia. Saat kecil rebung bisa digunakan sebagai bahan sayuran dan ketika besar bambunya dapat dipakai sebagai bahan bangunan.
Sumber : http://songketsilungkang.com/
c. Songket Palembang
Kain songket Palembang pun ada banyak jenisnya, baik dari segi bahan maupun ragam hiasnya.
- Songket Lepus merupakan jenis kain tenun yang memiliki ciri benang emasnya hampir menutupi seluruh bagian kain.
- Songket Tawur merupakan jenis kain tenun yang memiliki motif yang tidak menutupi seluruh permukaan kain tetapi berkelompok dan menyebar.
- Songket Tretes merupakan jenis kain tenun yang motifnya biasanya terdapat pada kedua ujung pangkal kain dan pinggir-pinggir kain dan bagian tengah dibiarkan polos.
- Songket Bungo Pacik merupakan jenis kain tenun yang mempunyai motif yang terbuat dari benang kapas putih sehingga benang emasnya tidak terlihat banyak dan hanya sebagai selingan saja.
- Songket Limar merupakan jenis kain tenun yang ditenun dengan corak ikat pakan. Motifnya berasal dari benang pakan yang diikat dan dicelup pewarna.
- Songket kombinasi merupakan jenis kain tenun yang didapat dari perpaduan berbagai jenis songket lainnya.
Sumber : https://www.kelambit.com/
Meski tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan mengenai awal mula berkembangnya tenun songket, namun kegiatan menenun konon telah ada semenjak manusia mengenal peradaban menutup bagian tubuh.
15. Tenun Ulos
Kain tenun ulos merupakan salah satu kain tradisional khas Indonesia yang secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera utara. Secara harafiah Ulos berarti selimut, budaya ini sama tuanya dengan kebudayaan Batak yang telah mengenal 3 konsep kehangatan yaitu matahari, api dan ulos.
Prinsip yang diterapkan dalam pembuatan kain tenun ulos sebenarnya serupa dengan cara membuat songket khas Palembang yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Beberapa jenis ulos yang dikenal dalam adat Batak yakni berupa ulos ragidup, ulos ragihotang, dan ulos sibolang.
a. Ulos Ragidup
Ulos ragidup diberi nama demikian karena warna, lukisan serta coraknya memberi kesan seolah-olah ulos benar-benar hidup. Ulos Rangidup bisa ditemukan di setiap rumah di suku Batak yang masih kental adat Bataknya. Ulos ini biasa diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada ibu pengantin lelaki.
b. Ulos Ragihotang
Ulos ragihotang termasuk ke dalam jenis kain yang berkelas tinggi, namun cara pembuatannya tidak serumit ulos Ragidup. Dalam upacara kematian, ulos ragihotang biasa dipakai untuk mengafani jenazah atau untuk membungkus tulang belulang dalam upacara penguburan kedua kalinya.
c. Ulos Sibolang
Ulos sibolang biasa digunakan pada upacara pernikahan adat Batak. Dalam upacara ini biasanya orang tua pengantin perempuan memberikan Ulos Bela yang berarti ulos menantu kepada pengantin laki-laki.
Warna dominan kain ulos yaitu berupa warna merah, hitam, kuning dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak.
- Warna putih (melambangkan kesucian dan kejujuran).
- Warna merah (melambangkan kepahlawanan dan keberanian).
- Warna kuning (melambangkan kaya/kesuburan).
- Warna hitam (melambangkan duka).
Selain digunakan untuk menghangatkan tubuh dikala dingin kain ulos juga sering kali dianggap sebagai jimat yang diyakini mampu melindungi raga (dalam adat Batak disebut dengan Tondi) terhadap roh jahat.
Sumber : http://kilasbaliknusantara.blogspot.com/
Demikian pembahasan singkat mengenai pengertian songket dan jenis-jenis songket yang dapat kami bagikan untuk anda.
Semoga bermanfaat.
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.