Dibandingkan dengan kain tradisional dari daerah lain di Indonesia, ragam hias atau motif tenunan Bima terbilang relatif sedikit. Pasalnya pada masa Kesultanan (1640-1950) para penenun Bima dilarang untuk menggunakan gambar manusia dan hewan sebagai motif tenunan. Salah satu alasan utamanya adalah untuk mencegah perkembangan ajaran lama yang mempercayai bahwa gambar manusia dan hewan memiliki kekuatan gaib yang harus disembah.
Berdasarkan ketentuan adat setempat, ragam hias yang boleh dijadikan motif kain tenun bima diantaranya berupa motif bunga samobo, bunga satako, bunga aruna, bunga kakando, motif gari (garis), dan motif geometris.
Bunga Samobo (Bunga Sekuntum)
Motif bunga samobo mempunyai filosofi yang dalam untuk mengingatkan manusia sebagai mahluk sosial supaya berbuat baik terhadap lingkungannya. Sebagai pelengkap gaya berbusana, kain ini kerap dijadikan bahan pakaian atau sarung oleh sejumlah perancang busana dalam berbagai acara.
Sumber : http://www.gerainusantara.com
Bunga Satako (Bunga Setangkai)
Motif bunga satako atau bunga setangkai merupakan simbol kehidupan keluarga yang mampu mewujudkan kebahagiaan bagi anggota keluarga dan masyarakat, layaknya setangkai bunga yang selalu menebar keharuman bagi lingkungannya.
Sumber : http://ipafatmawati.blogspot.com
Bunga Aruna (Bunga Nenas)
Motif tenun bunga aruna merupakan salah satu motif kain tenun yang melambangkan 99 asma Allah yang wajib diteladani dan dijadikan pedoman oleh manusia untuk mewujudkan kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Sumber : http://www.arunabutik.com
Bunga Kakando (Rebung)
Bunga Kakando mengandung makna kesabaran dan keuletan dalam menghadapi tantangan laksana rebung yang mampu tumbuh di tengah-tengah rumpun induknya yang lebat.
Sumber : http://www.veronicadonge.com
Motif Garis
Motif garis yang menghiasi kain tenun Bima menegaskan bahwa manusia harus memiliki sifat jujur dan tegas. Sikap yang lazim dimiliki oleh masyarakat Maritim.
Sumber : http://ipafatmawati.blogspot.com
Motif Geometris
- Nggusu Tolu (segitiga) mengandung makna bahwa Tuhan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi.
- Nggusu Upa (segi empat) menjadi simbol kebersamaan antara keluarga dan tetangga.
- Pado Waji memberikan gambaran bahwa selain mangakui kekuasaan Allah manusia juga harus mengakui kekuasaan pemimpin.
- Nggusu Waru (segi delapan) menjadi pedoman dalam pemilihan seorang pemimpin.
Sumber : http://ipafatmawati.blogspot.com
Setiap warna yang digunakan dalam kain tenun Bima secara keseluruhan memiliki makna tersendiri. Biru simbol kedamaian dan keteguhan hati. Kuning bermakna kejayaan dan kebesaran. Hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Sedangkan coklat melambangkan kesabaran dan ketabahan kaum perempuan dalam menjalankan tugas.
Sumber : http://ipafatmawati.blogspot.com
Comments 0
Leave a CommentSend Comment
Send Reply
Anda harus Login terlebih dahulu untuk dapat memberikan komentar.