Perkembangan Desain Baju Kebaya Yang Menjadi Fesyen Khas Indonesia

08 July 2013, 08:01 By: Fitinline 0 Komentar

Sejarah fesyen di Indonesia selalu berkaitan dengan kebaya. Kebaya berasal dari bahasa Arab ‘Kaba’ yang berarti pakaian dan diperkenalkan dengan bahasa Portugis saat mereka mendarat di Asia Tenggara. Kata Kebaya dapat diartikan sebagai jenis pakaian (atasan/blouse) pertama yang dipakai wanita Indonesia pada kurun waktu abad ke-15 atau ke-16 Masehi. Kebaya juga berkaitan dengan pakaian tunik perempuan pada masa Dinasti Ming di Cina.

Terlepas dari asal usulnya, penyebarannya kebaya ini memang dari arah utara kepulauan Indonesia. Artinya, negara-negara yang dilewati oleh bangsa Arab, Portugis, dan Cina bisa jadi mereka memiliki versi berbeda dari kebayanya masing-masing. Dan akhirnya, Jawa menjadi tujuan penyebaran paling selatan, karena tidak diketemukan jejaknya lagi di kepulauan Pasifik barat atau semenanjung utara Australia.

Kebaya adalah busana atasan yang pertama kali dikenakan oleh wanita Indonesia, terutama perempuan Jawa. Kebaya biasa digunakan bersama kain atau batik. Namun ketika zaman penjajahan Belanda, desain kebaya menjadi populer di kalangan wanita Belanda yang membutuhkan pakaian yang sesuai dengan iklim tropis di Indonesia.

Kebaya Jaman Penjajahan Belanda

Sumber: http://desainbusana.com

Bagikan inspirasi desainmu Disini! Dan temukan kawan-kawan baru.

Pada pertengahan abad ke-18, ada dua jenis kebaya yang banyak dipakai masyarakat, yakni kebaya Encim, busana yang dikenakan perempuan Cina keturunan di Indonesia, dan kebaya Kutu Baru, busana bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif yang cantik. Pada abad ke-19, kebaya dikenakan oleh semua kelas sosial setiap hari, baik perempuan Jawa maupun wanita peranakan Belanda. Bahkan kebaya sempat menjadi busana wajib bagi perempuan Belanda yang hijrah ke Indonesia.

Kebaya Encim

Sumber: http://diekz.wordpress.com

Kebaya Kutu Baru

Sumber: http://fedianayu.blogspot.com

Mempunyai karya design? Pajang karyamu Di sini!

Kepopuleran kebaya sempat jatuh pada zaman penjajahan Jepang. Di masa itu, kreativitas dan produktivitas bangsa ditekan hingga ke level yang paling rendah. Jalur perdagangan tekstil dan perlengkapan penunjangnya diputus oleh pemerintah Jepang, sehingga banyak rumah produksi kebaya tutup.

Seiring perkembangan musik dan fesyen barat di Indonesia, pemahaman kebaya malah menjadi negatif. Kebaya disebut mengungkung kebebasan perempuan, sedangkan busana ala barat dianggap lebih memerdekakan perempuan. Perkembangan di era 60-an membuat kebaya dan batik seperti mati suri. Trend busana terus mengacu pada budaya fesyen di barat, padahal kebaya merupakan salah satu saksi sejarah Indonesia. Para generasi muda cenderung mendewakan apapun yang berbau barat. Menggunakan kebaya disebut-sebut hanya untuk masyarakat kalangan bawah dan para orang tua yang kuno. Padahal kebaya merupakan simbol feminisme, yang dikaitkan dengan perjuangan para pejuang perempuan tanah air, terutama RA Kartini.

Sekitar tahun 2008 kebaya kembali menarik perhatian ketika akhirnya masyarakat disadarkan oleh kehadiran para desainer yang setia dengan kebaya. Para desainer senantiasa mengeksplorasi kebaya, memodifikasi sesuai kebutuhan wanita dan remaja modern. Kini, dengan kemunculan generasi-generasi baru dalam fesyen tanah air, batik dan kebaya kembali menjadi primadona di tengah gempuran budaya barat yang juga masih sangat berpengaruh. Bahkan sekarang para remaja sering memadukan antara budaya barat dengan kebaya, dan juga baju-baju adat khas Indonesia lainnya.

Kebaya Modern